09.00 Siang
Sejak tadi tatapan Agha memperhatikan setiap sudut, setiap orang bahkan peliharaan sekalipun yang tampak di netranya.
Dengan secangkir kopi pekat dan spagetti di mejanya ia memulai sarapan seorang diri. Yap, seorang diri, kapal yang di juluki kota terapung ini tak membuatnya ingin mencari kenalan, atasannya sangat mempercayai dirinya hingga tak mengoper seorang pun untuk membantu Agha.
Telinga Agha seketika memicing mendengar obrolan para bapakbapak-bapak berdompet tebal di sebelah mejanya yang berbicara menggunakan bahasa Inggris, ia tertarik dengan obrolan mereka, walaupun mereka bersuara pelan Agha tetap dapat mendengarnya karena jarak yang cukup dekat.
“Besok hari pelelangannya bukan?” Tanya pria berkumis tebal pada temannya.
“Iya, katanya ada gadis cantik juga yang dilelangkan. Kau dapat undangannya juga?”
“Tentu saja, kalau tidak bagaimana bisa aku tahu. Tujuan utamaku di sini juga karena pelelangan itu”
Beralih ke Agha, pria itu tampak memikirkan hal yang ia dengar barusan. Apa katanya tadi? Pelelangan? Gadis yang dilelang? Waw! Agha baru tahu ini.
“Ilegal?” pikir Agha, ia tersenyum tipis sembari menyeruput kopi.
“Aku tidak bisa melewatkan kesempatan seperti ini bukan?” tanyanya sendiri.
Setelah kopi habis barulah ia berdiri mendekati bapak-bapak tadi.
“Permisi Pak, apa boleh saya bergabung di sini?” ujarnya ramah. Hei ini munafik Agha mendekati orang lain padahal tadinya ia begitu malas bergaul, ini soal pekerjaan ok!
Beruntungnya orang yang disapa Agha tersenyum menerima sapaan pemuda itu.
“Silakan, Nak. Apa kau sangat kesepian?”
“Ya begitulah, kalau begitu saya duduk, ya.”
Lihatlah sekarang, Agha tampak sangat friendly. Sudah 15 menit sekiranya mereka mengobral ringan, Agha mengikuti alur obrolan dengan menyesuaikan diri seperti bunglon.
“Kamar bapak di lantai berapa? Kalian tampak luar biasa, aku yakin VVIP adalah tempat yang paling cocok,” puji Agha.
“Ahaha kau pemuda yang dermawan dalam pujian, jika berkenan kau bisa mengunjungi kamarku di lantai 09 No 0223.”
“Terima kasih atas tawarannya, Pak. jadi apa yang ingin kalian dapatkan di pelelangan?” Tanya Agha.
Mereka tampak terkejut tak menyangka Agha mengetahui tentang pelelangan itu juga, dengan segera mereka mengucilkan volume suara masing-masing.
“Kau dapat undangannya juga, Nak?”
“Ah, tidak ayah saya yang mendapat undangannya, tapi dia memberikan itu sebagai hadiah untukku.”
“Jangan sampai menghilangkan undangan itu Nak, itu satu satunya kunci untuk masuk. Kau tahu alasannya, kan?”
“Aku tahu Paman, karena pelelangan kali ini ilegal bukan?”
Begitulah kira-kira percakapan mereka, Agha pamit pergi setelah ia mendapatkan informasi lokasi di mana pelelangan akan segera diselenggarakan serta cara masuk ke lelang itu. Sekarang tinggal menunggu malam untuk mencuri undangan tersebut dari salah satu tuan-tuan yang mengobrol dengannya tadi.
Kini Agha kembali sendiri, menatap laut dengan rambutnya yang terkibas diterpa angin laut. Ia tengah berada di deck kapal berpikir seorang diri.
“Kalau gadis itu tidak ada di pelelangan aku akan rugi waktu, tapi ada salahnya juga mencoba.”
Bruk!~
Seseorang menyenggol bahu Agha, dengan tatapan datar Agha menoleh ke arahnya.
“Bro lu kalau jalan hati-hati,” protes pria asing menyalahkan Agha lalu kemudian pergi.
Agha berkedip beberapa kali “Memang aku jalan ya?” gumamnya, ya sejak tadi kan Agha termenung. “Dasar sialan! Dia menuduhku sembarangan,” umpat Agha setelah sadar barusan bukan salahnya.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments