Hari ini Warung mama sangat ramai. Sepulang sekolah aku sengaja membantu mama untuk melayani pembeli, beginilah aktivitas kami selama kurang lebih 6 Tahun terakhir. Awalnya mama hanya berdagang kue dan menerima pesanan tetangga kalau sedang ada hajatan. Semenjak mama mengikuti pelatihan kursus memasak di desa kami kemudian mama juga mengikuti kompetisi lomba memasak tingkat desa yang membawa mama keluar sebagai pemenang. Saat mencicipi masakan mama, banyak yang mengakui bahwa masakan mama sangat enak juga sehat dan mama memang punya bakat memasak yang luar biasa. Sejak itu, teman mama yaitu tante Kirana yang juga adalah mama dari sahabatku si Bestie, mensupport mama untuk membuat usaha warung makan. Apalagi kebutuhan hidup kami semakin banyak dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Meski awalnya ragu, tapi melihat semakin hari semakin banyak pembeli akhirnya mama menjadi yakin, mama juga masih menerima jasa cathering kalau ada yang memesan.
Hari ini banyak pekerja kantoran juga anak sekolah yang mampir ke warung makan sederhana kami untuk mengenyangkan lapar mereka. Akupun tidak tinggal diam, melihat mama yang kewalahan, aku jadi merasa kasihan. Mama pasti sangat lelah. Mataku sampai berkaca-kaca. Kepahitan hidup memang tidak bisa dihindari. Inilah yang membuatku bertekad untuk terus berjuang dalam belajar supaya bisa merubah nasib yang lebih baik di masa depan.
"Yovita, Masih ada soto daging? Aku lapar, tadi lupa bawa bekal" aku dan mama mendadak kaget, dengan kehadiran tante kirana yang memanggil mama.
"Eh kirana, iya masih ada. Sabar, aku siap kan ya. Kamu cari tempat duduk dulu" Jawab mama sembari tangannya masih cekatan menyiapkan pesanan pelanggan lain. Aku akhirnya mengambil ahli pesanan tante Kirana untuk disiapkan.
"Tan, aku saja yang siapkan pesanan tante, ditunggu ya tan. Cepat kok" Kataku sembari mengambil mangkuk.
"Iya sayang. Tante lapar banget nhi. Tadi pagi buru-buru ke kantor sampai lupa bawa bekal. Tante duduknya di pojok sana ya sayang" Jawab tante Kirana sembari berlalu. Tante Kirana adalah teman mama dari SMP hingga SMA, sebelum akhirnya pindah mengikuti orang tuanya yang pindah dinas ke kota lain. Tante kirana masih terbilang beruntung karena terlahir dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya atau kakek Bestie adalah seorang Tentara berpangkat. Sementara Ibunya atau nenek bestie seorang Pegawai negeri Swasta yang dulu bekerja sebagai teller di Bank. Beda jauh dari mama yang kedua orang tuanya atau kakek dan nenek ku hanya bekerja sebagai petani di desa. Semenjak Tamat SMA Mama memutuskan untuk mencari pekerjaan demi membantu membiayai pendidikan dua orang adiknya, yaitu Om Andrew dan Tante Saras. Sekarang mereka sukses menjadi PNS dan tinggal di kota lain dari kami. Setelah selesai menata pesanan Tante Kirana, aku segera membawa ke tempat duduknya.
"Silakan tan, mumpung masih hangat" Kataku.
"Eh iya, Makasih Nak. Angel, tadi di sekolah Bestie makan siang dengan bekalnya kan? Tante khawatir dia malah makan sembarangan di kantin sekolah". Jawab tante Kirana dengan wajah yang menahan lapar dan ingin tahu.
"Tenang saja tan, aku dan Bestie nggak pernah melewatkan makan bekal kami kok". Kebiasaan tante sama mama memang nggak pernah berubah, selalu mengharuskan kami memakan bekal yang dibawa dari rumah. Meski di kantin sudah ada beragam menu masakan, namun mereka tetap kurang yakin dengan kebersihannya.
Malamnya, setelah melewati Drama di sekolah dan kesibukan di Warung makan, aku dan mama menikmati sup bakso sebagai menu makan malam. Menu ini aku sendiri yang request karena memang siatuasinya sedang hujan. Kami makan dengan lahap dan setelahnya sempat mengobrol kurang lebih sejam sebelum akhirnya kembali ke kamar masing-masing.
Tepat pukul 06:15 pagi aku sudah siap ke sekolah. Namun, sejak 5 menit yang lalu aku masih berdiri di depan teras rumah menunggu hujan reda. Meski sudah memakai mantel tetap saja hujannya lumayan deras apalagi tambah angin yang lumayan kencang. Padahal hujan turun sejak kemarin sore dan masih berlanjut hingga pagi ini. Mama sempat menyarankan untuk naik angkutan umum ke sekolah. Kata mama lebih aman. Namun aku tetap nekat mau naik sepeda karena jarak sekolah dan rumah tidak sampai 15 menit perjalanan. Setelah menimbang, akhirnya aku pamitan sama mama dan berangkat menuju sekolah. Hari ini bawaanku lumayan banyak karena hari ini adalah hari terakhir MOS kegiatannya akan berlanjut sampai malam. Di sekolah akan ada acara malam api unggun. Aku membawa serta pakaian ganti seperti yang diumumkan panitia pada hari sebelumnya. Yang membuat aku khawatir adalah malam ini aku akan membacakan puisi sebagai tugas hukuman yang diberikan senior pada hari pertama MOS. Entah siapa senior cowok yang menjadi sasaran puisi ini, itu akan kupilih spontan saja nanti, pikirku.
Di jalan lumayan macet, mungkin akibat hujan. Jalur menuju sekolahku juga merupakan jalur kota yang dilewati oleh berbagai kendaraan para pekerja kantoran, anak sekolah dan mahasiswa. Saat tiba di belokon menuju gerbang sekolah, terdapat sebuah kubangan kecil yang tergenang air keruh. Saat hendak menghindari, sebuah mobil melaju kencang hingga cipratan air mengenai seluruh badanku yang untungnya aku memakai mantel. Namun sepeda ku sedikit kotor pada bagian depan. Aku kesal terhadap si pemilik mobil, aku merasa dia adalah orang yang sombong dan suka menindas. Entah siapa pemilik mobil itu, aku hanya menggerutu dengan mulut komat kamit seperti membaca mantra. Bahkan saat sampai di kelas hingga mengikuti kegiatan MOS sampai sore aku masih saja kesal dan ingin marah si pemilik mobil. Noval dan Bestie yang berbedat lagi di kantin sekolah aku abaikan saja dengan terus mengunyah makanan di mulut. Satu Lagi, lagi-lagi si pemilik dua bola mata tajam itu kembali memperhatikan ku, kali ini tidak ada lagi senyum miring tetapi lebih ke tatapan tegas dan dalam. Aku sampai gugup. Sekuat tenaga aku menghabiskan bekal sembari berusaha mengabaikan tatapnnya. Tapi aku sedikit merasa ada yang lain sama perasaanku. Karena di sana dia sedang bersama temannya, dan satu lagi seorang wanita yang nampak sangat cantik bersandar di bahunya. Apakah itu adalah pacarnya? Kenapa aku yang jadi tidak tenang?
Malam ini suasana di halaman sekolah lumayan ramai. Malam ini akan ada api unggun yang tidak hanya dihadiri oleh kami sebagai siswa baru melainkan oleh seluruh Siswa di SMA Jaya. Sejak siang cuaca mendadak cerah, bahkan awan-awan di langit nampak bergeser ke bumi bagian lain. Bestie yang paling heboh sempat mengira dengan cadaan kemungkinan pihak sekolah memanggil pawang hujan demi melancarkan acara malam api unggun. Aneh memang, tapi itulah Bestie temanku yang suka bicara spontan apa saja yang ada di pikirannya.
Saat ini aku sedang bersiap dipanggil panitia untuk membacakan puisi. Noval memberi ide bahwa aku akan menunjuk kakak Martin sebagai Tujuan puisiku. Karena menurut Noval, Martin selalu memberi perhatian yang berbeda selama MOS, Noval juga dengan Tengilnya menngodaku bahwa Kakak Martin menyukai ku. Aku sejak tadi fokus ke arah MC sambil menunggu dengan cemas giliranku untuk tampil.
"Angela Abichail, silakan maju dan persembahkan puisi kamu untuk semua yang di sini. Teman-teman , mari kita sambut Angela dari kelompok 2" saat MC memanggil, aku langsung kaku dan gugup, apalagi sorakan teman-teman yang menyuruh untuk segera ke panggung acara. Akhirnya aku melangkah dengan gugup. aku merasa seperti robot yang melangkah kaku. Malu rasanya menjadi perhatian banyak orang. Di panggung dengan sedikit gemetaran aku menerima mikrofon dari pembawa acara.
"Sebelum Angel membaca puisi kita akan memberi kesempatan kepadanya untuk memilih salah satu pqnia cowok yang akan menjadi gambaran puisinya. Silakan Angel, mungkin ada senior yang berhasil masuk di hati kamu selama MOS ini" Tutur MC. Aku yang sudah disarankan Noval untuk memilik Kakak Martin tanpa ragu langsung menunjuk dia. Rupanya sikap spontan itu justru menjadi bahan sorakan semua orang.
"Cie Angel suka, kak Martin" sorak siswa satu.
"Cie si Angel caper sama kak Martin" sorak siswa yang lain, dan masih banyak lagi ungkapan mereka. Meski awalnya aku kaget, tapi selanjutnya aku justru langsung membacakan saja puisi dari pada lama di panggung bisa-bisa aku pingsan. Dari judul hingga setiap lirik yang kuucap selalu disoraki semua orang. Aku mencoba untuk tetap tenang. Namun saat baris terakhir, Justru mataku kembali bersua dengan matanya, si pemilik dua mata yang selalu menatapku tanpa kedip dan tegas. Entah kenapa pula aku ingin sekali mengatakan puisi ini untukmu. Namun melihat seorang gadis yang dengan manja menggandeng lengannya membuat aku sedikit sesak. Hingga seminggu berlalu setelah malam api unggun, aku masih mendapati dia bersama gadis itu bermesraan di tiap sudut sekolah. Akhirnya aku memilih untuk masa bodoh meski sebenarnya ada yang mengganggu perasaan dan pikiranku tiap kali berpapasan dengan mereka.
Hari ini adalah hari senin, kami satu sekolah akan melaksanakan upacara bendera di halaman sekolah. Digerbang sekolah Tanpa sengaja aku berpapasan kembali dengan, Ya ampun dia sangat wangi. Aku bahkan sampai memejam mata menikmati wangi itu. Hingga aku terhadap setelah mendengar sebuah bentukan.
"Kalau jalan tu lihat pakai mata, jangan pakai dengkul Malah melamun lagi. Dengar nggak kamu? bentaknya sambil menahan amarah.
"eh, maaf kak" aku masih bengong justru hanya mengucap maaf.
"Sudahlah Matthew. Dia nggak sengaja kok. Lagian cewek manis gini dibentak kan sayang. Entar kalau nangis gimana" dari belakang seorang cowok yang entah siapa namanya melerai kami. But, wait. tadi dia sebut nama si cowok depan ku Matthew? Oh berarti Aku simpan sekarang bahwa namanya adalah Matthew. Satu rasa penasaran ku tentang siapa nama pemilik dua bola mata kini mendapat jawaban. Nama yang sangat besar maknanya. Namun kok aku merasa nama itu kurang cocok ya, kalau melihat penampilannya yang mirip seperti cowok bad boy.
"Kalian kenapa dan ngapain"? satu lagi suara muncul dari belakang. Namun kali ini suara perempuan. Setelah menoleh aku langsung ingat bahwa dia adalah perempuan yang selalu menempel sama cowok di depannku yang tadi namanya disebut Matthew.
"Sayang kok kamu kesal gitu? Melvin, Sayangku Matthew kenapa" lanjut perempuan tadi. Aku hanya menyaksikan mereka. Mau pergi takut dibilang nggak sopan, kalau di situ terus juga nggak ada gunanya.
"ngakak apa-apa. Yuk ke kelas" tutur Melvin.
"Aku ke atas, nhi nitip tas" Jawab Matthew sambil berjalan ke arah lantai paling atas gedung sekolah yang aku yakini sebagai tempat persembunyian para siswa kalau lagi membolos atau malas di kelas. Bell berbunyi membuat langkah semakin cepat ku Ayunkan ke kelas untuk menyimpan tas sebelum upacara di mulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments