Pertemuan Kedua

Satu minggu sudah berlalu dan selama satu minggu juga Leo tidak pernah datang lagi ke butik untuk menemui Adira. Membuat hidup wanita itu kembali tenang.

"Nona, pria yang memesan setelan jas untuk pernikahannya datang dan ingin menemui anda." seorang karyawan memberi tahu Adira.

"Bawa masuk ke ruangan ku." perintah Adira.

Adira menghembuskan napas untuk mengatur emosinya menghadapi pria itu.

"Selamat pagi, tuan. Silahkan duduk." ucap Adira tersenyum, membawa Arkan duduk di sofa yang ada di ruangannya.

Arkan mengikuti Adira duduk di sofa tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Adira menyodorkan sebuah map yang berisi desain setelan jas yang di buat Adira untuk pria itu. Arkan mengambil dan melihatnya lebih dekat. Tiba-tiba saja selembar kertas terjatuh tepat di kaki Arkan.

"Oh, maaf." Adira menunduk untuk mengambil kertas tersebut. Tapi tangannya kalah cepat. Kertas itu sudah lebih dulu di ambil oleh Arkan.

"Apa ini ?" tanya Arkan sambil melihat desain di keras tersebut.

"Maaf, tuan. Ini tidak di jual." Adira berusaha mengambil kertas itu dari tangan Arkan. Namun pria itu menjauhkannya dari jangkauan Adira.

Tak ingin berebut dan merusak desain yang telah ia buat. Akhirnya Adira membiarkan Arkan untuk melihatnya. Desain setelan jas dan gaun pengantin yang di buat Adira untuk dirinya sendiri dan calon suaminya.

"Aku menginginkan ini." Arkan mengembalikan kertas itu ke tangan Adira.

"Maaf, ini sudah ada yang memesannya." bohong Adira. Karena ia tidak mungkin mengatakan itu desain yang ia buat untuk dirinya dan calon suaminya.

"Aku akan membayarnya dua kali lipat." Arkan memberikan penawaran.

"Tidak bisa. Orang itu sudah membayarnya dan aku tidak bisa seenaknya membatalkannya." alasan Adira untuk mempertahankan gaun pengantin impiannya.

Arkan menatap mata Adira untuk memastikan sesuatu. Awalnya wanita itu mengatakan tidak di jual. Kemudian mengatakan jika itu desain untuk pelanggan lain. Membuat Arkan curiga jika desain itu di buat Adira untuk pernikahan mereka, yang tentunya Adira tidak mengetahui jika dia adalah calon suami Adira.

"Aku akan membayarnya sepuluh kali lipat." Arkan menaikkan penawarannya.

"Maaf, tuan. Tidak bisa." jawab Adira kekeh.

"Dua puluh kali lipat." kata Arkan lagi.

"Apa ?" Adira terkejut mendengar tawaran yang cukup tinggi dari pelanggan yang menyebalkan itu.

"Aku akan membayarnya dua puluh kali lipat." Arkan mengulanginya dengan lebih jelas lagi.

Dua puluh kali lipat ? itu artinya pria ini sanggup mengeluarkan uang lima miliar hanya untuk satu stel jas dan gaun pengantin. Wow, lima miliar adalah pendapatan bersih butiknya selama satu tahun.

"Baik. Aku akan membuatnya untuk anda." dan aku bisa membuat lagi desain untuk ku nanti. Sambung Adira dalam hatinya.

Adira begitu senang hari ini telah mendapatkan keuntungan besar hanya dari dua buah pakaian.

"Tapi anda harus membayar separuh dari harganya di muka." kata Adira cepat agar pria itu tidak menipunya.

Arkan mengeluarkan selembar cek dari sakunya dan menuliskan nominal yang cukup besar. Kemudian ia menyerahkan kepada Adira. Wanita itu tersenyum melihat sebuah cek di tangannya.

"Anda bisa membawa calon istri anda ke sini untuk di ukur." kata Adira senang.

"Oh, atau anda berikan saja alamatnya biar kami datang untuk menemuinya." ralat Adira karena ingin memberikan pelayanan eklusif untuk pelanggannya yang satu ini.

"Tidak perlu. Pakai saja ukuran tubuh mu." jawab Arkan.

"Tidak bisa begitu Tuan. Nanti .."

"Bisa. Aku tau ukuran tubuh calon istri ku persis sama dengan ukuran tubuh mu. Aku sudah melihatnya." kata Arkan memotong perkataan Adira.

Wanita itu refleks menyilangkan kedua tangan di dadanya mendengar perkataan Arkan. Arkan yang menyadari itu menyeringai di balik masker yang menutupi wajahnya.

"Aku melihat tubuh calon istri ku. Bukan tubuh mu." kata Arkan dengan nada mengejek.

"Jadi, kapan kau bisa menyelesaikan pesanan ku ?" tanya Arkan lagi.

"Kapan anda akan melangsungkan pernikahan ?" Adira balik bertanya karena ingin menyesuaikan dengan jadwalnya.

"Dua minggu lagi." jawab Arkan asal.

"Apa ? dua minggu ?" Adira terkejut. Mana mungkin ia akan menyelesaikannya dalam waktu dua minggu.

"Itu terlalu cepat, tuan. Jika di paksakan aku takut hasilnya tidak akan bagus." alasan Adira.

"Jadi kapan kau bisa menyelesaikannya ?" tanya Arkan.

"Satu bulan lagi." jawab Adira cepat.

"Baik. Aku akan kembali satu bulan lagi." setelah mengatakan itu Arkan langsung keluar dari ruangan Adira.

Adira menghembuskan napas lega setelah pria itu pergi. Ia menatap nanar desain gaun pengantin yang ia buat untuk dirinya sendiri. Tapi wajah Adira kembali ceria setelah mengingat uang lima miliar yang baru saja ia dapatkan.

"Hah, tidak masalah. Aku bisa membuat yang lain lagi untuk diri ku sendiri."

Adira kembali ke meja kerjanya untuk melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda karena kedatangan pria aneh yang sialnya sangat kaya.

Sementara itu Arkan yang baru saja tiba di perusahaan, mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya dan langsung menghubungi ibunya untuk mengatakan jika ia akan menikah satu bulan lagi dan meminta ibunya mempersiapkan semuanya kecuali pakaian pengantin untuk mereka berdua.

Arkan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mengingat sosok Adira yang merupakan calon istrinya.

"Dasar wanita bodoh. Sudah dua kali pertemuan dia masih saja tidak mengenaliku. Padahal aku sudah memberikan kartu nama ku. Apa dia tidak membacanya ?"

*

Ririn dengan senang hati menuruti permintaan putra semata wayangnya. Wanita paruh baya itu segera menghubungi calon besannya untuk bertemu dan membicarakan tentang pernikahan putra putri mereka.

Hari itu juga kedua keluarga itu bertemu di sebuah restoran VIP dan mereka telah setuju untuk mengadakan acara pernikahan satu bulan lagi atas permintaan Arkan.

*

Sore harinya Adira pulang dari butik dan disambut oleh mamanya.

"Adira ada yang mama ingin sampaikan pada mu." kata Nia kepada putrinya.

"Ada apa ma ?" tanya Adira yang masih berdiri di depan mamanya.

"Sini, duduk dulu." Nia menepuk sofa di sampingnya dan Adira menurut perintah mamanya.

"Adira, tadi calon mertua mu datang menemui mama dan papa untuk membicarakan tentang pernikahan kalian. Dan kami telah sepakat untuk mengadakannya bulan depan." kata Nia lembut.

"Apa ? bulan depan ?" Adira terkejut.

"Kenapa cepat sekali ? apa tidak bertunangan dulu ?" tanya Adira yang merasa belum siap.

"Tidak sayang. Calon suami mu memutuskan untuk langsung menikah saja. Lebih cepat itu lebih baik." kata Nia persis apa yang dikatakan oleh Ririn.

"Tapi ma, dalam satu bulan ini aku masih sibuk." alasan Adira.

"Tida apa-apa, kau fokus saja pada pekerjaan mu. Biar mama dan Tante Ririn akan menyiapkan semuanya." kata Nia memujuk Adira.

Nia tidak mau jika sampai Adira berubah pikiran dan membatalkan rencana pernikahan yang telah di setujui oleh kedua keluarga itu. Takutnya keluarga Wiratama akan tersinggung dan akan mempengaruhi hubungan baik mereka.

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

Arkan gercep 🤗😁😍

2025-01-20

0

Rabiah Windi

Rabiah Windi

memang karyamu thour sesuatu

2024-08-29

0

Fenty Dhani

Fenty Dhani

ini mah curang namanya...Arkan udah dua kali melihat Dira...sementara Dira belum tau🤭😁

2024-01-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!