Tamu Makan Malam

Keesokan harinya seperti biasa Adira kembali menjalankan aktivitasnya menjadi manajer di butik milik mamanya. Ya, Adira seperti mamanya, Nia yang tidak berminat dengan pekerjaan kantoran. Ia lebih senang dengan jurusan tata boga seperti memasak, membuat kue, desainer dan lainnya.

Adira masih berdiam di dalam mobil meskipun saat ini ia sudah tiba di butik tempatnya bekerja karena ia melihat sebuah mobil yang tak asing juga ada di sana.

"Untuk apa lagi si bren**k itu ke mari. Malas sekali bertemu dengannya." Adira menghembuskan napas lemah.

Beberapa saat kemudian jendela mobilnya di ketuk dari luar dan ia menoleh ke arah orang yang telah mengetuk mobilnya. Mau tidak mau Adira memilih keluar karena tidak ingin menjadi perhatian orang-orang yang ada di sana.

"Adira kita harus bicara." kata Leo setelah Adira keluar dari mobil.

"Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Pergilah, aku tidak ingin melihat mu lagi." ucap Adira sambil berjalan masuk ke dalam butik.

"Aku mohon Adira dengarkan dulu penjelasan ku. Aku tidak melakukan apapun dengan wanita itu. Pasti ada seseorang yang ingin menjebak ku." Leo berbicara sambil mengejar langkah kaki Adira yang berjalan laju.

"Cukup ! Aku tidak butuh penjelasan apapun. Hubungan kita sudah berakhir. Pergilah sebelum aku memanggil keamanan untuk mengusir mu." Perintah Adira tegas yang membuat Leo terdiam.

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi nanti aku akan kembali menemui mu lagi setelah perasaan mu lebih tenang." Leo memutar tubuhnya untuk kembali berjalan menuju mobilnya.

Adira menghembuskan napas kasar. Kedatangan Leo sudah menghancurkan suasana hatinya hari ini.

"Aduh." Adira mengusap kening yang terbentur pintu kaca di depannya saat ia memutar badan untuk masuk ke dalam butik.

Sementara itu di sebuah rumah mewah yang jauh dari butik Adira. Sepasang suami istri sedang membicarakan tentang putra semata wayangnya saat ini.

Ririn dan Raka baru saja pulang dari rumah kenalannya yang memiliki anak perempuan untuk di jodohkan dengan Arkan, putranya.

"Sudahlah sayang, jangan sedih. Semua pasti akan baik-baik saja." Raka mencoba menenangkan Ririn yang tengah bersedih karena sampai hari ini sudah sepuluh kali lamarannya tidak di terima.

"Apa kau masih memiliki kenalan yang lainnya ?" tanya Ririn kepada suaminya.

Raka tampak berpikir mengingat-ingat siapa lagi temannya yang punya anak perempuan.

"Apa tidak sebaiknya kita hentikan saja mencari jodoh untuk Arkan ? aku jadi tidak tega melihat lamaran mu di tolak terus." pujuk Raka yang merasa kasihan pada istrinya.

Meskipun orang-orang menolak lamaran dengan cara yang halus dan sopan tetap saja mereka menolak karena tidak ingin anak perempuan mereka mendapatkan suami yang buruk rupa dengan wajah mengerikan meskipun kaya raya.

"Kita coba sekali lagi saja, ya ?" Ririn memohon kepada suaminya.

"Hemm, baiklah. Aku akan bicarakan dulu dengan teman ku." kata Raka yang tidak bisa menolak keinginan istri tercintanya.

Bukan tanpa alasan Ririn berusaha keras untuk mencari jodoh untuk putranya. Pasalnya sudah sejak dua tahun yang lalu wanita itu membujuk Arkan untuk menikah dan melupakan mantan tunangannya yang meninggalkannya karena wajah tampan Arkan berubah cacat akibat kecelakaan yang dialami olehnya. Dan baru dua Minggu yang lalu Arkan memberikan jawaban kepada ibunya.

"Baiklah jika ibu menginginkan aku menikah. Aku serahkan semuanya pada ibu. Carilah wanita manapun yang mau menikah dengan ku. Jika dalam dua minggu ibu tidak menemukannya, maka ibu jangan menyuruh ku untuk menikah lagi."

Begitu syarat yang di berikan oleh Arkan kepada ibunya. Mungkin Arkan sudah bosan mendengar permintaan ibunya yang setiap hari menyuruhnya untuk menikah. Bukan karena wajah cacat yang membuat Arkan menutup rapat pintu hatinya melainkan karena rasa tidak percaya lagi kepada wanita manapun yang hanya memandang rupa dan harta. Tidak ada wanita yang benar-benar tulus mencintai tanpa melihat kedua-duanya itu.

"Bagaimana ? apa kau sudah menghubungi teman mu ? kapan kita akan datang ke rumahnya ?" tanya Ririn tidak sabar.

"Sudah. Malam ini kita akan datang untuk makan malam di rumah mereka." jawab Raka yang baru saja memutuskan panggilan teleponnya.

"Terima kasih, sayang." Ririn memeluk dan mencium pipi suaminya sebagai tanda terima kasih karena sudah menuruti permintaannya terlepas dari di terima atau tidaknya lamaran yang akan mereka bawa malam ini.

Waktu kini sudah sore. Adira sedang bersiap-siap untuk pulang. Baru saja wanita itu keluar dari butik. Matanya kembali melihat mantan kekasihnya sudah menunggu di depan mobilnya.

Adira melanjutkan langkahnya dengan cepat, berpura-pura tidak melihat keberadaan Leo di sana. Tapi sayangnya pria itu menyadari jika Adira sengaja menghindarinya sehingga Leo segera menuju ke arah Adira.

"Adira tolong beri aku waktu sebentar saja." Leo menahan pintu mobil Adira saat wanita itu ingin membukanya.

"Baiklah. Lima menit." kata Adira tegas melihat jam di tangannya.

"Ayo, kita minum dulu di cafe sana ?" ajak Leo dengan lembut.

"Dua menit." kata Adira tanpa menangapi ajakan Leo.

"Aku tidak ingin putus. Aku sangat mencintai mu." kata Leo sebelum Adira pergi dan ia akan hilang kesempatan untuk bicara.

Adira memutar matanya malas mendengar kata-kata Leo.

"Tapi aku tidak." kata Adira cepat memotong perkataan Leo sebelum pria itu berbicara yang lainnya.

"Minggir !" bentak Adira yang ingin membuka pintu mobilnya.

"Adira, aku serius dengan kata-kata ku. Aku .. "

Adira tidak mendengar lagi kata-kata Leo karena ia sudah menjalankan mobilnya meninggalkan butik dan Leo yang masih ada di sana.

Saat tiba di rumah Adira bertemu dengan mamanya.

"Adira apa kau lelah ?" tanya Nia yang sedang duduk di ruang tengah.

"Tidak juga. Kenapa ma ?" Adira balik bertanya.

"Setelah ini tolong mama masak, karena ada tamu yang akan makan malam bersama di rumah." pinta Nia kepada putrinya. Nia tau Adira memang hobi memasak jadi ia selalu melibatkan Adira di dapur jika ada acara keluarga.

"Baik, ma. Adira ke kamar dulu sebentar." kata Adira yang diangguk oleh Nia.

Setengah jam kemudian Adira dan mamanya sudah berkutat di dapur bersama dengan beberapa orang pelayan yang mempersiapkan bahan-bahan masakan.

"Ma siapa yang akan datang makan malam di rumah kita ?" tanya Adira penasaran.

"Lihat saja sendiri nanti malam." jawab Nia yang ingin membuat putrinya semakin penasaran.

"Ah, mama membuat orang penasaran saja." kata Adira kesal yang membuat mamanya terkekeh melihat kekesalan putrinya.

"Sudahlah. Jangan terlalu di pikirkan. Mereka adalah temannya papa."

"Temannya papa yang mana, ma ?" tanya Adira yang tidak puas hati.

"Nanti juga kau akan tahu sendiri. Ayo, fokus pada masakan mu nanti gosong tuh kuenya." goda Nia.

"Ah, mama." balas Adira menanggapi candaan mamanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh ketika mereka selesai masak. Adira kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap karena tamu yang di katakan oleh mamanya akan tiba sebentar lagi. Tak sampai setengah jam Adira sudah kembali ke ruang tengah dan ia di buat terkejut melihat tamu yang baru saja di rumahnya.

"Kamu ?"

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

Leo kali nih yg dtg🤔 atau Arkan kah🤔

2025-01-20

0

Lisa Halik

Lisa Halik

siapa,apakah waktu yang lalu2 adira pernah kenal

2024-02-26

1

Fenty Dhani

Fenty Dhani

apa mereka pernah bertemu??atau sudah kenal??

2024-01-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!