6. Rumah Baruku

Detik demi detik berlalu, menit demi menit berganti, hingga akhirnya jam tangan dan jam dinding pun kompak menunjukkan angka tujuh malam lebih delapan belas menit sepuluh detik, saat angin berhembus sepoi-sepoi bercampur dengan gerimis mengundang,

Komplek pemukiman yang di mana rumah baru Arya berada terlihat sepi seperti biasanya,

Meskipun di sana termasuk jalan tembusan, pun juga hari masih belum terlalu larut, namun tetap saja itu tak merubah suasana,

Sepi...

Sunyi...

Sendiri...

Aku benci, aku benci...

"Pecahkan saja gelasnya di dekat kandang ayam biar ramai,"

Seonggok hantu gadis di dalam rumah Arya melayang ke sana ke mari kesepian,

Ia mulai jenuh menjadi hantu, yang tak bisa melakukan apapun, dan tak ada kegiatan,

Apalagi, sebagai hantu, ia benar-benar tidak tahu asal muasalnya,

Apa dia memang sejak lahir adalah hantu?

Atau dia tadinya gorengan tahu?

Oh, tidak mungkin, terlalu tidak masuk akal gorengan tahu berubah menjadi hantu.

Syuuuung...

Hantu gadis tak bernama itu melayang menuju kamar depan rumah baru Arya, di mana di sana tertinggal cermin yang menempel di dinding,

Ia melayang mendekati cermin, berdiri di depannya berharap ia akan melihat pantulan bayangannya,

Namun...

Sia-sia.

Ia tak bisa melihat bayangannya, padahal ia sungguh ingin tahu seperti apa wajahnya, karna bisa saja, jika ia melihat wajahnya sendiri di cermin, ia akan mengenal siapa dirinya,

Sayang sekali, selama ini ia tak bisa melihat dirinya seperti apa,

Hantu gadis itu tampak tertunduk sedih, ia mulai kembali meratapi nasibnya yang begitu ngenes,

Si hantu gadis menangis tersedu-sedu, membayangkan kehidupannya yang berat sebagai hantu selama ini,

Andai ia bisa merubah nasib, atau ada yang mau tukar nasib?

Ah, pastinya tidak ada yang mau,

Si hantu gadis masih menangis tersedu-sedu, saat tiba-tiba ia merasa seperti mencium aroma anyir darah yang sudah dua hari ini sering muncul di sekitar rumah baru nya,

Ya, menurut hantu gadis, rumah ini jelas adalah rumah baru baginya,

Rumah yang nyaman untuk ditempati, rumah yang ia harapkan bisa membuatnya bisa lebih lama tinggal,

Setelah sebelumnya, ia selalu diusir oleh hantu lain karena katanya ia kurang cocok jadi hantu,

Ah bagaimana bisa mereka bilang aku kurang cocok jadi hantu?

Kalau tidak cocok, lalu aku harus jadi apa?

Perkedel?

Risoles?

Atau cilok?

Si hantu gadis itupun melayang pelahan menembus dinding kamar depan, ia baru akan melayang menuju ruangan lain ketika ia merasa aroma anyir darah semakin mengganggu,

Si hantu gadis terlihat celingak-celinguk, mencari sumber daripada aroma anyir darah itu,

Mungkinkah ada hantu lain yang tinggal di sini sebetulnya? Batin hantu gadis,

Dan di saat ia celingak-celinguk itulah, tanpa sengaja ia melihat ke arah jendela kaca depan yang hanya tertutup tirai putih tipis,

Di luar kaca jendela, tepatnya di teras, tampak sosok perempuan melayang pelahan,

Sosok perempuan itu memakai baju merah, dan kepalanya,

"Hiiiii..."

Si hantu gadis tampak ngumpet di balik pintu kamar depan,

Ia hanya berani mengintip sedikit saja untuk melihat ke arah kaca jendela untuk mengamati pergerakan dari sosok yang melayang-layang di depan rumah barunya,

Hantu apa itu? Kenapa kepalanya seperti akan putus? Si hantu gadis bergidik,

Sejak ia sadar menjadi hantu, hanya dua kali saja ia bertemu dengan sesama hantu yang niat sekali pakai make up nya,

Yang satu pocong dengan wajah busuk lengkap dengan belatung di sana sini, yang kedua adalah sundel bolong yang punggungnya sampai harus rela dibolongi entah demi apa,

Kalau dibilang bisa untuk menyimpan barang, tentu lebih bagus tas ransel bukan?

Benar-benar tidak jelas hantu-hantu itu.

Dan ini...

Siapa hantu itu?

Beraroma darah dan kepalanya hampir putus.

Apa dia hantu jahat?

Si hantu gadis jadi takut.

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***