Cinta Pertama

Bab. 1

Sahabat dan keluarga dari Dania Alfira Ramadani tidak percaya dengan kejadian yang menimpa Dania sendiri. Mereka bahkan bingung sekaligus tak tahu harus berbuat apa-apa.

Setelah mendengar kabar tersebut segera mendatangi sahabatnya itu. Ririn memeluk Dania sahabat satu-satunya itu yang tak henti-hentinya menangis.

"Sabar yah Dania, insya Allah semuanya akan baik-baik saja, karena aku yakin kamu tidak bersalah," ucap Ririn.

"Aku tidak tahu Rin, harus gimana lagi karena percuma juga aku membela diri," tukasnya Dania.

Seorang ibu-ibu maju ke depan mereka berdua, "Jadi gimana solusinya yang terbaik untuk masalah ini, karena kami tidak ingin kejadian seperti ini terjadi lagi?" kata seorang ibu-ibu yang memakai hijab.

Pak Seto tersenyum penuh arti,"Jalan terbaik kita nikahkan saja mereka dari pada kita bawa mereka ke kantor polisi yang pastinya bukannya menyelesaikan masalah malah akan semakin menambah saja," sahut seorang bapak-bapak yang perutnya membuncit.

"Aku tidak mau, aku tidak bersalah tolong jangan nikahkan aku, aku juga tidak mau ke kantor polisi, seumur hidupku aku tidak pernah berurusan dengan kepolisian," pungkasnya Dania semakin histeris dalam menangis.

"Ayo buat semakin panas suasananya agar gadis itu bersedia menikah denganku," batin Denis pria yang kedapatan sedang berada di bawah tubuhnya Dania.

"Kami sangat malu dengan kejadian ini, aku heran ada gadis yang cantik tapi akhlaknya tidak seperti kecantikannya itu, dunia sudah berubah kalau seperti ini," sarkas Bu Ana dengan tatapannya yang terus tertuju pada Denis.

"Iya apa yang ibu katakan benar adanya, kita tidak boleh tertipu dengan tampang dan penampilan seseorang terlihat alim dan sopan dan ternyata sangat menipu, aku pun tertipu dengan keluguannya," ketusnya Bu Ina.

Ririn tidak tega dengan berbagai hujatan dan bulyan dari semua warga masyarakat yang datang entah sumbernya dari mana.

Ririn akhirnya mengambil keputusan.

"Baiklah daripada teman kami di penjara lebih baik dinikahkan saja Pak, kasihan temanku kalian hina terus terusan," imbuhnya Ririn.

Menurutnya Ririn itu jalan yang terbaik dari pada Dania dipenjara itu akan lebih parah dan runyam masalahnya.

Dengan berat hati Dania setuju dan menghubungi Paman dan Bibinya agar segera datang ke tempat itu untuk meminta bantuan dan keputusan dari jalan yang sudah diputuskannya.

Bahkan Paman dan Bibinya tidak percaya dengan kejadian ini, mereka sangat mengetahui dengan sangat jelas siapa keponakan mereka. Paman dan Bibinya pun berangkat ke Kota malam ini juga.

"Paman tolong jangan katakan sama bapak dan ibuku, aku yang akan bicara dengan mereka," ujarnya Dania setelah telponnya terputus.

Cincin pernikahan hanya sebuah simbol kebahagiaan, tetapi kebahagiaan sesungguhnya ada dalam bahtera rumah tangga.

Pernikahan yang hebat bukanlah ketika pasangan sempurna berkumpul bersama, melainkan ketika pasangan yang tidak sempurna belajar untuk menikmati perbedaan mereka.

Lafaz nikah mu telah menjadikan aku sebagai pelengkap hidup mu, bukan untuk sehari atau setahun, tetapi sebagai istri yang menemanimu hingga ke ujung nyawaku.

Karena sudah malam, mereka semua bubar dan kembali ke rumah masing-masing. Dengan kesepakatan yang mereka setujui jika, besok pagi Dania dan Denis akan menikah.

Karena menunggu kedatangan keluarga dari Dania dan Ririn pun meminta bantuan keluarganya untuk menghubungi kedua orang tuanya Dania. Orang tua Ririn yang akan berbicara langsung dengan bapak dan ibunya Dania karena mereka sudah saling kenal sejak lama.

Kedua orang tuanya Denis ada di luar negeri sehingga, ia pun diam-diam menghubungi teman baiknya untuk menjadi saksi pernikahannya dan meminta berkas yang dibutuhkan.

Beberapa saat kemudian, datanglah paman dan bibinya Dania serta sahabatnya. Karena Denis tidak ingin wajahnya terekspos makanya ia harus menikah tanpa sepengetahuan oleh keluarga besarnya.