05. Nasi goreng

Bulu mata yang panjang dan lentik perlahan ia membuka matanya, mengucek kedua matanya menggunakan kedua tangan kanan dan kiri dengan bersamaan, mengedipkan dan membuka lebar lebar mata coklatnya itu dan ia langsung beranjak duduk dari tidurnya.

Setelah termenung sejenak Akles menggeliatkan tubuhnya, badannya ditarik mengikuti kedua tangannya yang dipanjangkan ke atas diikuti hembusan suara berdeah.

Akles langsung bangun dari sofa ia langsung merapihkan melipat selimutnya, ia melihat sekeliling matanya mencari keberadaan Briana apakah ia sudah bangun atau belum.

Rupanya Briana belum bangun iapun langsung bergegas ke kamar mandi mencuci muka dan menggosok giginya yang diberikan oleh Briana semalam, sebenarnya ia ingin langsung mandi tetapi ia tidak ada salinan membuatnya mengurungkan niat untuk mandi dan hanya mencuci muka dan sikat gigi saja.

Melangkah menuju dapur melihat peralatan masak Briana dalam hatinya berkata anak ini rapih dan bersih juga ternyata.

“Aah oke Briana ternyata belum bangun juga mungkin dia capek sekali makanya dia belum juga bangun, sembari menunggu dia bangun yasudah mari kita lihat isi kulkasnya kita buatkan dia sarapan, untuk sementara hanya ini saja yang bisa aku perbuat untuk membalas kebaikan dia”

Akles merenggangkan kedua tangannya kedepan dan keatas diikuti perenggangan kepalanya perlahan membuka isi kulkas dan ternyata isi kulkas Briana banyak cemilan dan makanan cepat saji, makanan kaleng.

Tidak ada sayuran dan buah buahan saja hanya isi jeruk minumanpun banyak minuman manis dan bahkan ada yang bersoda, melihat isi kulkas Briana Akles hanya bisa melongo dan menggelengkan kepalanya keheranan

“ dia ini seorang perawat yang merawat orang sakit kan,? Kenapa malah dia tidak merawat dirinya dengan baik tidak menjaga kesehatannya liat makanan ini sungguh tidak bisa dikatakan sehat”

Akles termenung memikirkan kiranya bisa memasak sarapan apa matanya yang melirik atas bawah kanan kiri dan akhirnya ia menemukan beras.

“Oke kita menemukan ada beras, coba kita buka kulkas lagi siapa tau ada yang bisa dimasak”

lalu Akles membuka kulkas kembali, mengorek ngorek isi kulkas dikeluarkannya semua isi kulkasnya Briana, dan akhirnya ia bisa menemukan wortel, dan sesim.

“ waduh sayuran cuman ada ini, jelas sekali ini untuk memasak mie, oh tunggu pasti ada telor”

Akles mengingat semalem Briana memasak telor untuknya dia membuka kulkas yang diatas dan akhirnya ia menemukan telor.

“ ternyata banyak juga dia menyetok telor sampai penuh isi tempatnya, ok kita memasak nasi goreng telor, tapi sebelum itu kita rapihkan dulu isi kulkas ini”.

Akles lalu merapihkan isi kulkas kembali manatanya dengan rapih lebih rapih dari yang Briana tata, setelah ia merapihkan isi kulkas segera ia menakar beras yang kiranya cukup untuk mereka berdua. Mencuci beras sampai bersih lalu ia memasaknya menggunakan penanak nasi yang sudah tersedia.

Akles lalu mencari bumbu dapur untungnya Briana masih ada dan ia langsung mengambilnya, tangan Akles begitu telaten mengupas bawang merah dan bawang putih, memotong motong kecil wortel dan sesim seperti sudah ahli memasak, bumbu nasi gorengpun sudah beres ia buat tinggal menunggu matangnya nasi.

Akles melirik ke arah jam, ternyata sudah menunjukkan jam 05:20 dan Briana belum juga keluar dari kamarnya membuatnya heran, Briana biasa bangun jam berapa kenapa belum bangun dan keluar juga dari kamarnya apa jangan jangan Briana sangat kelelahan sampai ia belum bangun bangun juga.

“akh sudah biar saja pasti ia sangat lelah dan kaget akan situasi sekarang biarkan saja, semoga tidurnya nyenyak”

cetek bunyi penanak nasi menandakan matangnya nasi Akles yang berdiri memandangi pintu kamar Briana langsung menoleh ke arah penanak nasi, ia pun langsung bergegas mengambil centong nasi mengaduknya dan langsung mengeksekusi untuk membuat nasi goreng.

Mata yang tajam dan coklat bulu mata panjang nan lentik, tangan yang telaten memainkan spatula mengaduk aduk nasi goreng itu, mengambil dua piring yang kosong dan mengisinya lalu segera ia hidangkan di meja makan.

Kemudian ia melihat jam lagi dan sudah menunjukkan jam 06:08 tetapi Briana belum juga keluar dari kamarnya. Akles pun menunggu di meja makan lengkap dengan sarapan yang sudah ia buat tadi tetapi belum ia makan ia ingin sarapan bersamaan dengan Briana.

Sembari Akles menunggu Briana tatapannya tidak lepas dari foto besar yang terpajang di meja tengah, foto Briana bersama kedua orang tuanya senyum yang lepas nan lebar membuatnya iri dan sedih ia juga ingin foto seperti itu tetapi tidak akan mungkin.

Krek Bunyi membuka pintu ternyata Briana sudah bangun dan sedang keluar dari kamarnya membuat Akles yang sedari tadi menatap foto besar itu langsung menoleh ke arah Briana dan langsung berdiri dari duduknya.

“ aaaah siapa kamu!?”

Menjeritnya Briana dengan mata melotot bersamaan dengan refleknya tangan yang menunjuk Akles, seketika membuat kaget Akles dan juga bingung kenapa Briana menjerit melihatnya dan malah bertanya siapa dia.

“ yatuhan kaget aku, maaf maaf saya lupa jika kamu ada disini, maaf saya tidak pernah membawa pria menginap disini jadi saya lupa”

Melihat ekspresi Akles, Briana rupanya juga langsung mengingat kejadian semalam, tangannya mengelus dadanya bertanda leganya ia bahwan pria yang dihadapannya bukanlah orang yang tidak dikenalnya walau memang baru mengenalinya semalam.

Perlahan langkah kaki Briana menuju dimana Akles bediri di meja makan, Briana langsung melihat diatas meja sudah ada sarapan membuatnya bingung siapa yang sudah membuat sarapan ini dan bahkan terlihat mengunggah selera sekali.

“Ini kamu yang sudah membuatnya? Atau beli?”

menunjuk sarapan menggunakan tangan kanannya,

“maaf saya memasak dan membuka isi kulkasmu dan juga menggunakan peralatan memasak tanpa seijin kamu terlebih dahulu “

“rupanya kamu yang memasak, gak papa pakai aja jika kamu mau malah makasih loh pagi pagi gini sempat sempatnya kamu membuat sarapan, biasanya saya cuman sarapan make mie atau beli di luar”

Akles hanya bisa tersenyum

“yasudah Sana mandi dulu lalu kita sarapan ini juga sudah jam 06:19” saut Akles

“Memangnya kamu bangun jam berapa?” membuat Briana keheranan bangun jam berapa pria ini

“saya bangun seperti biasanya kok” rupanya Akles sudah terbiasa bangun pagi

“wah keren kamu” Briana bertepuk tangan mengapresiasi Akles dan tidak segan ia mengacungkan kedua jempolnya.

Akles hanya bisa kesemsem tersenyum malu.

“ yasudah sana kamu mandi dulu”

“oke tunggu kalau begitu saya mandi dulu” Briana menjawab sembari menaikkan alisnya melangkah maju menuju kamar mandi, entah kenapa melihat Briana membuat Akles senang.

“astaga kenapa aku sesenang ini dan baru pertama kalinya aku memasak untuk orang lain selain untuk papah dan juanda, aku belum bisa menghubungi mereka pasti mereka khawatir terutama papah, nanti aku menemuimnya saja”.

Tok tok Briana mengetok meja tepat didepan Akles membuat Akles kaget rupanya Briana sudah selesai mandi.

“ ngelamun aja” saut Briana sembari menarik kursi di samping Akles dan langsung duduk.

“ah tidak kok, ini sarapan buat kamu”

“ terimakasih repot repot kamu sudah bangun bahkan sudah menyiapkan sarapan segala”

Tangannya menerima sarapan yang diberikan oleh Akles sembari tersenyum.

“Bagaimana tidurmu nyenyak atau jangan jangan kamu tidak tidur semalaman ya?” sambil menyicipi sesendok nasi goreng buatan Akles

“ hmm enak. Ini enak loh kamu jago masak ternyata ya, cuman gak pedes” tersenyum lanjut menyantap, menggeleng gelengkan kepalanya mengerakkan tangannya bertanda makanan yang dibuat Akles enak.

Membuat Akles tertawa kecil, mendengar tertawanya Akles, Briana seketika langsung menoleh ke arah Akles

“Serius enak kamu jangan ketawa aja makan juga jangan ngeliatin saya terus cepat makan, abis ini saya mau kerja jaga pagi”

“ Aklespun menganggukan kepalanya dan juga makan menuruti ucapannya Briana.

‘rupanya Briana suka pedas, tadi dia bilang tidak pedas padahal menurut ku itu sudah pedas’.

Akles mengira jika Briana tidak kuat pedas seperti dirinya tetapi malah kebalikan baginya itu tidak pedas padahal menurut Akles sudah agak pedas.

‘sudah tidak apa apa yang penting Briana suka bahkan melihat ekspresinya saja sangat lucu membuatku senang’

Akles bergumam sembari menghabiskan sarapannya dan sesekali ia curi curi memandangi wajah Briana yang begitu lucu dan cantik.

Setelah menghabiskan sarapan yang dibuat oleh Akles Briana pun langsung bersiap siap untuk berangkat kerja.

“Saya berangkat dulu ya, kamu hati hati dirumah kalo mau makan banyak stok makanan siap saji, tapi kalau kamu tidak suka beli saja, atau kamu mau keluar juga boleh ini uang buat peganganmu, terbilang kecil sih buat jaga jaga saja”

Briana memberikan uang ke Akles tetapi Akles menolaknya

“Tidak usah kamu pegang saja tidak perlu memberi saya uang”

“Udah terima saja buat jaga jaga”

Briana menggenggamkan uang itu ke tangan Akles tetapi Akles mengelengkan kepalanya tetap kekeh tidak mau menerimanya dan menyodorkan kembali uang itu ke Briana, Briana yang kesal akhirnya mengambil uang itu kembali dengan tarikan napas panjang Briana berkata

“ini uangnya jika kamu tidak mau menerimanya bakal saya usir! saya berangkat dulu”

Briana meletakkan uang itu di meja dengan tatapan sinis. Iapun langsung keluar segera ia menutup pintu rumahnya.

Melihat tatapan sinis Briana dan nada kesal Aklespun langsung ikut keluar rumah untuk mengejar Briana.

“Briana terimakasih” teriak Akles membuat Briana menoleh kebelakang rupanya Akles sudah depan pintu.

“Sama sama aku pergi dulu dah sampai ketemu nanti malam”

Briana tersenyum dan melambaikan tangannya berdadah, melihat Briana seperti itu membuat Akles tersenyum dan melambaikan tangannya juga ke arah Briana dengan ragu ragu.

Akles duduk di ruang depan memikirkan langkah awal duduk permasalahan yang telah terjadi selama ini kenapa bisa bisanya ia bangkrut, ia menyenderkan kepalanya dikursi melihat langit langit rumah Briana ia melamun.

“Sepertinya aku sudah benar benar baik menjalankan bisnis ini kenapa jadi seperti ini seperti ada yang janggal. Oke karena itu aku karus menemui Juanda terlebih dahulu untuk meminta bantuan kepadanya menyelidiki kasus ini.”

Juanda adalah sahabat baik Akles sekaligus sekertaris pribadinya dan dia orang kepercayaan Akles yang tidak mungkin berkhianat.

Akles melihat kembali uang yang diberikan oleh Briana dengan ragu ragu ia mengambil uang itu.

“Aku ambil saja uang pemberian Briana, tidak tidak stop”

Akles rupanya ragu mengambil uang itu, tangan kirinya ingin mengambil tetapi tangan kanannya menahan tangan kirinya untuk tidak mengambil uang itu.

Ia berkelahi oleh pikirannya sendiri untuk mengambil uang itu atau tidak, di lain sisi ia butuh uang itu di lain sisi ia malu terlalu banyak menyusahkan Briana.

Akles duduk mengepalkan kedua tangannya memutuskan untuk mengambil uang itu atau tidak.

Tak lama kemudian Akles membuka matanya diikuti dengan hembusan napas panjang. Sudah bulat keputusannya untuk mengambil uang itu.

“Aku butuh uang ini untuk pergi menemui Juanda, tenang Briana aku pasti mengingat semua kebaikanmu akan ku balas semua kebaikan ini dan akan ku kembalikan uang ini sesegera mungkin, pertama tama karena aku mau keluar dari sini dan tidak ada hp untuk mengabari Briana aku harus mencari kertas dan pulpen untuk meninggalkan pesan supaya Briana tidak bingung jika aku sudah tidak dirumahnya lagi”.

Akles mencari ke sudut ruang Briana mengecek laci mencari kertas dan pulpen dengan teliti ia mencari terkecuali kamar Briana tidak berani ia memasukinya, semua laci yang ia lihat ia buka tetapi belum menemui juga.

Akles terdiam berpikir bagaimana jika tidak ada sama sekali, ketika pergi ke ruang tengah matanya tertuju ke tv menatap tv perlahan tatapannya dari melihat tv lalu ke bawah tv ada bupet tv dan langsung ia mendekati mencari dan akhirnya menemukan pulpen.

“ sukurlah ada pulpen, kertas mana kertas”

Akles menoleh sekeliling kanan kiri bawah atas untuk mencari kertas, akhirnya ia menemuka buku dan langsung Akles menyobek sekertas buku itu lalu menulis pesan untuk Briana.

Setelah menulis pesan untuk Briana, Akles langsung menaruhnya di atas meja makan ditindih memakai sendok supaya kertas itu tidak terbang.

Akles langsung bergeas mengambil bajunya dengan ragu ia melangkah menutup pintu rumah Briana.

Akles akhirnya memberanikan diri untuk pergi, sebelum ia pergi ia sekali lagi melihat sudut demi sudut rumah itu kemudian ia menutup pintu rumah Briana dan langsung pergi meninggalkan apartemen tersebut.

“Briana aku pergi dulu nanti ku kembali lagi, aku pinjam dulu bajumu nanti ku kembalikan juga terimakasih Briana”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!