5. Tugas

"Apa ini?"

Tanya Arya pada Sevan, temannya di kantor, yang begitu Arya datang langsung memberikan satu map warna biru,

Sevan terlihat mengedikkan bahu, sambil menjawab acuh tak acuh,

"Tugas kalian lah,"

Katanya sambil berlalu,

Arya lantas menoleh ke arah Boni yang masih berada di sebelahnya, keduanya tampak berpandangan sejenak, seolah bicara tanpa kata tentang Sevan yang selalu saja sikapnya menyebalkan,

Arya dan Boni kemudian berjalan menuju meja Arya, untuk kemudian Arya membuka map yang baru saja diberikan Sevan,

"Kasus percobaan pembunuhan?"

Boni yang ikut membaca seperti bertanya dalam gumaman,

"Monika, usia dua puluh dua tahun, ditemukan di dekat jembatan Ancol, empat luka tusuk, posisi saat ini koma,"

Boni kembali meneruskan membaca,

Lalu,

"Putri bungsu Danu Hartanto, bukankah itu pemilik Dapuran Resto, tempat makan yang menyajikan berbagai makanan Nusantara yang banyak di mall dan juga ada beberapa tempat makannya juga di Jabodetabek?"

Boni kepada Arya,

Arya terdiam menatap nama Danu Hartanto yang rasanya ia pernah mendengarnya juga,

Memiliki tempat makan yang beberapa juga ada yang buka di mall, apa mungkin Danu Hartanto ini teman Tuan Zion? Batin Arya pula,

"Cantik sekali putrinya, apa ini perampokan? Tapi disebutkan tidak ada satupun barang yang hilang, kasus apa ini?"

Suara Boni terdengar lagi,

Arya menghela nafas,

"Sepertinya kita akan sibuk di saat aku mau pindah rumah Bon,"

Ujar Arya,

Boni mengangguk,

"Ya sepertinya begitu, mana TKP nya di jembatan ancol pula, berarti kalau mau ke sana jangan malam-malam lah Ar, bisa ketemu si gundul nanti,"

Kata Boni yang tadi saja di rumah baru Arya sudah dibuat deg degan sebetulnya, kalau harus ditambah pergi ke jembatan ancol rasanya bisa lompat lah jantungnya karena berdetak terlalu cepat,

Arya membaca tempat di mana korban di rawat, lalu beberapa nomor pihak Danu Hartanto,

"Apa tidak disebutkan ada saksi?"

Tanya Boni melihat berkas di depan mereka,

"Kita cari mereka dan kita temukan penjahatnya,"

Sahut Arya,

Boni menghela nafas, lalu bersiap beranjak dari sebelah Arya di mana semula ia berdiri,

"Aku mau buat kopi sajalah, kau mau Ar?"

Tanya Boni,

Tampak Arya menggelengkan kepalanya,

Ia menutup map berkas tugasnya, meraih hp lalu mulai sibuk berselancar internet mencari berita soal korban dan juga keluarga Danu Hartanto yang lumayan banyak ternyata artikel tentang mereka,

Paling tidak korban dalam kondisi koma, belum meninggal seperti kasus yang biasanya Arya tangani,

"Perempuan itu jelas meminta saja membuatkan mie tek tek, dia berjalan seperti manusia ke arah pagar rumah, sama sekali tidak seperti hantu,"

Tiba-tiba Arya mengingat lagi apa yang dikatakan penjual mie tek tek saat Arya menyempatkan diri mengunjunginya di klinik,

"Lalu kenapa Bapak lari dan sampai tak sadarkan diri jika perempuan itu tidak terlihat seperti hantu?"

Tanya Arya,

"Tangan dia memanjang dari teras saat katanya mau ambil mangkok, dia memberikan mangkok untuk mie tek tek dengan tangannya itu, aduh itu benar-benar seperti karet,"

Kata Pak penjual mie tek tek,

Arya menghela nafas, mengingat percakapan dengan penjual mie tek tek tentang apa yang dialaminya di depan rumah baru Arya membuat Arya sungguh dibuat penasaran,

Meski ia tadi sempat merasakan ada sesuatu di sana, tapi Arya kesal sekali karena tak tahu itu apa,

Ia tak bisa melihat apapun,

Ia tak melihat hantu yang mengganggu penjual mie tek tek.

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***