Besokkan harinya, diadakan upacara atas kematian Arisa, murid-murid dari Sekolah Akademi Militer Sakurazaka, berbondong-bondong mendatangi kediaman keluarga Hirotada, begitu juga dengan para tetangga kiri-kanan, suasana duka menyelimuti keluarga itu.
Ibu Yuna Hirotada, ibunda dari Okita dan juga Arisa, menangis terus-menerus tanpa henti sepanjang malam, ia tidak menyangka bahwa anak kesayangannya pergi meninggalkan mereka, sang suami berusaha keras untuk menenangkan sang istri.
Yuiji dan lainnya memberi dukungan moril terhadap Okita, sedari tadi sepeserpun dia belum mau berbicara, orang-orang yang datang ke acara pemakaman memakai setelan jas berwarna hitam dan gaun berwarna hitam.
Divisi Yuiji berkurang satu setelah kepergian Arisa, Okita mencoba dan berusaha menahan nangis karena ditinggal sang adik yang ia sayangi, adik yang selalu bersamanya bertahun-tahun dan sekarang ia harus merelakan kepergian sang adik.
Acara pemakaman berlangsung cukup lama di sebuah gereja yang tidak jauh dari kediaman keluarga Hirotada, isak tangis dari keluarga terdengar jelas dan satu-persatu keluarga menghampiri jasad Arisa sebelum peti di tutup dan di kremasi.
Giliran Okita bersama teman-temannya menghampiri jasad Arisa, Okita tidak banyak bicara, ia hanya mengucapkan,
" Terima kasih banyak atas semuanya, aku akan menepati janjimu, aku akan berusaha untuk berubah, terima kasih juga untuk hadiahnya, aku akan menyimpan hadiah ini sebagai kenang-kenangan yang sangat berharga Arisa ".
Setelah para keluarga sudah menemui jasad Arisa, peti itu pun ditutup dan dibawa ke sebuah tempat untuk dikremasi, semua keluarga dan orang-orang yang datang, jasad telah dikremasi, kemudian, abu itu dibawa untuk dikuburkan di belakang gereja.
Mereka semua berkumpul disana, peti mati dimasukkan perlahan-lahan oleh orang-orang yang bertugas dalam permakaman.
Hari Minggu seharusnya adalah hari yang bisa membuat orang-orang berefreshing diri, berlibur dengan keluarga dan masih banyak lagi, tapi menjadi hari penuh rasa duka.
Pemakaman selesai, peti pun juga sudah dikuburkan, tertancap nisan diatasnya dengan tulisan
" 広忠.ありさ ( Hirotada Arisa ) ".
Orang-orang sudah mulai meninggalkan pemakaman tersebut satu-persatu, sisa Okita yang belum pergi dari sana, melainkan dirinya menatap dan merenungkan makam adiknya.
Yuiji dan teman-temannya melihat hal tersebut membuat hati mereka menjadi lebih sedih, Yuiji menghampiri Okita.
" Okita, ayo kita pulang " ucap Yuiji sambil menepuk pundaknya, Okita ikut pulang bersama mereka.
Hari berganti hari, semenjak acara pemakaman Arisa usai, Okita 3 hari tidak hadir ke sekolah, baru hari ke 4 ia masuk, pertama kalinya ia bolos ke sekolah setelah kematian sang adik, perasaan dia masih belum stabil.
" Selamat pagi Okita " sapa Ibundanya sembari menaruh sarapan pagi
" Selamat pagi juga Ayah, Ibu ".
" Hari ini kamu sudah mulai berangkat ke sekolah? Apa kamu sudah membaik? " tanya sang ayah yang begitu mengkhawatirkan anaknya.
Okita menghela nafas,
" Ya, aku sudah mendingan ayah, tidak perlu mengkhawatirkan diriku ".
Ia memakan hidangan yang sudah disiapkan oleh ibunya, setelah sarapan Okita bergegas pergi ke sekolah. Ini pertama kalinya Okita pergi sendirian ke sekolah tanpa sang adik, memang berat untuk dirinya, tapi rasa berat ini harus dia lawan.
Sesampainya di sekolah, ia memasuki gerbang sekolah dan memasuki kedalam gedung, berjalan sepanjang koridor sekolah, menaiki tangga ke lantai 2, berjalan menuju ke kelasnya yang ada diunjung sebelah kanan.
Okita menggeser pintu kelasnya dan masuk kedalam.
" Woaa, Okita sudah masuk~ Pagiiii " sapa Kaito melihat Okita yang baru saja masuk kedalam kelas.
" Ya, pagi " sapa Okita singkat, padat dan jelas sembari menarik kursinya, mengantungkan tasnya di sebelah kanan meja.
Kaito dan Tatsu saling berpandangan, mereka kira bakal dicuekin lagi, ternyata disapa balik sama Okita.
" Kamu kesambet apaan?? Ini Okita kan? " tanya Kaito langsung bergegas membalikkan kursinya yang ada di depan meja Okita, menghadap kursi itu ke arah dirinya, mukanya agak sedikit mendekat dengan wajah Okita, Tatsu juga ikut nimbrung bareng Kaito.
" Mau saya lempar keluar jendela? " tanya balik Okita ke Kaito dengan ekpresi datarnya dia.
" Tidak, tidak, masalahnya ada sesuatu yang salah denganmu " ucap Kaito dan terus mengoceh dihadapan Okita, membuat dirinya menjadi emosi, dirinya bangun dari tempat duduk dan mengeret Kaito, lalu, ia lempar keluar jendela.
Tatsu terpelongo saja melihat Kaito dilempar.
" Selesai ".
Okita setelah dirinya melemparkan Kaito ke luar jendela, teman-teman sekelas mereka menyaksikan adegan itu, langsung pada melihat keluar jendela, melihat keadaan Kaito setelah dilempar, untungnya masih sehat-sehat saja.
Bel masuk berbunyi, anak-anak kelas 2-B masuk ke dalam kelas, pelajaran segera di mulai.
Suasananya kelas 2-B menjadi hening, mereka semua berfokus dengan pelajaran yang dilakukan pada hari itu.
Semenjak Okita berubah, dirinya sering dijahili oleh Kaito, dari mulai jam pelajaran pertama hingga jam istirahat sampai jam pulang sekolah, tidak ada hentinya Kaito mengganggu dirinya yang sedang fokus belajar.
Seharian Okita di ganggu oleh Kaito dan dia juga tidak kapok dengan Okita, senang melihat dirinya berubah.
Sebenarnya Okita sedang beradaptasi untuk bisa terbuka dengan orang lain, mengingat kata-kata adiknya, dia sedang berusaha mencoba untuk keluar dari zona nyamannya selama ini.
Di lapangan setelah pulang sekolah, mereka semua melakukan latihan bersama, hari ini Okita ikut dalam perlatihan, walaupun mereka kekurangan anggota 1 tapi tidak apa-apa.
Baru juga mereka semua latihan bersama, tiba-tiba Mr. Y mendapatkan kabar bahwa ada penyerangan brutal di pusat kota, banyaknya chimera yang datang membuat divisi dari pasukan lain kualahan dan mereka sangat membutuhkan bantuan.
Yuiji dan kawan-kawannya bergegas datang ke tempat lokasi menggunakan mobil. Berita itu memang benar, sangat banyak monster disana, tanpa berpikir panjang Yuiji memerintahkan anggota divisinya untuk ikut bertempur bersama anggota divisi yang lain.
Okita yang belum begitu pulih, nyaris kehilangan nyawanya karena tidak terlalu bisa fokus dalam bertarung. Seringkali menghindari serangan dari monster-monster itu dan tiap tembakan selalu meleset.
" Okita, kamu baik-baik saja? " tanya George melihat gaya bertarung Okita sedikit berubah dan tidak ada satu monster pun yang kena dari tadi.
" Aku tidak apa-apa " jawab Okita dengan nada dingin dan dia maju ke depan, mengganti peluru yang ia bawa dan kali ini dirinya berhasil mengalahkan beberapa monster chimera.
Setelah ia berhasil mengalahkan monster, ada satu monster yang belum dia kalahkan, tapi monster itu tiba-tiba menyerang dirinya, Okita langsung menghindari serangannya sebelum dia menembak.
" Handle Ari.... ".
Okita secara spontan dan baru saja mengucapkan nama adiknya, ia baru sadar bahwa sang adik sudah tidak ada, ia sempat terhenti dan berdiam diri, menahan rasa sakit yang muncul kembali.
Disaat Okita lengah, seekor monster menyerang dirinya, untung saja Tatsu menolong dirinya.
" Kamu baik-baik saja kan?! Jangan lengah, bahaya hey! " tegur Tatsu yang berhasil mengalahkan monster itu.
" Maaf ".
Okita kembali ke sedia kala, ia kemudian bangkit kembali.
Monster-monster ini tiba-tiba mundur dan meninggalkan para anak-anak divisi, seperti mereka semua diperintahkan oleh seseorang, mensudahi pertarungan hari ini.
Secara nurut satu-persatu monster ini pergi dan masuk kedalam sebuah portal, menghilang tanpa jejak, orang-orang yang ada disana merasa aneh dan hanya bisa melihat adegan itu.
Meninggalkan kekacauan yang telah monster-monster itu lakukan di pusat kota, tapi tidak ada korban jiwa, Yuiji menatap ke arah portal-portal itu.
" Yuiji... " Melodia memanggil dirinya.
" Tidak usah dipikirkan, ayo kita balik pulang, tugas kita sudah kelar "
Mereka semua balik pulang ke tempat masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments