Aku benar-benar dibuat tidak menyangka dan habis pikir dengan segala tindakan yang dilakukan oleh Damar. Dia yang aku percaya selama beberapa tahun belakangan ini, ternyata memilih untuk berkhianat. Kalau boleh aku tahu, sebenarnya apa yang membuat dia bisa berpaling? Bukankah sering keluar dari mulutnya kata-kata manis yang kerap menyatakan kalau hatinya hanya milikku? Tapi, kenapa sekarang kenyataan memberitahu, kalau Damar sudah memiliki perempuan lain yang akan dijadikan seorang istri? Apa dunia sedang bercanda kepada dirinya?
Untuk sesaat saja, di hari ini aku ingin membuang jauh-jauh pikiran tentang Damar. Setelah keluar dari pusat perbelanjaan dan cukup mengelilingi kota seperti seseorang yang tersesat tanpa adanya tujuan, aku memutuskan untuk berdiam diri di sebuah warung tenda.
Sepertinya segelas Soju — minuman keras yang berasal dari negeri ginseng Korea, akan sangat membantu untuk mewujudkan keinginanku. Minum sendirian sampai mabuk, itulah niat dariku sekarang.
Disebuah warung tenda pinggir jalan, aku pun mulai duduk dan memesan. Pemilik dari warung ini datang menghampiri diriku, lalu bertanya tentang apa yang aku inginkan. Bukan makanan ataupun camilan, aku hanya ingin memesan Soju.
"Bisakah memberiku tiga botol Soju?" Tanyaku kepada pemilik warung tenda ini.
"Hanya Soju? Tidak ingin memesan makanan ataupun camilan? Kami disini juga menyediakan belum panggang yang enak. Apa nona tidak berniat untuk memesannya juga?" Tak langsung menerima pesanan dariku, pemilik dari restoran tenda ini malah menawarkan sebuah menu andalan yang dijualnya.
"Aku lebih ingin Soju daripada belut panggang. Untuk sekarang tolong tiga gelas Soju saja," tutur ku menolak memesan makanan.
Dengan raut wajah sedikit kecewa karena sebagai pelanggan aku tidak juga memesan belut panggang, pemilik dari warung tenda ini pun mulai mengambil tiga botol Soju dan juga segelas sloki. Tanpa ragu, ia mulai menyajikannya di atas meja, dimana aku berada sekarang.
"Tidak sekalian pesan bir?" Tanyanya lagi, seakan tak berhenti menawarkan produk jualannya.
"Aku hanya ingin meminum Soju," jawabku tegas dan berhasil membuat pemilik warung tenda ini melenggang pergi untuk menyambut pelanggan lain.
Dalam kesendirian serta kesepian yang kini tengah menyapa, aku mulai menuangkan botol Soju pertama ke dalam gelas sloki yang memang disediakan. Tanpa berlama-lama lagi, aku mulai meneguk one shot minuman beralkohol itu. Terus menerus meminum sambil mengisi, sampai pada akhirnya saat aku sudah mau masuk botol ketiga, seorang pria yang kelihatan tampan mulai mengambil tempat duduk di kursi kosong, tepat di hadapanku.
Meskipun diri ini sudah meneguk dua botol Soju, tetap saja aku masih bisa sadar. Sebenarnya toleransi terhadap minuman beralkohol ku cukup tinggi. Hanya tiga botol Soju tidak akan berhasil membuatku sampai collapse.
"Siapa kamu?" Tanyaku langsung kepada seorang pria yang saat ini ada dihadapan.
"Apa minum sendirian itu enak?" Bukannya memberikan jawaban, pria asing itu malah melemparkan pertanyaan balik.
"Kalau minumannya Soju, semuanya akan menjadi enak," kataku sambil menuangkan kembali Soju ke dalam gelas kosong milikku.
Aku sama sekali belum kenal dengan sosok pria yang sekarang ini ada di hadapanku, tapi aku bisa begitu berani memberikan gelas sloki bekas minum ku kepada pria itu. Sepertinya memang Soju sama sekali tidak membuat kesadaran diriku menurun, tapi malah mempengaruhi kewarasan pikiran. Bisa-bisanya melakukan hal seperti ini kepada orang baru.
"Berhubung kamu sudah ada disini, kamu harus menemaniku menikmati minuman ini," pintaku yang sanggup membuat pria itu tersenyum.
"Tidak mau!" Katanya seakan memberikan penolakan.
"Kalau begitu pergi saja. Jangan menggangguku minum!" Karena ditolak, aku tak ragu untuk mengusirnya.
"Maksudnya, tidak mau kalau hanya menemani minum. Aku juga butuh makanan dan camilan. Aku dengar warung tenda ini mempunyai menu belut panggang yang enak," ujar pria itu terdengar sama seperti pemilik warung tenda.
Aku tertawa cukup kencang, karena menganggap kalau apa yang baru saja keluar dari mulut laki-laki itu adalah sebuah lelucon yang lucu. Sangat jarang aku bisa menjadi akrab dengan orang baru, apalagi seorang pria.
...****************...
Sungguh, aku tidak berniat untuk membuat pemilik warung tenda ini datang kembali ke tempat dudukku. Tapi, beliau memang harus dipanggil hanya karena ada sosok pria yang ternyata juga ingin memesan belut panggang serta beberapa camilan lain.
"Ingin menambah Soju lagi?" Tanyanya dalam balutan ekspresi wajah yang tampak masih kesal kepadaku.
"Pria ini ingin memesan belut panggang," kataku.
Entah apa yang terjadi, setelah mendengar hal seperti itu, ekspresi wajah dari pemilik warung tenda langsung berubah drastis. Kelihatan lebih bahagia dan bersemangat ketika mendapati ada seseorang yang memesan menu belut panggang nya.
"Pria ini lebih baik daripada dirimu, nona," sindir pemilik warung tenda ini kepadaku.
"Dengan aku menjadi pelanggan disini saja sudah menunjukan sebuah kebaikan," balasku tak terlalu menerima sindiran darinya hanya karena enggan memesan belut panggang.
"Jadi Tuan, berapa porsi belut yang mau dipesan?" Tanya pemilik warung tenda ini mulai melayani pria yang ada di hadapanku.
"Dua porsi. Aku juga ingin cumi keringnya juga," tutur pria itu memberitahu pesanan.
"Hanya dua porsi?" Tanya pemilik warung tenda yang mampu membuatku memberikan respon lagi.
"Setidaknya ada yang memesan belut panggang disini. Ya, meskipun hanya dua porsi. Apa kamu berniat untuk memusuhinya lagi hanya karena memesan dua porsi belut panggang?" Kataku kedengaran sedikit judes.
Tak ingin memberikan respon lebih banyak lagi, pemilik dari warung tenda ini pun melangkahkan kakinya pergi untuk menyiapkan belut panggang yang dipesan oleh pria itu.
.
.
.
Hanya butuh waktu yang sebentar, pemilik dari warung tenda akhirnya kembali lagi ke arah meja kami. Namun, untuk kali ini ia datang tanpa tangan kosong. Dua porsi belut panggang yang dipesan oleh pria itu mulai disajikan di atas meja.
Kalau dari penampilannya, belut panggang itu kelihatan seperti makanan enak. Warna coklat gold dari belut itulah yang mampu membuat orang tertarik untuk menikmati makanan ini. Ya, meskipun cita rasanya belum dicoba.
"Aku yakin dengan satu gigitan saja bisa membuat ketagihan," ucap pemilik warung tenda ini dengan penuh kepercayaan diri.
"Penampilannya not bad. Aku yakin ini pasti bisa dimakan," ujar ku mulai dalam keadaan mabuk.
"Silahkan dinikmati," tukas pemilik warung tenda ini, kemudian berlalu membiarkan pelanggannya menikmati apa yang sudah dipesan.
"Sepertinya akan buruk kalau aku menyantap belut panggang ini sendirian," kata pria itu sembari meletakan seporsi belut panggang ke meja ku.
"Ah, tapi aku tidak—" belum sempat bagiku untuk mengatakan apapun, pria itu sudah lebih dahulu memotongnya.
"Aku hanya ingin membalas segelas Soju yang tadi kamu berikan," tuturnya sambil tersenyum.
Karena merasa sudah tak bisa memberikan penolakan lagi, aku pun mulai mengambil sumpit, lalu tanpa ragu memasukkan sepotong belut panggang itu ke dalam mulut. Rasanya sangat tidak membuat terkejut. Hampir sama seperti kebanyakan belut panggang yang dijual oleh pedagang lainnya.
"Bagaimana rasanya? Tidak terlalu buruk untuk dinikmati kan?" Tanya pria itu meminta pendapat tentang belut panggang.
"Seperti yang aku katakan. Setidaknya ini memang masih bisa dimakan," jawabku sambil memasukan kembali potongan belut ke dalam mulut.
Aku tidak bisa bilang kalau belut panggang ini enak, karena kalau mau dibandingkan masih banyak penjual di luaran sana yang menyajikan belut panggang dengan cita rasa fantastis. Aku bisa bilang seperti ini, karena memang sudah menemukan tempat makan belut terenak.
"Lain kali, aku akan mengajak mu pergi ke restoran belut terenak," kataku tanpa sadar membuat sebuah ajakan kepada pria yang baru ku kenal itu.
"Besok aku kosong. Bagaimana kalau kita pergi ke restoran belut di esok hari?" Tanya pria itu menanggapi dengan serius.
"Tentu."
"Aku akan menjemputmu sepulang kerja," tutur laki-laki itu yang berhasil mendapatkan tawa dariku.
"Memangnya kamu tahu dimana aku bekerja?"
"Nama bank nya ada di baju yang sedang kamu pakai," katanya mampu membuatku tersadar kalau diri ini ternyata masih mengenakan seragam kerja.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments