Pelanggan Yang Menyebalkan

Setelah Ririn keluar dari ruangan kerja Arkan, pria itu langsung mengambil ponselnya untuk mengirimkan pesan kepada asisten sekaligus sekretarisnya. Setelah itu Arkan kembali melanjutkan pekerjaannya sambil mengingat nama Adira.

*

Beberapa hari telah berlalu. Adira sudah tidak memikirkan tentang keputusannya lagi. Ia merasa sudah membuat keputusan yang tepat untuk menikah karena hampir setiap hari Leo selalu datang menemuinya di butik seperti hari ini.

"Nona, pria yang kemarin datang lagi untuk menemui anda." kata salah seorang karyawan butik.

Nadira menghela napasnya mendengar apa yang di sampaikan oleh karyawannya.

"Suruh dia pergi atau katakan padanya aku tidak ada." perintah Adira. Ia sungguh malas untuk berbicara dengan Leo yang tidak ada keputusannya.

"Sudah, Nona. Tapi pria itu tetap memaksa dan sudah membuat kekacauan dan menganggu pengunjung yang lain." kata karyawan itu lagi.

Adira meletakkan pensil di tangannya. Tampaknya harus dia sendiri yang turun tangan untuk mengusir mantan kekasihnya itu.

"Mungkin aku harus menambah karyawan di bagian keamanan besok." gumam Adira seraya berjalan keluar dari ruangannya di ikuti oleh karyawannya di belakang.

Baru saja Adira membuka pintu, datang lagi seorang karyawan yang lainnya.

"Nona, ada yang ingin menemui ..."

"Aku sudah tahu." Adira memotong perkataan karyawan itu dan berjalan ke depan untuk menemui orang yang sudah menunggunya.

"Aku sudah mengatakan jangan datang lagi ke mari atau aku akan panggilkan polisi untuk mengusir mu." Adira langsung mencerca pria yang sedang berdiri membelakanginya.

"Apa begini cara mu menyambut pelanggan ?" kata pria itu sambil berbalik badan menghadap Adira.

Adira terkejut melihat seorang pria menggunakan masker untuk menutupi wajahnya yang ternyata bukanlah Leo. Karena terlalu emosi Adira sampai tidak menyadari perbedaan gestur tubuh pria itu yang lebih tinggi dan tegap dari pada Leo.

"Oh. Maaf Tuan. Saya pikir anda adalah teman saya." kata Adira minta maaf dengan sopan.

Adira melihat kesekeliling tempat itu untuk mencari keberadaan Leo. Bukannya tadi karyawannya mengatakan jika yang ingin menemuinya adalah Leo. Tapi, mengapa jadi pria lain. Rupanya Leo sudah pergi beberapa saat yang lalu setelah menerima panggilan dari seseorang.

"Apa ada yang bisa saya bantu ?" tanya Adira yang kembali fokus pada pria itu setelah mendapati jika Leo memang benar-benar tidak berada di sana.

"Tentu saja aku ingin memesan pakaian." kata pria yang memakai masker yang tidak lain adalah Arkan. Pria itu berbicara dengan nada yang tidak bersahabat.

"Silahkan ikut saya, tuan." Adira membawa Arkan ke sebuah ruangan lain.

"Silahkan duduk. Pegawai saya akan datang membawakan katalog dan melayani anda." kata Adira sopan.

Saat ini Adira begitu malas untuk melayani pelanggan yang satu ini karena pria itu sepertinya memiliki temperamen yang buruk. Ditambah lagi dengan suasana hatinya yang kacau karena ulah Leo.

"Untuk apa aku memanggil mu jika pelayan yang melayani ku. Aku ingin di layani oleh pemilik butik ini." kata Arkan dengan nada marah.

Adira menghela napasnya untuk menenangkan diri agar tidak mudah terpancing amarah. Dengan sangat terpaksa wanita itu menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Adira mengambil katalog dan duduk di depan Arkan.

"Anda ingin memesan pakaian yang bagaimana dan seperti apa ?" tanya Adira lembut. Namun di dalam hatinya mengumpat kesal kepada pria itu.

"Aku ingin memesan satu stel jas yang paling bagus dan paling mahal di sini." kata Arkan dengan sombongnya.

Sekali lagi Adira menghela napas menahan kekesalan dalam hatinya. Tapi senyum tetap menghiasi wajahnya. Adira memberikan katalog khusus desain baju jas dan menyodorkan kepada pelanggannya.

"Anda bisa memilih model mana yang anda inginkan. Saya akan mengambilnya untuk anda."

"Kau pilihkan model yang cocok untuk ku." Arkan meletakkan kembali buku katalog tanpa membukanya sama sekali.

"Baiklah. Tunggu sebentar. Saya akan mengambilnya." Adira beranjak dari sana untuk mengambil beberapa model setelan baju jas yang sesuai dengan ukuran Arkan.

Tak berapa lama kemudian, Adira kembali sambil mendorong tempat gantungan baju di bantu oleh seorang karyawannya. Adira mengambil satu stel pakaian dan menunjukkan di depan Arkan.

"Ini sangat cocok untuk anda. Modelnya santai dan elegan. Sangat sesuai di kenakan dalam berbagai acara maupun untuk bekerja." Adira menjelaskan.

"Kau pikir aku ini orang miskin. Tidak mampu membeli pakaian untuk acara dan untuk bekerja." kata Arkan marah-marah. Adira hanya mampu mengepalkan tangannya menahan emosi menghadapi pelanggan yang super menyebalkan ini.

"Baiklah. Bagaimana dengan yang ini ?" tanya Adira lagi.

"Aku tidak suka warnanya." jawab Arkan asal.

Adira mengambil pakaian lain dan kembali menunjukkan kepada Arkan.

"Aku tidak suka motifnya."

"Model lama."

"Terlalu norak."

"Seperti ban*i."

"Terlalu kuno."

"Sangat pasaran."

Begitulah seterusnya sampai habis semua koleksi baju jas yang ada di butiknya untuk menunjukkan kepada Arkan. Namun tidak ada satu pun yang sesuai dengan keinginan pria itu.

"Tutup saja butiknya jika hanya segitu koleksi pakaian mu."

Tubuh Adira bergetar karena menahan marah. Tapi ia masih ingat pesan mamanya agar selalu bersabar menghadapi pelanggan. Karena itulah Adira masih bisa tersenyum sampai saat ini.

"Anda bisa memesan sesuai dengan desain yang anda inginkan. Katakan model yang bagaimana anda inginkan dan kami akan membuat desain sesuai permintaan anda. Tapi itu membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama." terang Adira.

"Aku ingin memesan setelan jas untuk acara pernikahan ku. Aku ingin kau membuatkan yang paling bagus dan belum pernah ada orang lain yang memakainya. Dan yang paling penting adalah kau menyukainya."

"Hah ?" Adira bingung dengan kalimat terakhir Arkan.

"Maksud anda ?" tanya Adira tidak mengerti.

"Kau harus membuat pakaian yang sama persis seperti yang kau inginkan untuk calon suami mu nanti."

Adira terkejut mendengar perkataan pria yang mengenakan masker tersebut. Apa pria ini tau jika aku akan menikah ? tanya Adira dalam hati.

"Baik. Saya akan membuatnya untuk anda." Adira mengiyakan permintaan Arkan. Toh, pria itu tidak akan tau seperti apa desain yang aku inginkan untuk calon suamiku nanti.

"Anda bisa meninggalkan nomor telepon anda. Nanti saya akan menghubungi anda jika pesanannya sudah selesai."

Arkan memberikan kartu namanya kepada Adira dan tanpa membacanya Adira langsung menempelkan kartu nama itu pada nota pesanan yang sudah di tulis olehnya.

"Terima kasih sudah mengunjungi butik kami." Adira menunduk hormat saat Arkan pergi.

Adira memberikan nota beserta kartu nama Arkan kepada karyawan yang mencatat pesanan pelanggan. Kemudian ia kembali masuk ke dalam ruangannya. Mendudukkan tubuh di kursi empuknya. Pelanggan yang satu ini benar-benar sudah menguras emosi dan energinya. Hampir setengah hari Adira melayani pelanggan yang menyebalkan sepanjang ia mengurus butik milik mamanya selama tiga tahun ini.

Sementara itu Arkan membuka maskernya begitu ia masuk ke dalam mobil. Sang asisten yang sudah menunggunya langsung menjalankan mobil meninggalkan butik.

Asisten itu melihat Tuanya dari kaca spion mobil. Ada yang berbeda dengan tuannya hari ini. Selama dua tahun terakhir, baru hari ini tuannya itu menghabiskan waktu untuk mengurusi hal yang sia-sia. Menghabiskan setengah hari hanya untuk memesan sebuah pakaian. Padahal sebenarnya itu hanyalah modus Arkan yang ingin bertemu dengan wanita yang akan menjadi istrinya.

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

waaah modus calon suamimu Adira 🤗😁😍

2025-01-20

0

Lisa Halik

Lisa Halik

wah arkan sengaja nak pesan baju sama adira hanya untuk mengenalinya

2024-02-26

0

mecca

mecca

owalahhh cuma modus toh hati hati arkan,nanti bucin kamu dah hahaaha

2024-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!