“Ciuman tidak langsung?”
“Iya dong, kemarin juga gitu. Saya diminta minum dari cangkir bekas minum Bapak, jadi kita dua kali ciuman tidak langsung,” ujar Nana sambil terkekeh.
Keenan menatap tajam pada gadis dihadapannya. “Kamu kalau bicara macam-macam lagi, saya adukan ke Bu Maria.”
“Eh, jangan pak. Nggak asyik banget pake ngancem gitu.”
Keenan berdecak, “Lama-lama kamu ngelunjak ya, aku ini pimpinan kamu.”
“Idih, yang bilang Pak Keenan teman aku, siapa? Ya udah deh, Pak Keenan masih ada yang perlu dibantu?”
“Ada, cepat keluar karena saya butuh ketenangan.”
Nana pun undur diri lalu keluar ruangan Keenan. Tidak lama Jeff masuk kembali, menyampaikan lagi pekerjaan dan laporan lisan yang sebelumnya sempat Keenan tanyakan.
Keenan membuka ponselnya, ada pesan dari Kyra.
[Kak, makan siang bareng ya, sekalian aku ambil mobil]
Keenan tidak membalasnya, membuat Kyra mengirimkan pesan lagi.
[Kak, berantem yuk. Ngeselin banget jadi orang, pesanku dibaca doang]
“Permisi, Pak Keenan ini berkasnya,” ujar seorang wanita dengan name tag Bunga.
“Pak Keenan, ini Bunga dia adalah sekretaris Pak Eltan. Karena pekerjaan Pak Keenan meneruskan seluruh tanggung jawab Pak Eltan, beliau minta Bunga yang menjadi sekretaris Bapak.”
“Hm.”
“Terima kasih Pak, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik.”
“Yang perlu kamu tahu kita disini bekerja dan harus profesional. Jangan campur adukkan urusan pribadi,” tutur Keenan.
“Baik, Pak.”
“dan jangan kebanyakan membicarakan hal yang tidak penting dengan sekretaris lainnya terutama membicarakan pimpinan kalian.”
Bunga membelalakan matanya, heran jika Keenan tahu kebiasaan para sekretaris yang sering membicarakan atasannya.
“B-baik Pak.”
“Kamu boleh keluar,” titah Jeff.
Jeff dan Keenan kembali membahas laporan beberapa tahun kebelakang, Ini Keenan gunakan untuk mempelajari dengan baik situasi Two Season. “Astaga, Kyra mau ke sini,” ujar Keenan. “Minta Bunga pesankan makan siang untuk saya dan Kyra.”
Jeff pun menggunakan pesawat telepon di meja Keenan dan mengarahkan Bunga sesuai perintah Keenan.
Benar saja, satu jam kemudian, “Haiii, Kak Keenan.” Lagi-lagi Kyra datang tanpa memberi salam dan mengetuk pintu.
Keenan berdecak, “Aku jadi penasaran dengan galery kamu, ada nggak yang datang dan kerja sama kalau kamunya seperti ini, rese," ledek Keenan.
“Apaan sih, masih sibuk ya. Aku duduk di sana deh,” usul Kyra menunjuk sofa lalu menoleh pada Jeff yang ternyata sedang menatapnya. Kyra mengulum senyum karena berhasil bertatapan dengan pria yang membuat jantungnya berdebar, sedangkan Jeff sendiri hanya menatap dengan wajah datar tanpa terlihat jelas emosi yang dirasakan.
“Frezer banget sih,” gumam Kyra. “Tapi aku suka yang cool begitu.”
... ***...
Di kediaman Janu Arsana.
“Jadi kamu sudah pastikan gadis itu Janela,” ujar Janu pada seorang pria.
“Benar, Pak. Ini laporan lokasinya. Putri Pak Janu hanya tinggal di sini,” tunjuk pria itu pada titik GPS di layar tablet yang diletakan di meja diantara keduanya. “Lalu bekerja di sini. Saya perhatikan lokasinya hanya berpindah di dua titik ini.”
“Two Season Hotel.”
“Betul, Pak.”
“Antarkan saya….”
“Janu!”
Janu dan pria itu menoleh ke arah suara. Malik, kakak iparnya datang dengan wajah emosi. “Kalau aku yang menemukannya lebih dulu, jangan harap kamu bisa bertemu Janela lagi.”
Janu berdecak, “Ini aku sudah dapat lokasinya, sudahlah Bang tidak usah ikut campur urusan ini. Abang fokus saja dengan perusahaan. Aku bingung kita belum ada penerus sedangkan kita sendiri semakin tua.”
“Dimana anak itu sekarang?”
“Sudahlah, itu urusanku. Aku akan kesana sekarang, Abang baiknya balik ke perusahaan.”
“Ingat, kalau kamu tidak berhasil membawa Janela pulang, aku sendiri yang akan mencarinya."
Janu berdecak. Kakak iparnya memang terlalu memanjakan Janela, bahkan sudah menganggap seperti putrinya sendiri.
Setelah kepergian Malik, Janu pun mengajak Nena untuk menemui Janela. Lebih tepatnya mengajak Janela pulang.
Sedangkan gadis yang saat ini menjadi perbincangan dan kekhawatiran Orang Tuanya, sedang tertawa dan bercanda dengan rekan kerjanya sambil makan siang. “Jadi lo kasih kopi rasa garam ke CEO?”
“Iya.”
“Emang bener lo ya, untung nggak dipecat.”
“Jangan dong, susah sekarang cari kerjaan.”
“Tapi Na, lo kenapa mau sih jadi office girl begini. Kalau gue jadi lo, punya wajah cantik mending buat cari suami kaya.”
“Siapa juga yang mau sama aku?”
“Gue mau Na,” ujar Yusuf yang baru saja bergabung.
“Iye, tapi si Nana-nya nggak mau sama lo.”
“Na, lo dipanggil ke ruangan CEO,” ujar Yusuf.
Nana merapikan kotak bekalnya, lalu beranjak menuju ruang CEO.
“Permisi Pak.”
“Tolong bersihkan ini,” ujar Keenan menunjuk mejanya. Keenan menumpahkan kopi di meja kerjanya bahkan sampai menetes ke lantai.
“Baik Pak, saya ambil peralatannya dulu.”
Nana kembali dengan peralatannya lalu membersihkan meja dan lantai yang terkena tumpahan kopi, sedangkan Kenan duduk disofa. "Kirain aku doang yang ceroboh. Taunya pak CEO juga bisa ceroboh," gumam Nana.
"Hei, aku dengar."
Nana terkekeh pelan, "Pak Kenan ini ada dokumen yang kotor kena kopi tadi."
"Mana?" tanya Keenan sambil beranjak menghampiri meja dan Nana yang berdiri tidak jauh dari meja milik Keenan.
"Itu, Pak." Nana melangkah tapi tersandung alat pel yang disandarkan pada meja.
"Aaahhh."
Nana menubruk tubuh Keenan dan keduanya terjerembab. "Shittt," ujar Keenan mengusap dahinya yang terbentur kepala Nana.
"Maaf, Pak. Saya bener-bener nggak sengaja."
"Bangunlah, ini benar-benar tidak nyaman." Nana beranjak bangun tapi salah satu kancing seragamnya tersangkut di ikat pinggang Keenan.
"Pak, nyangkut."
Keenan berdecak, "Paksa tarik saja, kamu ... arghhhh." Nana yang bergerak di atas tubuh Keenan membuat belalainya mengeras ingin dibebaskan.
"Kalau dipaksa nanti kancingnya lepas yang ada dada saya terekspos, Pak. Nanti Pak Keenan terkaget-kaget lihatnya."
"Nggak akan kaget, aku sudah merasakan bentuknya sebesar apa, cepat bangun."
Nana berusaha melepaskan kancingnya tapi terlihat seperti orang yang sedang asyik memainkan milik Keenan. Sampai ....
Bruk.
"Keenan!" teriak Kayla.
"Janela!" pekik Nena.
Keenan menengadahkan wajah menatap ke arah pintu dan begitupun dengan Nana, keduanya terkejut karena melihat kedua orangtua mereka berada di sana.
"Mamah."
"Mommy."
"Apa yang kalian lakukan?" teriak Elang.
Keenan pun mendorong tubuh Nana dan kancing itu terlepas jatuh entah kemana. Membuat seragam yang dikenakan Nana menganga lebar dan Nana menutupinya dengan tangan.
"Pah, Mah, ini nggak seperti yang kalian lihat."
“Astaga Keenan, apa yang sedang kamu lakukan?”
Elang bergegas menutup pintu ruangan Keenan agar tidak ada yang menyaksikan apa yang terjadi.
"Janela, kamu kabur dari rumah untuk melakukan hal ini?” tanya Janu.
“Nggak, Daddy datang pada waktu yang tidak tepat. Aku tadi hanya ….”
“Sebaiknya kita duduk,” usul Elang.
Kayla dan Elang duduk duduk berdampingan termasuk juga Janu dan Nena.
Keenan dengan posisi berdiri seperti peserta sidang, Nana pun berdiri di sampingnya. “Kamu berbuat mesum di perusahaan Papah?”
\=\=\=\=\=\=\= Ayo, mau diapakan mereka?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Maya Ratnasari
freezer
2024-03-07
0
Katherina Ajawaila
yang pasti di halalin aja thour
2023-10-17
0
Sulaiman Efendy
NIKAHKN SAJA MRK OM😂😂😂😂😂😂😂
2023-06-01
0