Hari yang Sial

"Apa? Istri?" Tiara sangat terkejut dengan persyaratan yang diajukan pak Amrin.

"Iya, istri ketiga saya!" seringai licik pak Amrin terlihat dari wajahnya yang berkulit putih, berminyak dan dihiasi dengan beberapa jerawat.

"Istri ketiga? Bapak ini sudah gila apa gimana?"

"Udah nggak usah pura-pura nolak, saya tahu kamu sedang kesulitan keuangan kan? Saya juga tahu kamu hidup sendiri, jadilah istri saya dan hidup kamu akan saya jamin. Yang penting kamu bisa muasin saya di ranjang," pak Amrin berdiri dari kursinya dan duduk di tepian meja menghadap persis ke Tiara.

Tangan pak Amrin mulai berani menyentuh rambut Tiara, menyusurinya hingga ke ujung rambut. Tiara menepis tangan pak Amrin, tatapan lelaki paruh baya itu membuatnya ketakutan.

"Nggak usah sok jual mahal deh, saya bisa bantu kamu. Asalkan …," nada bicara pak Amrin berubah, ia mulai menekan Tiara.

"Stop! Saya mungkin kekurangan pak, saya juga mungkin butuh bantuan, tapi tawaran bapak nggak bisa saya terima!" Tiara memberanikan diri menatap wajah pak Amrin yang mulai kesal padanya.

"Sombong bener sih kamu, aku punya uang, aku bisa bantu kamu Tiara!"

Telunjuk pak Amrin dengan berani mengangkat dagu Tiara lalu mendekatkan wajahnya hingga jarak mereka sangat dekat. Tiara bisa merasakan hembusan nafas pak Amrin yang menyapu wajahnya. Meski terpojok Tiara tetap memberanikan diri untuk menatap wajah pak Amrin.

"Aku tahu Rendra meninggalkanmu sendiri, kakakmu yang brengsek itu juga meminjam uang dariku!"

"A-apa? Rendra?"

"Iya, dia berhutang dua juta dan main kabur begitu saja! Aku juga tahu kemarin malam dia disekap Toni, sayang dia selamat! Aku pikir bisa mengambil ginjalnya untuk aku jual!"

Perkataan pak Amrin sontak membuat Tiara geram, ia refleks melayangkan tangan ke arah pak Amrin. Tapi pak Amrin berhasil menangkapnya sebelum tangan Tiara menyentuh wajahnya dengan kasar.

"Jangan main-main denganku Tiara! Kau tidak tahu siapa aku!"

"Sejengkal saja bapak menyakiti Rendra, saya tidak akan mengampuni bapak!" Tiara mengancam balik.

Pak Amrin melepaskan tangan Tiara dengan kasar, ia tertawa dengan keras. Pak Amrin tak menyangka jika gadis manis yang ada di hadapannya ini bisa juga mengancam. 

"Lagakmu sombong sekali Tiara!" tangannya kembali meraih dagu Tiara dengan kasar. Tiara tersentak, pak Amrin kali ini begitu kuat mencengkram hingga menyakitinya.

"Rendra yang kau banggakan dan lindungi itu nyatanya hanya cecunguk pengecut yang tega menjual adiknya sendiri demi melunasi hutangnya!" mata pak Amrin melotot menahan marah.

"A-apa? Nggak mungkin!"

"Terima tawaranku, aku akan melindungimu dari Toni. Atau … kau memilih menjual tubuhmu untuk memuaskan hasrat Toni dan para centengnya itu!"

Pak Amrin melepaskan Tiara dengan kasar, sedikit mendorong hingga Tiara terjerembab ke lantai.

"Aku beri kau waktu hingga besok, pikirkan tawaranku atau kau, aku pecat!"

Tiara berdiri perlahan, kakinya sedikit terkilir karena terantuk kursi dengan keras. Ia bergegas keluar dari ruangan pak Amrin, dengan menahan nyeri di kakinya.

Sakit di kakinya tidak sesakit hati Tiara saat mendengar kenyataan tentang Rendra. Meski ia tidak meyakini sepenuhnya ucapan pak Amrin, tapi nyatanya itu cukup mempengaruhi pikiran Tiara.

Ia tak lagi bisa menahan air mata yang menggantung di kedua mata indahnya. Tiara kembali ke ruang ganti, ia tak peduli dengan teriakan Santi yang memanggilnya. Untunglah ruang ganti karyawan kosong, jadi Tiara bisa menangis sejadinya, meratapi nasib yang kembali tak berpihak padanya.

Rendra sang kakak, dengan tega menjualnya sebagai pengganti hutang. Sementara pak Amrin menekan dan mengancamnya dengan pemecatan. Entah nasib malang apalagi yang akan menimpanya besok.

"Ra," suara lembut Santi menyapanya, Tiara menoleh dan segera mengusap air mata.

"Kamu kenapa?" usapan lembut Santi di punggung Tiara sedikit menenangkan dirinya.

