"Ada apa ma, kok nelpon lagi?"
"Emangnya salah kalo mama nelpon kamu?"
"Ya enggak, cuma Larisa ada kerjaan yang mau diselesaikan, kalo mama nelpon terus kerjaan Larisa kapan selesainya"
"Mama nelpon cuma bentar, gak sampai sejam, sehari, atau sampai setahun kok"
"Ya udah mama mau ngomong apa?"
"Mama mau bilang, kalo mama bakalan datang buat jengukin kamu, udah lama rasanya mama gak lihat anak mama yang cantik ini"
"Kirain ada apa, ya udah Larisa tutup telfonnya"
"Loh kok telfonnya mau ditutup, kamu gak seneng mama mau datang"
"Ya ampun Ma, bukannya Larisa gak seneng kalo mama mau datang, ya datang aja, mau besok atau kapanpun atau setiap hari juga malahan silahkan, ngapain juga mama pake tanya-tanya Larisa, rumah Larisa rumah mama papa juga"
"Iya juga ya, tapi kamu gak sibukkan? Nanti temenin mama jalan-jalan pas di sana"
"Iya deh, tapi Larisa lihat dulu jadwal pemotretan Larisa, kalo gak sibuk amat, Larisa bakalan temenin mama jalan, ya udah Larisa tutup dlu telfonnya, bye mamaku sayang"
Larisa lalu menutup telfon tanpa memberi kesempatan untuk mamanya berbicara lagi.
Larisa sengaja melakukan itu karena, kalo tidak segera mematikan telfon, mama akan berbicara panjang lebar membahas segala hal yang menurut Larisa tidak penting.
"Kok telfonnya ditutup, emangnya mama kamu ngomong apa?
Tanya Alex pada Larisa yang penasaran dengan pembicaraan Larisa dengan mamanya.
"Itu mama bilang mau datang buat jengukin aku, kirain nelpon karena hal apa taunya cuma mau ngomong itu, makanya aku tutup cepat telfonnya, soalnya mama kalo ngomong gak bisa berhenti"
Alex yang mendengar hal itu merasa lucu pada sikap Larisa dan mamanya.
Alex berharap ia bisa bertemu dengan mama Larisa, dan ingin mengutarakan maksudnya untuk segera menikahinya.
"Aku boleh ketemu sama mama kamu?"
"Untuk apa?"
"Untuk apa lagi kalo bukan ingin melamar anaknya yang manis ini?"
Jawab Alex sambil mencubit hidung Larisa dengan lembut.
Larisa tersenyum mendengar perkataan Alex, selama ini belum pernah ada lelaki yang seserius ini kepadanya, bahkan Ardian sekalipun tak pernah berkata bahwa ia akan melamarnya.
Melihat Larisa tersenyum, Alex pun membalas senyuman itu dengan senyuman terbaiknya, hingga terlihat giginya yang putih dan tersusun rapi.
Kemudian Alex mulai mendekatkan tubuhnya pada Larisa, lalu memeluknya sambil berkata " Aku Merindukanmu Larisa "
Seketika tubuh Larisa meremang mendengar perkataan dari Alex, darahnya seakan berdesir dan detak jantungnya berdegup sangat kencang, seperti genderang mau perang.
Alex melepaskan pelukannya, lalu menangkupkan kedua tangannya pada wajah Larisa, kemudian mencium kening Larisa sambil berkata " Aku Mencintaimu "
Ntah apa yang terjadi, Larisa seakan-akan merasa sangat nyaman dengan perlakuan Alex padanya, ia merasa sangat bahagia.
Namun Larisa berpikir mungkin ini karena efek kehamilannya, jadi bayi dalam perutnya senang berdekatan dengan ayahnya.
Larisa tau apa yang selanjutnya akan Alex lakukan padanya, sudah lama juga ia tak melakukan itu dengan Alex, tapi jika Alex melihat perutnya yang kini mulai buncit ia pasti akan curiga.
Namun jika menolak, Alex tidak akan semudah itu melepaskannya, Larisa sangat bingung apa yang harus ia lakukan.
Ia takut Alex akan tahu jika ia sedang hamil, ia mulai berpikir apa yang harus ia lakukan namun tak kunjung mendapatkan cara, sedangkan Alex sudah mulai dengan aksinya.
"Aku menginginkanmu sayangku"
Alex menatap Larisa dengan tatapan Laparnya yang seakan-akan siap untuk menerkam Larisa.
Namun Larisa juga tak mampu menolak, ia tak bisa membohongi perasaannya jika ia pun juga sangat menginginkannya.
Alex kemudian menc*** bibir Larisa yang seksi itu, *******, dan meng****tnya, Alex kemudian menggendong Larisa ala ala bride, lalu membawanya ketempat tidur.
Ia kemudian melanjutkan aktifitasnya, saling berc***** dan bertukar saliva, saling mengeksplor bibir satu sama lain.
Alex lalu menciumi perut Larisa, setelah merasa puas menciumi perutnya, ia kemudian mulai melepaskan pakaian mereka berdua hingga tak tersisa sehelai pun benang ditubuh mereka.
Kemudian Alex mulai turun diantara paha Larisa, mencium, dan menj***** bagian itu, hingga membuat Larisa menggelinjang, karena hal itu pula terdengar ******* yang sangat merdu dari mulut Larisa.
Alex terus melakukannya, hingga tak terhitung berapa kali sudah Larisa mendapatkan kenikmatannya.
Tibalah saatnya mereka melakukan penyatuan, Alex mulai memposisikan kejantanannya, agar masuk kedalam lubang kenikmatan milik Larisa.
Cukup lama pergulatan diantara mereka, hingga akhirnya ******* berubah menjadi erangan dari keduanya, Alex telah mencapai puncak kenikmatannya begitu juga dengan Larisa.
