Bab 16 : Sisi Baik Seorang Kakak

Okita yang tidak hadir dalam tugas divisinya karena cedera kaki akibat salah pergerakan disaat ia melawan monster sendirian kemarin sore, untung saja Yuiji datang tepat waktu, hari itu juga Yuiji membawanya ke Rumah Sakit dan kejadian kemarin, hari ini dia izin tidak hadir ke sekolah.

Okita berada di rumahnya, membereskan yang bisa ia bereskan selama adiknya pergi kesekolah dan menunggu kedatangannya, walaupun masih agak nyeri untuk bergerak, tetapi ia paksakan.

Okita tahu bahwa adiknya bersama Yuiji dengan yang lainnya, sebenarnya ia khawatir dengan adiknya, takut kenapa-kenapa karena cedera yang ia terima, ia pun hanya bisa pasrah dan dirinya juga tidak tenang.

Selesai berberes rumah, Okita melemparkan tubuhnya ke atas sofa dan memandangi langit-langit rumahnya, begitu lelah ia membereskan rumah sendirian.

Okita merasa kesepian sebenarnya, ia sebenarnya merasa nyaman jika berkumpul dengan teman-teman sedivisinya, karena dirinya sangat kaku terhadap orang lain dan takut salah kata dengan mereka semua.

Ia pun memilih sikap seperti ini dihadapan teman-temannya, hanya Arisa yang mengetahui hal ini, maka dari itu sang adik sering kali mengajak abangnya untuk berkumpul.

Tanpa disadari Okita tertidur di sofa hingga malam tiba, ia tidak menyadari kalau adiknya sudah pulang, ia mencium bau masakan dari arah dapur dan membuat dirinya terbangun, ia melihat semua jendela dan hordeng sudah ditutupi, awalnya dia kira ayah dan ibunya sudah pulang sembari masih bangun, nyawa belum berkumpul banyak.

Okita beranjak dari sofanya dan berjalan menuju dapur. Ia melihat seseorang sedang memasak, perempuan berambut ungu menyapa dirinya,

" Kakak sudah bangun ? " sapa Arisa yang sedang memasak sebuah kare untuk makan malam keluarganya.

" Arisa? Sejak kapan kamu pulang? " tanya Okita sembari mengucek matanya dan memakai kacamatanya kembali.

" Sudah daritadi kak, kakak barusan tidur di sofa jadi aku tidak mau membangunkan kakak " jelas Arisa.

" Lalu, bagaimana dengan kakimu? Sudah mendingan kak? ".

Okita yang ditanyai kondisi kakinya, reflek dia mengecek pergelangan kakinya.

" Obatnya bekerja, sudah tidak merasa sakit lagi, kemarin kata dokternya memang tunggu sampai hari ini, rasa sakitnya hilang ".

" Ah syukurlah, oh ya kak, hari ini ayah dan ibu lembur kerja di kantor jadi hari ini hanya kita berduaan, beliau barusan telfon ".

Arisa sambil menaruh 2 piring yang isinya Kare sudah jadi diatas meja.

" Seperti biasa ... " ucap Okita singkat, padat dan jelas, memang sudah tidak heran lagi dengan kondisi kedua orangtuanya.

" Kak, aku pergi mandi dulu ya, badanku masih kotor, habis pulang aku langsung beresin yang rumah pas disaat kakak sedang tidur barusan, kalau mau makan duluan, tidak apa-apa ".

Arisa membuka celemek bergambar kucing dan menaruh celemek itu digantungan yang ada di dapur.

" Aku makannya nanti, aku pun juga belum mandi, makannya barengan saja ".

" Baiklah kak, aku mandi duluan ya ".

Beberapa menit kemudian Arisa telah selesai, giliran Okita mandi, butuh beberapa menit juga Okita kelar mandi dan mereka pun makan bersama di ruang makan

Disini Okita menanyakan kondisi tugas yang diterima oleh divisinya kepada Arisa karena dia sendiri tidak bisa melihat langsung.

" Hmmm... seperti biasa, hanya saja banyak anggota dari divisi lain mendapatkan luka yang cukup parah, tapi untungnya tidak ada yang meninggal kak ".

" Baguslah ".

" ... Bentar, sejak kapan kakak mulai mengkhawatirkan divisi sendiri " ucap Arisa menggoda kakaknya sendiri dan membuat dirinya keselek.

" Ehem, bukan gitu maksudku, jangan salah sangka, aku tanya begini karena kamu satu divisi denganku karena aku juga tidak ada barusan, kan bisa saja kamu terkena musibah atau kendala lain yang aku tidak tahu " jawab Okita mencari alasan dan melihat tingkah laku kakaknya menjadi aneh.

Arisa reflek tertawa terbahak-bahak.

" Kok kamu ketawa, Arisa! Aku ngomong secara fakta, FAKTA?! ".

Okita tetap menyelak dan pipinya berubah menjadi merah padam.

" Iyain sajalah ".

Arisa masih menertawakan kakaknya

Makan malam yang begitu indah kakak dan adik tersebut lewati, setelah makan malam, Okita membantu Arisa untuk membereskan bekas makan mereka dan segera pergi tidur, supaya esok hari tidak telat ke sekolah.

Esokkan harinya, suara burung berkicau nyaring, bertengger di balkon kamarnya Okita, matahari memasuki dari celah-celah hordeng, menyinari matanya.

Okita pun terbangun. Ia melirik ke arah jam dinding dan bergegas untuk berangkat ke sekolah bersama sang adik, mereka tidak lupa sarapan pagi terlebih dahulu.

Okita dan Arisa pergi ke sekolah bersama menggunakan kereta api, kegiatan dipagi hari sudah sangat padat di dalam kereta.

Terpaksa Okita dan Arisa harus berdesakan dengan penumpang lain di dalan kereta agar mereka tidak telat kesekolah, butuh perjuangan sepanjang perjalanan mereka berdua.

Sesampai di stasiun tujuan, mereka berdua melanjutkan kembali perjalanan menggunakan bus sekolah, akhirnya mereka tiba di sekolah tepat waktu.

Arisa dan Okita berpisah di lorong dasar, Arisa yang ada di lantai 1 sedangkan Okita di lantai 2.

Okita memasuki ruang kelasnya, seseorang menyapa dirinya walaupun Okita tidak menyaut sapaannya, orang itu adalah Kaito yang lagi duduk diatas mejanya Tatsu, melihat Okita baru saja datang.

Bel masuk berbunyi, anak-anak langsung kembali ke tempat duduk masing-masing, posisi tempat duduk Okita berada di depannya Kaito.

Jadwal pelajaran anak kelas 2, hari ini mengenai kimia dan kebetulan Kaito sangat tidak suka dengan hitung-hitungan apalagi yang ada kaitannya dengan laboratorium.

Anak-anak kelas 2 berpindah kelas ke ruangan laboratorium yang ruangannya tidak jauh dari ruangan kelas 2, sepanjang pelajaran.

Kaito sudah membuat kegaduhan di kelas, menimbulkan ledakan kencang, suara ini terdengar satu lorong ini, kelas-kelas yang berada di lantai ini otomatis melihat keluar kelas.

Sebenarnya bukan salah Kaito juga, hanya saja kemampuan dirinya yang tidak bisa tersetir, maka dari itu, guru yang mengajar kelas mereka, langsung menyuruh Kaito duduk anteng saja tanpa megang alat apapun apalagi yang bersifat gampang meledak.

Kaito hanya bisa memandangi duduk disalah satu pojok ruangan, bengong kayak orang tidak ada kerjaan tapi dirinya masih tetap mendapatkan nilai, sudah sering kali sebelum ini.

Kaito telah meledakkan beberapa barang yang ia pegang, unsur kemampuan apinya yang ia punya dapat membuat benda-benda yang ia pegang terotomatis meledak.

Sampai jam istirahat tiba, akhirnya kelas kimia berakhir, anak-anak kelas 2 balik ke ruang kelas mereka.

Begitu juga dengan Kaito yang dari awal pelajaran sampai selesai, dia hanya bengong memandangi teman-temannya yang sedang membuat campuran bahan diberikan oleh guru.

Di dalam kelas, Kaito mengajak Tatsu ke kantin untuk membeli roti favoritnya, tapi sayangnya roti ini sangat banyak sekali peminat jadi seringkali Kaito kehabisan kalau dirinya tidak datang lebih awal.

Di Kantin sekolah, diluar ekspektasi dia, Kaito kira kalau datang lebih awal bisa menjamin dirinya, orang pertama yang datang, ternyata sudah banyak kerumunan anak-anak dari kelas lain yang sudah datang untuk mengantri roti tersebut.

Tatsu yang menunggu Kaito sambil senderan ke tembok, sedangkan Kaito berburu roti di antara kerumunan, berdesakkan dengan para murid-murid lain.

Beberapa menit kemudian...

" Bro, mukamu kenapa? Kok lemas? " tanya Tatsu melihat Kaito seperti tidak ada nyawa dan tidak ada ekpresi.

Kaito menatap Tatsu dan tiba-tiba sifatnya berubah menjadi anak kecil, sampai mereka berdua dilihatin oleh para murid yang ada disana.

" ROTIKU HABISSSSSSS " rengek Kaito sambil guling-guling di lantai dan menangis seperti anak kecil.

" BANGUN, MALU TAHU, ROTI DOANG ASTAGA, KITA NIH KAKAK KELAS WOY, WIBAWA DIKITLAH, BANYAK ADEK KELAS JUGA DISINI " bentak Tatsu yang sedari tadi menahan rasa malu melihat kelakuan Kaito

" AKU MAU ROTIIIIIII, ROTIII, KASIH AKU SATUUUUU, AKU MAU ROTIIIII ".

" Malah makin kenceng pula, banyak yang lihatin lagi ".

Tatsu sembari melirik sekitarnya karena orang-orang telah melihat ke arah mereka berdua, ada juga yang tahan ketawa

Disisi lain, Okita memerhatikan kelakuan Tatsu dan juga Kaito dari kejauhan.

" Arisa, tunggu disini sebentar " ucapnya kepada sang adik dan ia pun menghampiri kedua orang itu sambil membawa satu kantong roti di tangan kanannya.

" Baiklah kak ".

Tatsu masih menenangkan Kaito yang masih guling-gulingan menangis di lantai, sampai Okita menegur mereka berdua dan menyerahkan sebuah bungkusan roti ke Kaito di lantai.

" Kamu cari ini? ".

Okita menyerahkan sebuah bungkusan roti di hadapan Kaito, dia yang tadinya sedang bersedih, langsung bahagia dan menerima tawarannya Okita, mengambil roti itu dari tangannya.

" Tapi ini punyamu kan? terus kamu makan apa? " tanya Kaito merasa tidak enak hati dengan Okita.

" Tidak usah dipikirkan, jangan banyak bicara, makan saja, aku mau balik ke kelas " jawab Okita dengan nada dingin ciri khasnya, ia membuang pandangan ke tempat lain dan dirinya pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua setelah memberikan roti itu.

" Dia kesambet apaan " ucap Tatsu.

" Ntahlah.... " sahut Kaito sambil menatap punggung Okita yang semakin jauh bersama sang adik yang ada di belakangnya, Arisa yang melihat kejadian ini.

Arisa tersenyum, ia tahu bahwa asliya sang kakak orang yang baik, hanya saja kaku, sebelum menyusul kakaknya, ia sempat memberi sapaan terhadap Kaito dan Tatsu, ia sedikit menundukkan kepalanya dan di balas kemudian oleh 2 orang itu.

Episodes
Episodes

Updated 41 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!