Keesokan harinya.
Nana masih asyik berbaring malas di ranjangnya. Setelah perdebatan dengan Janu setelah pertemuan dengan keluarga Elang, Janu harus mengalah membiarkan Nana tetap bekerja sesuai keinginannya. Kebetulan hari ini Nana mendapatkan jadwal shift dua, artinya dia masuk pukul dua siang sampai dengan jam sembilan malam.
Ponsel yang diletakkan di atas nakas bergetar. Nana meraba untuk meraih ponselnya, lalu memicingkan mata membaca pesan masuk.
[Ke ruanganku saat makan siang, ada hal yang harus kita diskusikan]
Nana hanya mencibir membaca pesan dari nomor baru, dari isinya dia tahu jika itu dari Keenan. Nana tersenyum ketika menyimpan kontak tersebut dengan nama CEO mes*um. Karena tidak kunjung dibalas, Keenan ternyata mengirimkan pesan lainnya.
[Atau aku harus menghubungi Pak Janu Arsana kalau kamu tidak kooperatif]
Nana berdecak membaca pesan kedua dari Keenan. “Heran deh, bisanya ngancem terus.”
[Pak CEO yang terhormat, jadwal aku shift dua jadi tidak makan siang di kantor. Pak Janu sedang sibuk dengan urusan lain tidak mengurus masalah menye-menye macam begini]
Terdengar ketukan pintu kamar Nana lalu pintu yang dibuka dan masuklah Mommy Nana. “Sayang,” panggil Nena saat duduk di tepi ranjang Nana.
“Kenapa Mom,” jawab Nana sambil memindahkan kepalanya pada pangkuan Nena.
“Mommy nggak nyangka kalau putri Mommy ini sudah dewasa. Sebentar lagi kamu akan menikah.”
“Mommy senang ya kalau pisah dari aku?”
Nena menghela nafasnya. “Setiap orang tua harus ikhlas ketika anak-anak mereka dewasa, menikah bahkan hidup terpisah. Mommy masih bersyukur karena kita masih tinggal dalam kota yang sama, tidak bisa membayangkan kalau kamu harus tinggal di luar kota atau luar negeri. Gimana kalau Mommy kangen mau peluk kamu.”
“Mommy.” Nana beranjak duduk berhadapan dengan Nena. “Usia Mommy dan daddy berbeda jauh ya, kok bisa begitu? Memang Mommy saat itu suka dengan pria dewasa?”
Nena tersenyum, “Mommy nggak ada pikiran suka dengan pria dewasa, tapi takdir mengarahkan Mommy kenal dan dekat dengan Daddy kamu.”
“Hm, makanya Daddy sekarang lebay. Takut banget kalau Mommy kepincut laki-laki yang masih gagah, sedang kan Daddy sudah beruban.”
“Heh, tidak boleh begitu. Daddy kamu masih muda, bahkan jiwa muda. Kamu kalau berangkat biar diantar supir aja ya, Mommy khawatir kalau kamu naik angkutan umum.”
Nana berdecak. “Mommy ini gimana sih, mana ada Office girl berangkat diantar supir, pake alph*rd pula.”
“Terus gimana dong? Atau bawa mobil kamu sendiri aja ya.”
“Apalagi itu. Gimana nanti kalau ada yang lihat aku bawa mobil. Nggak ah,” tolak Nana.
Sedangkan di Two Season.
Keenan mengernyitkan dahi membaca balasan pesan dari Nana. “Shift dua? Jadi dia akan pulang malam, lalu kalau shift malam dia … tidak bisa, aku harus minta Maria mengatur jadwalnya agar dia tetap bekerja sesuai jam normal. Atau aku minta Maria pecat dia saja ya?”
“Pak Keenan,” suara Jeff menyadarkan lamunan Keenan.
“Ya.”
“Tuan Zhang sudah tiba, saat ini sudah berada di lobby.”
“Oke, kita langsung ke ruang pertemuan. Ahh, ingatkan aku untuk menghubungi Maria untuk mengatur jadwal kerja Nana.”
“Baik, Pak Keenan.”
...***...
Nana sudah memulai aktivitas kerjanya, bahkan saat ini sudah hampir jam kerja berakhir bagi para pekerja non shift. Sedang membersihkan area ruang tunggu tidak jauh dari ruangan Keenan.
Keenan yang baru selesai pertemuan dengan klien bersama Jeff berjalan menuju ruangannya. Keenan urung membuka pintu ruangannya lalu menoleh ke arah Nana yang terlihat sedang mengepel lantai, lalu menghela nafasnya. “Sepertinya lebih baik aku pecat saja.”
“Apa Pak Keenan ingin memecat Nona Nana?” tanya Jeff saat keduanya sudah berada di dalam ruangan.
“Entahlah. Kalau aku pecat pasti akan jadi masalah baru. Gadis ini, aku belum mengenal betul karakternya.”
“Jadwal anda hari ini sudah berakhir, apa ada hal lain yang harus saya kerjakan atau Pak Keenan ingin pulang sekarang?”
“Owh, tidak. Aku belum mau pulang, kamu boleh duluan.”
“Tapi ….”
“Panggilkan Bunga,” titah Keenan.
Jeff pamit kalau dia akan pulang, lalu memanggilkan Bunga. Tidak lama kemudian Bunga sudah berdiri di hadapan Keenan.
“Sebelum pulang bawakan berkas ini,” titah Keenan memberikan memo pada Bunga.
“Baik, Pak.”
Keenan kembali mengirimkan pesan untuk Nana [Ke ruanganku sekarang! Jangan beralasan tidak bisa]
Tidak lama kemudian masuk balasan pesan dari Nana [Tidak bisa Pak, saya sedang berada di Mars]
Keenan berdecak lalu melakukan panggilan. “Halo,” ucap seseorang di ujung telepon.
“Saya bilang ke ruangan saya, sekarang!” Keenan lalu mengakhiri panggilan telepon.
Bunga datang membawakan berkas yang Keenan minta, saat Keenan memintanya keluar dia berpapasan dengan Nana yang baru saja tiba. Bunga melirik tajam pada Nana, entah apa yang dipikirkan wanita itu melihat Nana masuk ke ruangan Keenan tanpa rasa sungkan.
“Pak Keenan panggil saya.”
“Kapan kamu ada waktu, kita harus pesan cincin.”
“Pak Keenan aja kali, ngapain juga aku harus ikut.”
Keenan memijat pelan dahinya mendengar jawaban Nana. “Karena cincin itu akan dipasangkan di jari kamu, kalau saya menikahnya bukan dengan kamu habis perkara. Saya nggak usah repot lagi mengatasi hal ini.”
“Saya libur dua hari lagi.”
“Oke, aku akan sesuaikan dengan jadwalku dulu.”
“Pak, saya boleh duduk ‘kan?” ternyata sejak tadi Nana berdiri dan Keenan baru menyadari itu. Keenan hanya mengangguk lalu membuka tablet dan melihat jadwalnya pada hari dimana Nana libur.
“Oke, aman dengan hari itu. Kamu sampai kapan ingin bekerja?”
“Kalau setelah kita menikah, apa saya masih boleh bekerja?”
“Tergantung.”
Nana menggeser kursinya semakin dekat dengan meja Keenan. “Tergantung apa, Pak?”
“Tergantung kamu mau bekerja apa? Kalau sebagai office girl saya tidak mengijinkan.”
“Pak Keenan malu kalau istrinya hanya seorang office girl.”
Keenan baru saja membuka map dokumen yang dibawakan oleh Bunga, menatap Nana. “Bukan aku malu, tapi memang hal ini akan menimbulkan image tidak baik. Nanti akan membuat tidak nyaman hubungan kita.”
“Owh. Pak Keenan nggak pulang, ini sudah lewat jam kerja.”
“Tidak.”
“Ada lagi Pak, yang harus saya kerjakan di sini?”
“Nope.”
Nana pun akhirnya keluar dari ruangan Keenan.
Sudah pukul delapan malam, Keenan menghubungi Nana tapi tidak direspon. Dia pun keluar ruangan dan mencari keberadaan Nana. Lantai tersebut sudah sepi, sayup-sayup dia mendengar suara obrolan dan orang tertawa. Keenan memastikan jika salah satu suara itu adalah suara Nana.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya Keenan saat masuk ke pantry.
\=\=\=\= hm, Keenan malu malu mau,, padahal mah cemburu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Keenan kaya bapak ke, malu2 rapi mau, ntar nyosor kaya siang🤪🤪🤪🤪
2023-10-17
0
fanthaliyya
hadeuuuh smp disamperin
otw posesif tuh 🤦🤦
2022-12-09
0
Is Wanthi
jangan di pecat pak CEO 🙂🙂🙂🙂
2022-11-01
0