"Nggak apa-apa kok, San." 

"Nggak apa-apa kok nangis? Aku lihat kamu dari ruangan pak Amrin?"

Tiara memaksakan senyumnya dan mengangguk pelan. "Iya, pak Amrin ancam mau pecat aku."

"Hah, serius! Kenapa, apa karena kamu ijin tiga hari?"

"Iya, begitulah." jawab Tiara lirih, ia tak mungkin menceritakan hal yang sebenarnya pada Santi. 

"Gila ya itu orang, kamu kan sakit masa iya dia nggak paham sih! Nggak beres ini!"

"Udahlah San, mungkin memang pekerjaanku nggak bener jadi pak Amrin juga nggak suka aku ijin kemarin." 

"Ya tapi ini kan beda Ra! Kamu sakit, demam lagi! Masa iya sih gitu aja jadi masalah terus kamu dipecat! Nggak logis gitu loh, apalagi selama kamu disini,.baru kali ini kan kamu ijin!" 

Tiara kembali tersenyum, sejujurnya ia juga tak tahu harus bagaimana lagi. Membela diri rasanya tak mungkin lagi, menerima tawaran menjadi istri ketiganya juga enggan diterima Tiara. Belum lagi ancaman preman kampung yang bernama Toni. Jika benar apa yang dikatakan pak Amrin, dia juga ada dalam bahaya.

"San, aku mau pulang dulu ya. Kepalaku pusing, biarlah kalau Pak Amrin marah aku udah nggak peduli!" 

"Tapi Ra, kalau dia nanya gimana?" 

Tiara menoleh dan kembali memaksakan senyum pada rekan kerjanya itu. "Bilang aja, aku lagi mikirin tawarannya. Dia bakalan paham kok!"

"Eh, tawaran apa maksud kamu?" Santi dibuat penasaran dengan perkataan Tiara, tapi Tiara sama sekali tidak menjawab. Hanya seulas senyum yang ia berikan sebelum berlalu meninggalkan Santi.

Langkahnya gontai, pikirannya kusut. Bulir bening mulai berjatuhan membasahi kedua pipinya, untung saja Tiara memakai topi sehingga bisa menutupi wajah sedihnya dari tatapan mata orang yang berlalu lalang.

Begitu keluar dari pelataran mall, Tiara mempercepat langkah kakinya. Ia ingin segera sampai dirumah, ia tak peduli lagi dengan ancaman pak Amrin. Kota Semarang mulai dipenuhi awan hitam dan suara gemuruh membuat Tiara semakin larut dalam kesedihannya.

Alam seakan ikut mendukung nasib sialnya hari ini. Hujan mulai turun, Tiara berlari ke halte terdekat. Tanpa sengaja dirinya bertabrakan dengan seseorang.

"Eh, maaf!"

 Tiara kembali mempercepat langkahnya, tapi satu tarikan tangan membuat langkahnya terhenti.

"Hujan, nanti kamu demam lagi!"

Suara yang sangat Tiara kenal, ia mendongak dan menemukan wajah Bayu disana. Hati Tiara menghangat, wajahnya berubah sumringah, senyum pun terkembang. Dibawah derasnya hujan yang turun dan cuaca dingin, Bayu kembali hadir. Sepayung berdua dibawah guyuran hujan bak adegan romantis dalam film-film Korea yang sering ditonton Tiara.

"Kamu nangis lagi? Jangan nangis terus, muka kamu jadi jelek nanti." 

Senyum Bayu membius Tiara, lagi-lagi Tiara terpesona pada wajah tampan Bayu yang begitu dramatis saat terkena sorot lampu kendaraan yang melewati mereka. Tiara tak lagi peduli umpatan yang ditujukan padanya karena menghalangi jalan. Tiara bahkan tak mendengar suara apa pun kecuali suara Bayu dan sorot matanya yang begitu teduh.

Bayu, aku jatuh cinta padamu!

...🍀🍀🍀🍀🍀...

...sore kakak2....happy weekend yaa, Tiara kembali menyapa menemani malming kakak2 semua...terimakasih atas dukungannya, jgn lupa tap jempol, n komen yg banyak, mo kasih kembang juga boleh, vote juga boleh, apa aja dah saya terima🤭...

...mohon dukungan dan doanya yaa, Bedak Sang Nyai ikutan lomba menulis non-human niih🤗 bareng ma RT sebelah🤭...

...jadi stay tune n ikutin terus cerita kami yaa, love u all😘...

...cium jauh dengan sepenuh hati ~ Lia❤️ ...

Terpopuler

Comments

Kiki Rizkia Apriliani

Kiki Rizkia Apriliani

Mlh jd kasian sm Tiara bkne d tolong mlh mau d perdaya..lagian g kenal bayu siapa bs gmpng banget akrab

2024-05-03

1

Sri Bayoe

Sri Bayoe

😍😍😍😍

2023-02-11

1

Namika

Namika

semangat terus😍😍😍

2022-12-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!