Sebulan sudah Alex tak pernah menghubungi Larisa, sejak hari itu tak ada lagi kabar darinya, ia benar-benar menjauh dari kehidupan Larisa, Alex hilang bagai ditelan bumi.
Tapi Larisa tidak terlalu mempedulikan hal itu, bukankah ini yang ia inginkan, menjauh dari Alex agar pria itu bisa hidup bahagia bersama dengan wanita lain.
Bersamaan dengan itu, Larisa akhirnya tau jika pernikahan Ardian dan Tiana dibatalkan.
Namun lagi-lagi ia merasa seperti tak bahagia dengan kabar itu, bukankah ini yang ia inginkan? Tanya Larisa dalam hatinya, ia tak mengerti apa yang sebenarnya dirinya inginkan.
Bukankah semua yang ia inginkan telah tercapai, pernikahan Ardian dan Tiana yang akhirnya batal, lalu Alex yang kini pergi dari kehidupannya, tapi kenapa ia merasa tidak bahagia dengan hal itu, sebenarnya apa yang hatinya inginkan?
Ceklekkk....
Tiba-tiba saja pintu apartemen Larisa terbuka, perlahan-lahan muncul seseorang dibalik pintu yang tak lain adalah mama.
"Larisa, anak mama yang cantik mama datang"
"Ternyata mama, aku kira..."
Kata-kata Larisa tertahan, ia tak melanjutkan perkataannya.
"Memangnya kamu kira yang datang siapa, kamu lagi nunggu seseorang?"
"Iy,,,iya ma, Larisa nunggu tukang service AC, Larisa merasa AC disini udah gak dingin lagi, kayaknya butuh diservice"
Larisa berbohong kepada mama, sebenarnya ia mengira bahwa yang datang adalah Alex, tapi yang muncul adalah Mama.
"Masa sih, perasaan mama AC nya baik-baik aja, suhunya dingin kok mungkin itu perasaan kamu aja"
"Mungkin ma"
Jawab Tiana sambil tersenyum dipaksakan pada mamanya, ia tak tau apa yang harus ia katakan karena memang benar AC di apartemennya normal saja.
"Mama ada kabar baik untuk kamu"
"Kabar apa ma?"
"Ibunya Ardian menghubungi mama, katanya dia mau kamu dan Ardian menikah kalo kamu sudah melahirkan nanti, tapi tunggu,,tunggu,, mama Ardian kalo gak salah bilang akan menikahkan kamu sama Ardian kalo kamu sudah melahirkan, berarti...."
Mama menghentikan perkataannya sejenak untuk berpikir, kemudian melihat kearah Larisa dengan tatapan menyelidik, ia menuntut jawaban dari apa yang ia dengar dari ibu Ardian.
"Berarti apa ma?"
Jawab Larisa santai, ia tak tahu jika mama kini mulai curiga dengannya.
"kamu hamil?"
"Emangnya ibu Ardian ngomong apa sama mama?"
"Tadi pas ibu Ardian nelpon hp mama udah keburu mati, cuma mama kalo gak salah dengar dia bilang mau nikahkan kamu sama Ardian kalo kamu sudah melahirkan, beneran kamu hamil?"
"Terus kalo Larisa hamil kenapa?
"Yah gak kenapa-kenapa, malah mama senang akhirnya kamu bisa menjadi menantu pak haji somat si tuan tanah itu, mama senang kita akan menjadi keluarga yang kaya raya kalo kamu jadi menikah dengan Ardian, duhhh senangnya, anak mama pinter banget cari suami kayak si Ardian itu"
"Mama apa-apaan sih, yang dipikirkan cuma harta, harta, dan harta, Larisa gak suka ya mama jadi matre kayak gitu, malu-maluin aja"
"Jaga ucapan kamu ya Larisa, kamu itu ngomong kayak gitu karena kamu gak merasakan susahnya cari uang, kamu tidak pernah merasakan apa yang mama rasakan, susah senang mama mendampingi papamu sampai ia menjadi pengusaha yang sukses, itu semua demi membuat hidup kamu tercukupi dan tidak kekurangan apapun, tapi semenjak papa bangkrut mama jadi kesulitan, kan kamu tau sendiri biaya perawatan mama untuk tampil awet muda mahal, kalo kamu menikah dengan si Ardian bisa-bisa -bisa mama juga kecipratan duitnya"
"Terserah mama aja deh"
Jawab Larisa yang jengkel melihat sikap mama yang sangat materialistis.