Larisa kemudian berbaring disamping Alex dengan menggunakan tangannya sebagai bantal, nafas mereka berdua terengah-engah seperti orang yang habis berlari jauh.
Alex kemudian memiringkan badannya menghadap ke arah Larisa, ia menciumi puncak kepala Larisa begitu lama.
Larisa membalas dengan memeluk erat tubuh Alex dan mencium bau parfum yang masih menempel pada tubuh Alex dan menghirupnya dalam-dalam.
"Kulihat tubuhmu seperti agak berisi sekarang?"
Alex mulai mencoba bertanya pada Larisa, ia sengaja bertanya seperti itu untuk melihat apakah Larisa mau jujur kepadanya jika ia sedang hamil.
"Tubuhku? Kurasa akhir-akhir ini nafsu makanku mulai naik, mungkin itu sebabnya kenapa aku terlihat agak gemukan"
Alex yang mendengar jawaban Larisa merasa kecewa kepadanya, mengapa Larisa tak juga ingin mengatakan, jangan-jangan anak yang Larisa kandung bukanlah anaknya, sehingga Larisa tak mau mengatakan yang sebenarnya.
Alex kemudian bangun lalu duduk dipinggiran tempat tidur, ia berbalik lalu memandang wajah cantik Larisa, wajah yang selalu ia rindukan ketika mereka berdua berjauhan, wajah yang selalu ia damba-dambakan, sekaligus yang kini menghancurkan hatinya.
"Kenapa kau tidak mau jujur dan mengatakan semuanya kepadaku Larisa Putri Cahyani?"
"Tidak jujur? Memangnya aku berbohong apa sama kamu, aku merasa tidak pernah berbohong"
"Iya kau memang tidak berbohong,kau juga bukannya tidak jujur, tapi kau hanya belum mengatakannya kepadaku, iyakan, begitukan maksudmu?"
"Kamu sebenarnya sedang membicarakan apa? sungguh aku tak paham apa yang kau maksud"
"Aku sudah tau kalo kau sekarang hamil, dan sekarang kandunganmu sudah tiga bulan"
Larisa yang mendengar perkataan dari Alex sangat kaget dan terkejut, ia seperti tersambar petir disiang bolong, ia tak menyangka jika Alex sudah tahu tentang dirinya, tapi dari mana dan bagaimana dia bisa tau.
Larisa lalu bangun dan duduk tepat disamping Alex sambil memegang tangannya.
"Siapa yang telah menghamilimu Larisa, apakah anak yang ada dalam perutmu itu adalah anakku, jawab?"
Alex membentak Larisa, ia melakukan itu untuk memaksanya agar ia mau mengatakan, apakah anak yang ada dalam perutnya adalah anaknya.
"Jika anak ini bukan anakmu apakah kau akan marah kepadaku, apakah kau akan meninggalkanku?"
"Jadi selama ini kau berselingkuh dibelakangku, tega sekali kau, jadi selama ini kau hanya bermain-main denganku? Jawab aku Larisa jangan cuma menangis, air matamu tidak bisa menjawab pertanyaanku"
"Ma..ma..maafkan aku sayang, aku tidak bermaksud seperti itu, kau harus mendengarkan penjelasanku dulu"
"Sudah cukup Larisa, sudah cukup kau terus membohongiku, pantas saja setiap aku ingin bertemu denganmu kau selalu saja menghindar, ternyata benar, kau sudah mengkhianatiku, kau berselingkuh dibelakangku"
"Bukan seperti itu, dengarkan aku dulu"
Tanpa mendengarkan penjelasan dari Larisa, Alex kemudian memunguti pakaiannya yang ada dilantai dan mulai memakai pakainnya itu tanpa menghiraukan isak tangis dari Larisa.
Setelah selesai memakai pakaiannya, Alex lalu berjalan hendak pergi, namun langkahnya terhenti lalu ia berbalik melihat kearah Larisa.
Ia menatap Larisa penuh dengan rasa kekecewaan, lalu mendekat kearahnya.
"Sudah jangan menangis, aku tidak marah kepadamu, aku hanya sedikit kecewa, sedikit, maafkan aku yang sudah membentakmu tadi, aku pergi Larisa, aku tidak akan mengganggumu lagi, terima kasih untuk selama ini, aku memaafkanmu kuharap kau bahagia bersama dengannya, jaga dirimu baik-baik"
Alex kemudian mencium puncak kepala Larisa dan mengucapkan salam perpisahan.
Larisa hanya diam, tapi tangisannya malah semakin keras setelah mendengar perkataan dari Alex.
Alex lalu melangkah pergi meninggalkan Larisa seorang diri didalam kamar, alex pergi dengan kekecawaan dihatinya.
Di dalam mobilnya, Alex seakan mengingat kembali momen saat ia bertemu dengan Larisa, baru saja ia bahagia karena sekian lama akhirnya ia bisa merasakan kembali yang namanya cinta, namun dalam sekejab perasaan itu hilang seakan menguap keudara setelah melihat kenyataan bahwa orang yang ia cintai dan ia sayangi mengkhianatinya.
Alex merasa bahwa percintaannya sangat tragis, dua kali ia mencoba menjalin hubungan dengan wanita, dan dua kali pula ia dikecewakan.
Alex yang sedang menyetir sangat kesal dan memukul-mukul stir mobil miliknya sambil berteriak dan menangis, ia berjanji tidak akan jatuh cinta lagi.
Ia berpikir cinta hanya membuat dirinya lemah, sama seperti sekarang, ia begitu lemah dan tak berdaya menerima kenyataan pengkhianatan dari wanita yang sangat ia cintai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments