Bab. 16

Krucuk… krucuk..

Tiba-tiba perutnya berbunyi, karena sedari tadi belum makan malam padahal sekarang sudah pukul 11 malam tapi, ia tidak mau beranjak dari tempat duduknya.

Dania masih bersikeras untuk bertahan menunggu kepulangan Dennis. Ia terus saja menunggu kedatangan suaminya walaupun sudah kelaparan, yang entah kapan pulangnya.

"Mungkin membaca majalah atau surat kabar bisa menutupi rasa laparku ini," cicitnya Dania seraya meraih beberapa majalah male.

Dania mengenyampingkan untuk mengisi perutnya terlebih dahulu padahal ia orangnya mengidap sakit mag yang cukup parah selama ini.

Dania bosan menonton acara TV yang menurutnya sangat membosankan itu, ia beralih melihat ke arah atas meja yang diatasnya terdapat beberapa buah majalah.

"Aahhhmmm!! Kenapa Mas Dennis lama banget yah, apa mungkin acaranya tidak jadi yah," gumamnya Dania sembari menutup mulutnya dengan menggunakan tangannya yang barusan menguap.

Berselang beberapa saat kemudian, Dania beralih mengambil majalah dan kebetulan majalah itu tentang sosok pengusaha muda tersukses di tahun ini. Dia memperhatikan satu persatu foto pengusaha itu, entah kenapa salah satu wajah pengusaha muda itu membuatnya pangling dan mengaguminya.

Ia kemudian tersenyum tipis, "Andai saja Mas Dennis yang berada di foto ini pasti akan terlihat tampan dan macho, tapi sayangnya itu hanya mimpi dan khayalanku semata, tapi hitung-hitungan untuk ngilangin rasa bosan nungguin Mas Dennis," cicitnya sembari tersenyum cengengesan.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam, karena kelelahan dan belum juga makan Dania pun tertidur, ia meringkuk ketiduran di sofa ruangan tengah. Majalah yang sempat dia baca masih berada di dalam genggamannya hingga mengenai wajahnya yang masih sangat terlihat cantik dengan polesan make up yang terkesan alami. Bahkan sudah menutupi wajahnya hingga sebagian wajahnya.

Adzan subuh berkumandang dari toa mesjid. Dania menggeliat dari tempat pembaringannya ternyata ia segera tersadar kalau dia ketiduran di kursi dan masih memakai pakaian yang kemarin dia pakainnya.

"Syukur Alhamdulillah… sudah pagi aku sebaiknya shalat subuh dulu," gumamnya Dania.

Karena sudah waktunya shalat subuh, dia bergegas ke kamarnya untuk melaksanakan shalat subuh. Aku menapaki satu persatu undakan tangga dengan perlahan seakan-akan sedang menghitung banyaknya anak tangga yang dipijaknya itu.

"Aku kesepian sangat, rumah yang sebesar ini kalau hanya aku yang tinggal d dalamnya pasti tidak akan enak juga sih," keluhnya Dania.

Dania bergegas ke dalam kamar mandi karena ingin mengambil air wudhu dan akan melaksanakan shalat subuh dengan penuh takzim dan khusyuk. Setelah shalat subuh, Dania menyempatkan dirinya untuk membaca ayat suci Alquran beberapa ayat.

"Alhamdulillah, makasih banyak ya Allah… Engkau masih memberiku kesempatan untuk bernafas hingga detik ini," lirihnya.

Dania merapikan perlengkapan shalatnya ke dalam lemari. Lalu ia berjalan ke arah jendela kamarnya. Ia kemudian membuka tirai gorden warna jingga itu hingga tampaklah kaca jendela besar yang cukup tinggi.

Dania membuka jendela itu agar udara segar masuk ke dalam kamarnya dan tidak lupa mematikan mesin pendingin ruangannya acnya.

"Udara pagi memang menyehatkan dan membuat pikiran menjadi lebih tenang dan nyaman," cicitnya Dania.

Krucuk.. krucuk..

Bunyi perutnya Dania, karena merasa sangat lapar, ia bergegas ke dapur untuk mengambil makanan. Kebetulan makanan yang dia masak kemarin masih ada sisa dipanasin saja.