"Kita jalan-jalan kerumah orang tua Ardian yah? Sudah lama banget mama gak kesana, sekalian ketemu sama calon besan mama"
"Emmmm"
***
Alex yang patah hati karena Larisa, hampir setiap malam menghabiskan waktunya bersama teman-temannya di club malam.
Sejak berpisah dari Larisa waktunya lebih banyak ia habiskan dengan bekerja dan mabuk-mabukan.
Alex yang malam itu sangat mabuk tak sengaja menabrak seorang wanita yang sepertinya ia kenal.
Wanita itu tak lain adalah dokter Tiara, malam itu iya bersama teman-temannya merayakan ulang tahunnya di tempat yang sama dengan Alex, sehingga tanpa sengaja mereka bertemu kembali.
Tiara dan Alex jatuh terduduk, karena Alex yang mabuk menabrak Tiara yang sedang berdiri bersama dengan teman-temannya.
Untung saja ada Robi asisten pribadi Alex yang selalu sigap menghadapi kelakuan tuannya.
Ia dengan setia terus menemani Alex kemanapun ia pergi, dan akan pulang jika tuannya sudah berada ditempat yang aman yaitu dirumahnya.
"Maafkan Tuan saya nona, ia sedang mabuk dan suasana hatinya sedang tidak baik makanya ia menjadi seperti ini"
Ucap Robi pada Tiara yang meminta maaf atas kelakuan bosnya yang tak sengaja menabraknya.
"Tidak usah minta maaf Robi, sudah, tidak papa, kamu bawa saja tuanmu itu, sepertinya tidak lama lagi ia akan menjadi gila, ia sudah mulai menracau tidak jelas"
"Nona tau dari mana nama saya?"
"Kamu lupa? Aku Tiara, dokter Tiara"
"Nona Tiara? mantan pacar tuan Alex?"
"Sttttt, jangan keras-keras nanti temanku yang lain dengar"
"Baiklah nona, maafkan saya"
Jawab Robi lalu menutup mulut dengan tangannya
"Kamu akan kemana membawa Alex?"
"Saya belum tau nona, Tuan tak ingin pulang, kalo tidak pulang ia tak akan berhenti minum sampai ia mati"
"Kalo begitu kau boleh membawanya ke rumahku, kau masih ingatkan?"
"Tidak usah nona, saya tidak ingin merepotkan nona, saya akan mengurus sendiri tuanku"
"Tidak papa, tuanmu adalah tuanku juga kan, apa kau lupa? aku bekerja dirumah sakit miliknya, jadi ia juga adalah bosku"
"Ba,,Baiklah nona"
Robi kemudian mengangkat tubuh Alex dan memapahnya menuju kemobil dibantu oleh Tiara.
Diperjalanan menuju rumah Tiara, Alex terus saja memanggil manggil nama Larisa, Tiara yang mendengar nama Larisa seperti pernah mendengar nama itu disebut, tapi ia tak bisa mengingat dimana ia pernah mendengar nama itu.
"Larisa...Larisaa... jangan tinggalkan aku.. Larisa."
Alex terus saja menracau, menangis, dan berteriak sampai mereka akhirnya tiba dirumah Tiara.
Robi kemudian turun lebih dulu, ia lalu memapah Alex turun dari mobil kemudian masuk kedalam rumah Tiara, sedangkan Tiara sibuk dengan membawa barang-barang milik Alex.
"Kamu baringkan saja dia disofa, biar aku ambilkan dulu air hangatnya agar sekalian kukompres, sepertinya ia juga demam, aku akan mengambil pengukur suhu tubuh untuk memeriksanya, kamu tetap temani dia disini"
"Baiklah dokter, ehh nona"
"Terserah kau saja"
Lalu Tiara beranjak untuk mengambil apa saja yang Alex butuhkan.
"Demamnya cukup tinggi aku akan memberikannya obat, jika sudah sadar kamu pastikan ia segera meminumnya agar demamnya cepat turun"
"Baiklah nona, terima kasih atas bantuan anda"
"Sama-sama, kau istirahat saja, biar aku yang akan menjaganya"
"Tidak usah nona, nona saja yang beristirahat, sepertinya nona sudah sangat mengantuk, biar aku saja yang menjaga tuanku"
"Tuan kita Robi, hehehehe"
Ledek Tiara pada Robi yang membuat keduanya tertawa.
***
Alex mulai membuka mata, ia mulai melihat sekelilingnya, tapi ia tidak mengenali tempat dimana sekarang ia berada.
Matanya mulai menyusuri setiap bagian yang ada diruangan itu, ia melihat ada Robi yang berbaring dilantai masih dalam keadaan tertidur pulas, matanya lalu tertuju pada wanita yang ada dihadapannya, yang sedang tidur terduduk sambil memeluk kedua kakinya sehingga Alex tak dapat melihat wajahnya.
Lama Alex memperhatikan sosok yang ada didepannya itu, ia akhirnya sadar jika wanita itu adalah dokter Tiara, dan sekarang ia berada dirumahnya.
"Bagaimana aku bisa ada disini"
Ucap Alex dalam hati, ia heran kenapa dia bisa berada dirumah Tiara, dan sejak kapan ia berada disini.
Yang Alex ingat ia pergi ke club malam bersama Robi untuk minum-minum, lalu setelah itu ia tak ingat lagi, bangun-bangun ia telah berada dirumah Tiara.
"Kamu sudah bangun?"
Tiara kemudian menempelkan tangannya dikening Alex untuk memeriksa apakah demamnya telah hilang.
"Kok diam saja? ohh.... kamu sekarang berada dirumahku, semalam kau mabuk berat dan aku menawarkan pada Robi untuk membawamu kerumahku, soalnya dia juga bingung mau bawa kamu kemana.
Namun Alex hanya diam, ia terus memandang kearah belakang Tiara.
"Kamu lihat apa?"
Tiara berbalik melihat kearah pandangan Alex yang tertuju pada teko air minum.
"Kamu haus?"
Alex menjawab pertanyaan Tiara dengan anggukan, lalu Tiara mengambil teko air dan menuangkan air kedalam gelas kemudian memberikannya kepada Alex.
Seketika air dalam gelas yang dipegang Alex hilang dalam beberapa tegukan karena sangking hausnya.
"Hari ini aku ada jadwal praktek, kamu disini saja dulu sampai badan kamu benar-benar pulih, kumohon biarkan aku pergi, potong saja gajiku, tapi aku tidak akan membiarkan pasienku merasa kecewa karena aku tak bisa datang, maafkan aku tuanku"
Alex yang mendengar perkataan Tiara seketika tertawa dengan tingkah konyolnya.
"Pergilah, mereka lebih membutuhkanmu, tapi lain kali aku akan memotong gajimu karena pelayanan yang kau berikan kepadaku saat ini sangat tidak memuaskan, bisa-bisanya kau membiarkanku tidur disofa jelekmu ini"
Tiara hanya tertawa mendengar keluhan yang Alex katakan, namun itu sangat membuatnya senang, setidaknya Alex sekarang mau bersikap sedikit lebih hangat dari yang dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments