Aku segera mempercepat langkah. Baru sekarang aku merasa takut padahal saat aku mendekati penginapan itu tak ada sedikitpun rasa takut. Aku hampir mendekati Mansion Maera. Aku lihat di luar mansion rupanya rombonganku telah menunggu. Sienna yang pertama melihatku langsung berlari ke arahku.
"Eriza, darimana saja kamu? Hampir satu jam kami menunggumu di sini. Kamu bahkan tidak menjawab panggilan telepon ku. Kamu tahu jika satu jam lagi kamu tidak kembali, Mr. Mark akan menelepon polisi?!" gerutu Sienna sambil berjalan di sampingku.
"Maaf, ponselku tertinggal di hotel," jelasku.
Setelah aku bergabung kembali bersama rombongan aku segera minta maaf pada mereka. "Maaf, sudah membuat kalian menunggu lama!"
"Oh, akhirnya kamu kembali. Aku akan menelepon Mr. Mark bahwa kamu telah kembali. Ia dan Roger menunggu kita di van," ujar Mandy yang mulai sibuk dengan ponselnya. Roger adalah nama si supir.
"Hai, kita belum kenalan. Namaku Alex William!" sapa Alex sambil mengulurkan tangannya.
"Eriza Ravella," balasku. Dan yang lain mengikuti.
"Vanessa Laurent."
"Justin Leonard."
Satu persatu berjabatan tangan dengan ku sambil mengenalkan diri. Seusai itu aku tersenyum pada mereka dan kembali berkata dengan perasaan bersalah.
"Maaf telah membuat kalian semua menunggu!"
"Tidak apa-apa! Ayo, kita harus kembali ke parkiran," ajak Alex.
Kami bergegas menuju tempat parkir. Di depan van ku lihat Mr. Mark sedang berdiri menunggu kedatangan kami. Sedangkan Roger menunggu di balik kemudi.
Mr. Mark langsung menghampiriku. "Kamu tidak apa-apa, nona Eriza?!" tanyanya dengan nada serius.
"Tidak. Aku keasyikan jalan jadi lupa waktu. Maaf telah merepotkan anda!" jawabku merasa sangat tidak enak.
"Tidak masalah. Baiklah semuanya masuk ke dalam van. Kita akan kembali ke hotel!" kata Mr. Mark pada yang lainnya.
Kami semua lalu masuk ke dalam van. Dan van mulai melaju meninggalkan Dixie Holly. Kami tiba lebih cepat di hotel. Semuanya langsung keluar dari van kecuali Roger. Sebelumnya Mr. Mark menyampaikan rencana untuk esok sebelum kami bubar.
"Teman-teman, besok kita akan berkunjung ke museum dengan koleksi benda-benda berbau supranatural. Kita akan berkumpul jam sepuluh pagi di sini, kuharap kalian tidak terlambat!" pesan Mr. Mark.
"Dan ... Nona Eriza, Nona Sienna, apakah anda berdua berminat ikut perjalanan kami berikutnya?" tanya Mr. Mark padaku dan Sienna.
Aku buru-buru menjawab. "Tidak, terima kasih. Kami berencana ke Glosy Tower besok."
"Oh, sayang sekali! Tapi tidak masalah, kalian bisa menghubungiku jika ingin bergabung dengan rombonganku lagi. Perjalanan kami berakhir tiga hari lagi," pesan Mr. Mark.
"Tentu. Terima kasih!" balasku.
Setelah dirasa tak ada yang perlu disampaikan Mr. Mark akhirnya menyuruh kami bubar. Kami semua masuk ke dalam hotel sedangkan Mr. Mark kembali ke dalam van dan van melaju pergi.
Kami memasuki lobby hotel. Aku berjalan di belakang Alex dan Vanessa. Sedangkan Sienna berada di belakang bersama Justin. Mereka nampaknya akrab sekali jadi ku tinggalkan saja. Mandy yang entah datang darimana tiba-tiba saja sudah ada di sampingku.
"Hai, bertemu lagi!" sapa gadis manis itu dengan riang. Dia nampak lebih bersahabat dibanding temannya, Vanessa.
"Ya!" balasku dengan senyum kaku.
"Di mana kamarmu?" tanya Mandy.
"Di lantai dua," jawabku tanpa menyebut nomor kamar.
"Oh, kalau begitu kamu pasti sekamar dengan sepupumu," tebak Mandy tepat.
Aku hanya mengangguk mengiyakan.
Kemudian Mandy melanjutkan. "Kamarku di ujung lorong sana. Dekat taman, kalau sempat mampirlah! Kamarku nomor 143. Aku tidur sendiri."
"Oh, kamu tidak bersama Vanessa?!" tanyaku.
"Tidak. Dia di kamar 112. Kalau Alex dan Justin baru sekamar. Mereka juga di lantai dua, nomor 319," jawab Mandy blak-blakan.
"Oh," gumamku pada Mandy. Ia sangat pandai menghafal angka.
Kami telah berjalan sampai di lift. Dan aku pun harus berpisah dengan Mandy.
"Ah, lift nya sudah sampai, kita berpisah di sini. Jangan lupa mampir ke kamarku, ya!" pesan Mandy sebelum kami berpisah.
"Tentu!" balasku sambil melambaikan tangan.
Tinggal Mandy dan Vanessa yang kemudian bersama karena kamar mereka searah. Sedangkan aku, Sienna, Alex dan Justin masuk ke dalam lift. Aku berdiri di depan lift. Di sebelahku ada Alex yang berdiri agak jauh. Sementara Sienna dan Justin di belakang. Mereka masih bersemangat seperti tadi. Seolah tak ada habisnya pembicaraan mereka. Aku dan Alex hanya diam saja.
Pintu lift terbuka. Kami tiba di lantai dua. Saat melewati lobby dan memasuki lorong menuju kamar kami. Alex mulai berbicara padaku.
"Aku dengar kamu kuliah di Alpha University. Kamu pasti gadis yang pintar!" puji Alex.
"Tidak juga. Sienna juga kuliah di sana," jawabku sambil menuduh di dalam hati pasti Sienna yang memberitahunya.
"Menurut kabar university itu dihuni oleh siswa dengan nilai diatas rata-rata," jelas Alex.
"Jadi, kamu tinggal di satu kota yang sama dengan Sienna?" lanjut Alex bertanya.
"Ya. Tentu saja, kami sepupu!" jawabku pada Alex. Aku tidak mengerti maksud pertanyaan Alex barusan. Apa Sienna tidak memberitahunya?! Mungkin itu hanya basa-basinya saja.
"Oh, benar juga. Aku dari Jackville. Tiga jam dari Losta dengan bus. Dan aku kuliah di Oberon University. Apa kamu pernah ke Jackville?" tanya Alex dengan antusias.
"Tidak. Aku tidak pernah ke mana-mana sebelumnya. Ini perjalanan pertamaku," jawabku jujur.
"Oh ... Jadi kalian hanya datang berdua saja?" tanyanya lagi.
"Iya," jawabku singkat.
"Hebat!" ujar Alex kagum.
"Apanya yang hebat?" tanyaku tak mengerti.
"Kalian dua orang gadis berani melakukan perjalanan yang cukup jauh ini tanpa dipandu siapapun. Menurutku itu hebat!" jawab Alex kagum.
"Biasa saja. Karena kami tidak mencari tempat-tempat angker untuk dikunjungi, kurasa kami tidak butuh pemandu!" sindirku.
Alex tertawa. Ia menjelaskan. "Hahaha ... Hanya sekedar hobi iseng. Mengisi liburan mengunjungi tempat yang angker. Itu sangat menyenangkan sekaligus menegangkan."
"Lalu, apa tadi kamu melihat sesuatu yang melayang di udara atau penampakan yang membuatmu berteriak ketakutan?" tanyaku setengah mengejek.
"Tentu saja tidak. Aku hanya merasa seperti ada yang sedang mengikuti dan mengawasi kami dari jauh. Dan kursi goyang di dekat perapian bisa tiba-tiba bergoyang dengan sendirinya," jawab Alex mengingat penjelajahannya di mansion tadi.
"Menarik," ujarku meski sebenarnya aku kurang tertarik dengan ceritanya.
Perjalanan kami berempat akhirnya sampai di lorong di mana kamar kami berada.
"Kita sudah sampai, kamarku ada di lorong kanan sana," kataku pada Alex.
"Sayang sekali kita harus berpisah. Kamar kita tidak searah. Mungkin lain kali kita bisa bertemu dan mengobrol lagi!" ujar Alex penuh harap.
"Ya, mungkin!" balasku asal.
Kami pun berpisah. Aku berjalan ke lorong kanan dan Alex ke lorong kiri. Di belakang Sienna berlari menyusulku.
"Apa yang kalian bicarakan tadi?" tanyanya.
"Tidak ada hanya basa-basi saja," jawabku.
Sienna tidak bertanya lagi sampai kami tiba di kamar. Baru ketika akan tidur Sienna kembali bertanya.
"Kamu tidak ingin ceritakan padaku ke mana kamu pergi tadi?"
"Hanya menelusuri sepanjang Dixie Street saja. Dan masuk ke sebuah toko," jawabku kalem.
"Oh, ya sudah! Selamat tidur!" ucap Sienna. Kemudian ia pun berbaring dan tidur.
Aku juga berbaring di atas kasurku. Tetapi mataku belum terpejam. Aku masih penasaran dengan Lucent Inn tadi dan kakek tua itu. Mengapa ia melarangku mendekati gedung itu? Ada apa sebenarnya di dalam gedung itu? Dan siapa sosok yang tiba-tiba muncul dan menghilang di jendela? Apa dia hantu? Apa karena gedung itu berhantu jadi kakek itu melarangku mendekatinya? Tapi bukankah Mansion Maera juga berhantu?! Tapi tidak ada larangan bagi siapapun untuk masuk ke dalam mansion itu. Semua itu menjadi pertanyaan bagiku.
Jam dinding kamar menunjukkan pukul 23.27. Hampir tengah malam. Aku lihat Sienna sudah tertidur pulas. Terlintas sebuah ide di pikiranku. Aku turun dari tempat tidur. Mengambil mantel dan memakainya untuk menutupi baju tidur. Dengan langkah yang pelan berjalan ke pintu. Kubuka pintu kamar dengan perlahan dan menutupnya kembali dengan sangat pelan. Aku telah keluar dari kamar.
Aku berjalan dengan cepat menuju lift. Meskipun hampir tengah malam tapi masih ada juga tamu yang duduk di lobby. Aku segera masuk ke dalam lift dan turun ke lantai bawah. Kemudian berjalan lagi dengan cepat menuju taman di ujung. Sampai pada deretan kamar yang sedang kucari. Sepi sekali di sini. Aku berjalan sambil membaca nomor kamar yang tertera mencari nomor yang kucari. Akhirnya aku sampai di depan kamar 143. Dengan pelan ku ketuk pintu kamar tersebut. Tidak tahu apakah sang penghuni sudah tertidur atau belum. Tidak juga peduli kedatanganku akan mengganggu waktu tidurnya atau tidak. Yang jelas ia mengundangku ke kamarnya tadi dan aku boleh datang kapan saja, bukan?!
Tak lama menunggu pintu kamar pun terbuka. Dan muncul seorang gadis manis dengan gaun tidur ungu pastel di depan pintu.
"Hai, Eriza!" seru Mandy begitu melihatku.
"Apa aku mengganggu waktu tidurmu?" tanyaku.
"Tidak. Masuklah! Kebetulan aku juga belum tidur," ujar Mandy yang membuka pintunya lebih lebar untukku masuk.
Begitu aku masuk ke dalam kamar Mandy langsung menutup pintu. Sepertinya Mandy memang belum tidur karena lampu meja masih menyala dengan buku yang terbuka di atas meja.
"Duduklah!" Mandy memutar kursi di depan mejanya dan mempersilahkan ku duduk.
"Trims!" balasku lalu duduk di sana. Sedangkan Mandy duduk di atas kasurnya.
"Kamu malam-malam ke sini bukan hanya untuk sekedar berkunjung, bukan?! Pasti ada hal yang ingin kamu bicarakan," tebak Mandy tepat.
Aku menganggukkan kepala padanya. Dan ia kembali bertanya. "Apa itu? Katakanlah!"
"Sebenarnya aku kurang yakin kamu mengetahuinya. Tapi karena kamu satu-satunya teman dari klub misteri yang terlihat lebih bersahabat. Jadi aku menemui mu," kataku memulai obrolan.
"Ya. Lalu?" tanya Mandy begitu menyimak ucapanku.
"Tadi saat berada di Dixie Street aku sempat jalan sampai di ujung jalan itu. Dan aku melihat sebuah penginapan yang bernama Lucent Inn. Seperti kebanyakan gedung di sana yang terkesan tua dan angker. Tapi anehnya saat aku mendekati penginapan itu tiba-tiba seorang kakek tua yang entah datang darimana mencegahku. Ia menyuruhku pergi dan jangan mendekat ke penginapan itu lagi. Aku penasaran ada apa dengan penginapan itu? Apa kamu tahu sesuatu mengenai penginapan itu?" jelasku pada Mandy.
"Lucent Inn? Aku pernah baca di sebuah situs, penginapan itu hanya beroperasi sebentar. Tapi kemudian ditutup tanpa sebab yang jelas. Beberapa orang bilang penginapan itu berhantu dan sering mengganggu tamu. Ada juga yang bilang pegawai dan tamu penginapan kadang menghilang dan ketika ditemukan mereka sudah meninggal," kata Mandy menurut apa yang pernah ia baca.
Kemudian ia melanjutkan. "Aku juga tidak terlalu tahu dengan penginapan itu. Tidak ada juga di agenda perjalanan kami. Mungkin kamu bisa bertanya pada Mr. Mark. Dia sudah belasan tahun menjadi pemandu wisata. Mungkin saja dia tahu sedikit kisah tentang penginapan itu."
"Oh ya, aku juga sempat melihat penampakan seseorang di dalam jendela. Tapi aku tidak lihat jelas wajahnya," kataku.
"Wah, pasti menakutkan sekali. Sayang kami tidak melihat adanya penampakan di mansion. Hanya kursi yang tiba-tiba bergoyang saja. Cukup membuat bulu kuduk berdiri," ujar Mandy dengan senyum manisnya.
Aku kembali melihat jam dinding di kamar Mandy. Sudah pukul 01.05 dini hari rupanya. Aku harus kembali kekamarku, aku takut Sienna tiba-tiba terbangun dan mencariku. Meskipun biasanya ia selalu tertidur pulas sampai pagi. Lagipula Mandy juga harus istirahat.
"Oke, terima kasih atas informasinya. Aku harus kembali ke kamar, aku takut Sienna terbangun dan mencariku. Maaf mengganggumu malam-malam begini," kataku sambil berdiri dan berjalan ke pintu.
"Tidak masalah. Datanglah lagi selama aku masih di sini!" pesannya sambil membukakan pintu.
"Tentu. Terima kasih dan selamat malam!" kataku berlalu pergi.
"Malam!" balas Mandy yang lalu menutup pintu.
Dengan cepat aku berlari kembali ke kamar. Sesampai di kamar Sienna masih tertidur pulas dan kuharap dia tidak tahu aku menyelinap ke luar.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
@ Yayang Risa Selamanya
Sienna menanyakan kepada Eriza habis dari mana saja Eriza karena hampir satu jam Sienna menunggu Eriza
2023-09-20
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 Butter ᝯׁ֒ꫀᥣᥣіᥒᥱ༅
cewe petualang mereka wkwkk
2023-09-20
0
ஜL̾oͦv̾eͤl̾y̾n̾ஜ
cakep-cakep visualnya 😍
2023-08-25
0