Bab 12 : Keluarga

Mengingat kejadian semalam, membuat Melodia tidak ada semangat untuk berangkat ke sekolah hari ini, semalam dia diantarkan oleh Kaito ke rumahnya, cukup membuat Yuiji kaget karena Melodia di antar olehnya, tapi disaat Kaito mengantarkan Melodia pulang, Kaito tidak menjelaskan apa pun yang telah terjadi ke Yuiji, dia langsung pergi begitu saja.

Sepanjang perjalanan, Melodia hanya berdiam diri saja, tidak ada sepatah katapun terlontar dari mulutnya membuat Yuiji semakin bingung.

Ketika di sekolah, selama jam pelajaran, dia juga demikian, belajar pun tetap tidak bisa konsentrasi, akhirnya, ketika jam istirahat, Yuiji bertanya,

" Melodia, kamu kenapa? Dari tadi pagi kamu diam saja " tanya Yuiji sembari membalikkan kursinya ke belakang dan posisinya sekarang berhadapan dengan meja Melodia.

" Semalam... aku ketemu Gilbert " jawab Melodia dengan nada pelan dan membuang pandangan ke arah lain.

" Gilbert?! kamu ketemu dimana dia? Lalu, apa yang terjadi setelahnya?? Kenapa dia tidak ikut pulang kerumah? ".

Yuiji kembali dengan melontarkan banyaknya pertanyaan ke Melodia, ia hanya sanggup menggelengkan kepalanya.

" Gilbert yang sekarang berbeda, dia bukan Gilbert yang aku kenal, ada seseorang yang menghapus sebagian ingatannya dan mencuci otak dirinya " lanjut Melodia sembari mengempal tangannya di atas roknya dan menundukkan kepala.

Melihat hal ini, Yuiji bersimpati dengan Melodia dan mengelus kepalanya.

" Kita akan bawa pulang Gilbert, jangan bersedih, percayalah padaku, Gilbert pasti balik " ucap Yuiji sembari mengelus kepala Melodia, dia tambah tidak berkutik satu kata pun dan menganggukkan kepalanya.

Melodia tidak ada tenaga sama sekali.

Disisi lain, di kelas 3-A, hari ini George tidak masuk dikarenakan kakeknya harus cuci darah secara rutin, dia harus menemani kakeknya ke rumah satu, mereka memakai jasa dan ruangan VIP dengan biaya yang lumayan fantastis, selama cuci darah berlangsung.

George menunggu beliau di ruang tunggu, sesekali melirik kekanan dan kekiri, sepanjang koridor rumah sakit sangat sepi, hanya ada dia.

Seorang anak kecil memakai kursi roda tiba-tiba muncul dihadapannya, sepertinya anak ini sedang berusaha mencoba berdiri, tapi gagal, ia pun terjatuh ke lantai.

George yang melihatnya, segera menghampiri anak itu dan menolongnya balik ke kursi dengan hati-hati, anak tersebut mengungkapkan terima kasih ke George.

Anak itu pergi meninggalkan George dan berusaha mengayuh kursi rodanya sendirian, George kembali duduk di tempatnya.

Cuci darah butuh waktu yang lama, George yang mulai bosan, dia pun pergi sebentar dari ruang tunggu, memutuskan berjalan-jalan di taman yang terletak dibelakang rumah sakit.

George duduk di taman sambil menghirup udara segar.

" Kakak yang tadi " sapa seseorang dan suaranya tidak asing didengar sama George.

" Eh, anak yang tadi, sedang apa kamu disini dek? " tanya George ke anak itu dan anak itu mengayuh kursi rodanya mendekati George, dia berdiri persis di samping kirinya.

" Aku kesepian di dalam kak, jadi aku kemari sendirian, di luar lebih membuatku tidak merasa sendirian lagi " ucapnya sambil tersenyum lembut ke arah George, ucapan seorang bocah berumur 7 tahun, membuat perasaan George menjadi tersentuh.

" Sendirian??? " tanya George berhati-hati supaya bocah ini tidak menangis.

" Ya kak, ibuku sudah lama meninggal karena sakit, aku tinggal sama ayahku, tapi ayahku hanya memikirkan pekerjaan, aku sakit, ayah tidak peduli " jawab anak itu dengan begitu tegarnya, seolah-olah dia memang sudah terbiasa dengan keadaannya.

George jadi mengingat sesuatu, langsung flashback tentang masa lalunya.

George sebenarnya anak yatim, dia tinggal di rumah besar bersama ayah dan juga kakeknya, semenjak ibunya misah, kakeknya yang masih peduli dengannya, sedangkan bapaknya tidak peduli sama sekali dengan dirinya.

Setelah kepindahan mereka dari Amerika, sikap bapaknya semakin dingin, maka dari itu, George tidak dekat dengan ayahnya dan sering ribut jika bertemu.

" Kakak? kakak kenapa? Maafin aku ya, gara gara aku kakak jadi sedih " ucap gadis kecil ini dengan polosnya anak-anak dan mengusap pipinya George, membuat dirinya tersenyum ke anak itu.

" Kakak tidak apa-apa kok, oh ya, kakak anterin kamu ke dalam ya, soalnya disini sepi, takutnya kamu di culik dan belum lagi kalau kamu bisa diserang sama monster ".

George mengajak anak itu masuk kedalam dan anaknya angguk setunju, George membantu anak tersebut mendorong kursi rodanya.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah sakit kembali, mereka berjalan menuju lift, menunggu sebentar dan memasuki lift tersebut, mereka naik ke lantai 3.

Sesampainya, George mendorong anak itu sepanjang lorong dan ketemulah kamar 13 ruangan VIP, ruangan anak itu, dia membuka pintunya dan membawa anak masuk kedalam.

Lalu, membantu mengangkatnya ke ke kasur, George tidak lupa menutup kembali selimutnya karena hari makin sore dan kakeknya kebetulan menelfon, George berpamitan ke gadis kecil dan berjanji besok dia balik lagi ke rumah sakit untuk bermain bersama dengannya.

Esokkan harinya, sesuai janjinya, sepulang sekolah George datang ke rumah sakit untuk bermain bersama anak itu, hari ini George tidak hadir dalam latihan bersama teman-temannya.

George membawakan bunga dan juga buah-buahan yang ia beli, didampingi supir pribadinya, ia masuk ke dalam ke rumah sakit, berjalan sepanjang koridor, ketika berada di depan kamarnya, ia melihat seorang laki-laki berbadan besar di dalam kamar tersebut dari celah pintu yang terbuka sedikit, orang itu adalah ayahnya anak itu.

Melihat ada orang lai di dalam kamar, George memutuskan di luar, duduk di kursi tunggu sampai orang itu keluar dari kamarnya, tidak sopan baginya kalau ia masuk begitu saja ke dala.

Selang beberapa waktu kemudian, orang itu bersama anaknya dan didampingi satu suster keluar dari kamar, ayah anak itu harus pergi bekerja, sang ayah duduk menjejerkan posisi anaknya, anak itu yang menyadari kedatangan George sedang duduk di ruang tunggu, memanggilnya, otomatis George berdiri dan menghampiri anak itu.

" Selamat sore, maaf mengganggu kalian " sapa George dengan sopan kepada mereka.

" Selamat sore... " jawab ayah dari anak itu sembari mendirikan badannya dengan ekpresi wajah terbingung-bingung.

" Ayah, kakak ini yang kemarin nemenin aku main sampai akunya ketiduran " ucap sang anak sambil menarik-narik unjung jas ayahnya dan menunjuk kearah George.

" Eh? Jadi kakak ini yang main sama kamu kemarin nak? Sebelumnya terim kasih banyak sudah menjaga anak saya dan saya minta maaf jika sudah merepotkan anda ".

Sang Ayah membungkukkan badannya di hadapan George sebagai ucapan terimakasih.

" Tidak apa-apa pak, jangan begitu, saya tidak kerepotan kok, kebetulan kemarin saya bertemu dengan anak bapak dan saya juga sambil menunggu kakek saya mencuci darahnya ".

George yang merasa tidak enak dan menyuruh beliau untuk mengangkat badannya kembali.

" Hari ini aku ada jadwal cuci darah kak, apa kakak mau menungguku? " tanyanya menatap polos kepada George dan ia menganggukkan kepalanya.

Sebelum mereka pergi ke ruangan cuci darah, sang suster mengambil bunga dan buah yang dibawakan oleh George ke dalam kamar anak itu, setelahnya mereka bertiga, berjalan bersama-sama menunju ke ruangan cuci darah.

Ketika mereka sampai, George dan sang ayah duduk di luar sambil menunggu anak itu kelar. Selama menunggu, George dan sang ayah sedikit melakukan percakapan.

" Sekali lagi saya berterimakasih kepada kamu karena kamu sudah mau menemani anak saya " ucapnya.

" Tidak apa-apa pak, justru saya senang bisa membantu walaupun sederhana "

" Saya sebenarnya ingin sekali 24 jam bersama anak saya, akan tetapi tuntutan kerjaan membuat saya tidak bisa melakukan apa-apa, semenjak ibunya meninggal, ekonomi keluarga bertambah sulit ".

Sang Ayah sesekali menghela nafas tiap kali beliau bercerita, mendengar hal ini George merasa empati dengan ayah dari anak itu.

" Saya memang terlihat orang yang cuek dan begitu kaku, hanya mementingkan pekerjaan, tapi saya sangat sayang sekali terhadap anak, saya mencoba untuk membagikan waktu dengan anak saya, hal-hal sepele tapi saya mau anak saya tidak merasa kesepian tapi tidak mudah bagi saya untuk melakukan hal itu ".

George yang mendengar kata-kata beliau, balik kembali dengan sesuatu yang merasa familiar di dalam dirinya, ternyata ayah anak itu sangat mirip dengan ayahnya George.

Dia hanya bisa tersenyum mendengarkannya. George disini menyadari satu hal yang selama ini dia mengambil sudut pandang yang salah mengenai bapaknya setelah berbincang lama dengan beliau.

Selang beberapa menit kemudian, gadis kecil keluar dari ruangan yang ada di depan mereka berdua dibantu oleh suster yang mendorong kursi rodanya, hari semakin gelap, George hanya bermain sebentar dengan anak tersebut dan kemudian, balik pulang ke rumahnya.

Di lantai dasar rumas sakit, mobil bermerek BMW berwarna hitam sudah terparkir persis di depan gedung, George berjalan ke luar bersama gadis kecil dan ayahnya yang membantu mendorong.

Seorang supir membukakan pintu belakang mobilnya untuk George dan ia pun masuk kedalamnya, pintu ditutup kembali. Sebelum meninggalkan gedung, George membukakan kaca mobilnya dan ia melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.

Mobil pun menancapkan gas, meninggalkan gedung tersebut.

" Mr. Tadase, ayah sudah pulang? " tanya George sambil menatap keluar jendela mobil. Malam hari yang begitu indah, banyak lampu-lampu berjejer di sepanjang perjalanan.

" Beliau sudah pulang, tuan muda " jawabnya sembari fokus menyetir mobil.

" Hmm.. begitu ya ".

George kembali melamun dan melihat pemandangan keluar kaca mobilnya.

Beberapa menit kemudian, George sampai di depan gerbang yang besar dan gerbang itu terbuka secara otomatis, mobil mereka masuk kedalam, halaman yang begitu luas dan terdapat rumah mewah yang cukup mewah bagaikan sebuah mansion.

George turun dari mobilnya, disambut oleh para pelayan ketia ia masuk kedalam rumahnya. George kemudian berjalan, menaiki tangga menuju ruang kerja ayahnya dan mengetuk pintunya sembari menghela nafas.

" Masuk " sahut seseorang dari balik pintu, George membuka pintu itu dan masuk kedalamnya.

" Maaf ganggu, tapi aku mau kasihkan ini ke ayah " jawabnya sembari menaruh makanan yang ia beli di salah satu restoran sebelum sampai ke rumahnya.

Pria berwajah tampan itu, berhenti sejenak dari pekerjaannya dan memerhatikan makanan yang di beli sama anaknya diatas meja kerjanya. Pria itu bernama William Christopher.

" Jangan lupa dimakan, nanti dingin " ucap George sembari membuka pintunya dan keluar dari ruangan itu, sang ayah hanya menatapi anaknya yang pergi meninggalkan dirinya, tapi wajah tersenyum terlintas di wajahnya.

Memang hubungan antara George dengan ayahnya tidak begitu akur semenjak cerai dengan sang istri, akan tetapi aslinya William sangat menyayangi anaknya, begitu juga demikian dan baru pertama kali melihat George begitu perhatian dengannya.

William adalah seorang CEO sekaligus duda anak 1, makanya dia begitu bekerja keras untuk menghidupi semuanya.

Bertahun-tahun William merawat dirinya bersama bapaknya, yaitu kakeknya George, baru pertama sekali ia melihat perlakuan George kepada dirinya sebagai sang ayah, selama ini George begitu cuek dan tidak peduli mau dirinya sudah makan atau belum. William sangat terharu melihat kejadian ini.

Episodes
Episodes

Updated 41 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!