Bab 18

Hari ini Naya sudah diisikan pulang ke rumah tapi sayangnya Reyna tak bisa menjemputnya karena hari ini Reyna harus pulang ke Jakarta. Yang menjemput Naya hanya Tami saja karena Ketty harus jaga butik.

"Kamu sudah siap buat pulang Nay?"tanya Tami.

"Sudah dong, mommy gak liat kalau aku sama bunda sudah cantik kayak gini."kata Naya sambil menirukan suara anak kecil.

Sejak keliahiran Elya hidup Naya semakin bahagia, apalagi setelah dia lulus kuliah dan bisa membuka sebuah butik atasnamanya sendiri. Naya tak menyangka jika bayi kecilnya sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat cantik dan memiliki kecerdasan yang luar bisa. Naya berpikir jika kepintaran Elya pasti keturunan dari ayahnya. Naya dapat melihat kalau perusahaan Gabriel semakin hari semakin maju dan sekarang sudah menjadi no 1 perusahaan terbaik.

"Kamu ngelamunin apasih Nay?"tanya Ketty.

"Aku gak nyangka waktu semakin cepat berlalu bayi yang aku gendong dulu sudah menjadi gadis kecil yang sangat cantik."kata Naya.

"Aku juga gak nyangka."kata Ketty sambil memandang Elya bermain ditaman dengan anak seumurannya.

"Eh kalian ini jahat banget sih, kesini gak bilang-bilang aku."kata Tami.

"Kamu sih terlalu sibuk sama perusahaan kamu."kata Ketty.

"Mau bagaimana lagi, untung saja butik sekarang semakin maju setelah dibeli oleh Naya."kata Tami.

"Kalian berdua itu bisa gak sih kalau bertemu gak usah bertengkar pusing aku dengarnya. Oh ya bagaimana perusahaan lancar?"kata Naya bertanya pada Tami.

"Lancar tapi aku malas sama kakekku."kata Tami sambil menghera nafas.

"Apalagi kamu mau dijodohin sama siapa lagi?"kata Ketty.

"Aku gak tau, Nay aku mau minta bantuan kamu."kata Tami.

"Kamu mau minta bantuan apa sama aku?"kata Naya.

"Kamu bisa gak bertemu dengan pria yang dijodohkan sama aku nanti malam?"kata Tami.

"Kok aku kenapa gak Ketty saja sih?"kata Naya.

"Siapa tau kamu nanti kamu suka sama dia."kata Tami.

"Kamu mau coblangin aku gitu?"kata Naya.

"Aku gak mungkin menolak perjodohan ini, kalau dia suka sama kamu 'kan bukan aku yang membatalkan perjodohan itu."kata Tami.

"Gak, aku gak mau."kata Naya.

"Pleaselah kamu bantu aku kali ini saja, kakekku janji jika aku tak akan dijodoh-jodohkan lagi setelah ini jadi gak jadi."kata Tami.

"Kamu janji ini yang terakhir ya, setelah ini aku gak akan mau bantu kamu lagi."kata Naya terpaksa karena selama ini Tami sudah banyak mebantunya dan Naya gak bisa menolak.

"Iya, nanti biar Elya yang sama aku saja. El...Elya sini sayang!"kata Tami.

Elya yang dipanggil oleh mommynya langsung saja berlari menghampiri ketiga perempuan itu. Elya yang sudah beberapa hari ini tak bertemu dengan mommynya langsung saja memeluk Tami.

"Mommy kangen...."kata Elya.

"Mommy juga kangen sama kamu, nih liat mommy bawa apa buat kamu?"kata Tami sambil menunjukan paperbag pada Elya dan memberikannya pada gadis kecil itu.

"Ini apa mommy?"kata Elya sambil membuka paperbag itu dan terkejut ternyata didalamnya berisi mainan yang diinginkan oleh Elya.

"Mommy makasih."kata Elya sambil memeluk Tami.

"Kamu itu bisa gak sih jangan manjain Elya?"kata Naya.

"Tu dengerin?"kata Ketty.

"Kamu juga sama saja, kalian berdua itu jangan manjain Elya nanti dia malah semakin manja. Aku mau Elya hidup apa adanya."kata Naya.

"Aku selama bisa memenuhi keinginan Elya akan selalu aku berikan yang terbaik untuknya."kata Tami.

"Aku juga, oh ya aku dengar Elya mau ikut lomba karate memangnya benar Nay?"kta Ketty.

"Iya benar, makasih ya kamu sudah mengajari Elya bela diri."kata Naya.

"Aku akan melakukan apapun yang aku bisa, apalagi Elya seorang perempuan jadi dia harus bisa jaga diri."kata Ketty.

"Kapan memangnya Elya mau lomba karate?"kata Tami.

"Lusa mommy sama aunty Ketty datang ya? Lusa aunty Reyna juga akan datang katanya."kata Elya semangat jika keempat orang itu bisa datang.

"Kapan kamu bilang sama aunty Reyna?"kata Naya.

"Kemarin saat bunda mandi aunty Reyna telepon dan bilang kalau lusa ada kerjaan disini."kata Elya.

"Kamu itu aunty kan kerja masak kamu ganggu anuty kerja?"kata Naya yang gak tau kenapa Elya manja banget sama Reyna.

"Aunty sendiri yang mau, aku mau main dulu ya."kata Elya yang gak mau jika bundanya ngomel.

"Tu liat karena kalian memanjakan Elya jadi gak bisa dibilangin tu anak."kata Naya menyalahkan kedua temannya.

"Kamu kok nyalahin kita sih, memangnya aku salah kalau memanjakan Elya?"kata Tami.

"Kalian gak salah sayang sama Elya tapi jangan berlebihan, aku mau Elya jadi anak yang mandiri."kata Naya.

"Aku yakin jika Elya akan jadi perempuan yang mandiri, kamu 'kan tau kalau Elya itu anaknya cerdas. Dia hanya bisa manja sama kita Nay."kata Ketty.

"Kamu itu."kata Naya.

Saat mereka sedang berbicara tiba-tiba mendengar tangisan Elya, Naya langsung saja melihat ternyata putrinya sedang dimarahi oleh seorang ibu-ibu. Mereka bertiga langsung saja menghampiri Elya ingin tau apa yang terjadi.

"Bunda...."kata Elya sambil berlari dan memeluk bundanya.

"Ada apa sayang kenapa kamu menangis?"kata Naya.

"Kamu siapa?"kata ibu itu.

"Saya bundanya Elya ada apa ya bu?"kata Naya sopan.

"Kamu harusnya ajari anak kamu supaya jangan seenaknya mendorong putraku, liat kaki putraku terluka gara-gara ulah putrimu yang nakal itu."kata Ibu.

"Elya benar apa kata ibu ini jika kamu sudah mendorong putranya?"kata Naya bertanya pada putrinya.

"Iya bun, tapi dia yang mulai duluan. Dia bilang kalau aku gak punya ayah, aku juga dibilang anak haram bun."kata Elya.

"Kamu gak bohong sama bunda kan?"kata Naya yang sebenarnya dia nyesak karena mendengar ucapan Elya tapi dia mau bagaimana lagi memang itu kenyataan. Hal yang ditakutkan selama ini kejadian juga.

"Gak bun, aku gak bohong."kata Elya.

"Maaf bu kalau anak saya salah tapi saya juga mau agar ibu jangan bilang kalau Elya anak haram lagi."kata Naya.

"Memangnya ayahnya Elya kemana kalau dia memang bukan anak haram?"kata bu.

"Ayahnya Elya sibuk kerja diJakarta gak sempat datang kesini."kata Naya berbohong.

"Baiklah kali ini aku akan maafkan kalau kayak gitu aku pergi dulu."kata Ibu itu.

Setelah ibu dan anaknya itu pergi Naya langsung berjongkok agar sejajar dengan putrinya. Naya langsung memeluk putrinya dan mengelus punggung Elya agar gadis kecil itu tenang.