James, asisten pribadi Daniel menatap aneh ke arah bosnya. Mereka kenapa? pertanyaan yang muncul di benaknya. Gelagat mereka berdua aneh sedari makan siang di cafe tadi. James mendengar suara erangan dari bosnya lalu melihat Amora menggigit bibirnya sensual.
"Jangan-jangan mereka berdua menjalin hubungan gelap." Lirihnya lalu beristighfar berakhlak agar tidak soudzon.
James mencoba berpikir positif tentang mereka berdua. Tidak mungkin mereka berkhianat ke Renata. Dirinya tahu jika Amora adalah sahabat dekat Renata. Masa Amora tega menikung tunangan sahabatnya sendiri.
Sekarang mereka sudah berada di kantor. Melanjutkan pekerjaan karena jam istirahat sudah selesai beberapa menit yang lalu. James sudah berada di ruang kerjanya. Ruang kerjanya bersampingan dengan ruang kerja bosnya.
Semoga saja pikiran aku tidak kemana-mana tentang mereka berdua.
Amora mengerjakan laporan bersama Sania. Dirinya sedang merasakan ketar-ketir karena sahabatnya ikut tunangannya ke kantor lalu mereka masuk ke dalam ruangan berdua saja. Tidak ada James yang biasanya selalu bersama Daniel. Amora yakin mereka sedang memadu kasih bersama. Ada rasa tidak rela jika itu terjadi.
Amora berdiri lalu pamit sebentar ke Sania. Membuat alasan jika dirinya akan mengumpulkan beberapa berkas ke bosnya. Sania mengangguk lalu mempersilahkan Amora pergi sebelum di tegur bosnya. Mungkin saja bosnya sedang menunggu berkas-berkas itu.
Amora berjalan ke arah ruangan bosnya. Sebelum masuk dieinya dikejutkan dengan suara erangan begitu merdu. Jantungnya berdetak lebih cepat tanpa pikir panjang dirinya membuka pintu ruangan bosnya.
Amora membulatkan matanya melihat mereka sedang bertindihan di sofa. Darahnya berdesir melihat adegan cukup intim mereka. Amora tersentak lalu mengetuk pintunya tiga kali lalu mereka terkejut. Mereka bangkit dan berdiri lalu membenarkan pakaian. Renata tersenyum kikuk lalu berjalan ke arah kamar mandi sambil mengelap bibirnya yang basah.
Mereka baru saja bergelut tanpa dirinya tahu. Dirinya jelas tidak tahu karena pintu ruangan ini ditutup rapat. Untung saja tidak dikunci dan iya langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Dirinya berjalan sambil menyerahkan berkas ke pujaan hatinya. "Kamu tahu, aku cemburu melihat kamu bergulat bersama Renata. Tenang aja sebentar lagi kamu akan menjadi milik aku." Bisiknya
Renata keluar dari kamar mandi. Renata memang baru saja merapikan penampilannya.
"Amora, maaf ya tadi aku gak tahan jadi ya gitu."
"Kalau mau itu sewa hotel atau dimana. Jangan di kantor, bukan apa-apa harusnya bos mencontoh yang baik. Untung aku yang melihat bukan orang lain. Kamu juga tahu ini kantor buat kerja bukan buat hal begituan." Amora langsung menegur mereka berdua.
Daniel merasa harga dirinya jatuh saat Amora menegurnya. Dirinya tidak salah itu haknya. Dirinya dan Renata sudah terikat. Tidak masalah melakukan itu kecuali mereka tidak memiliki hubungan apa-apa.
"Aku tidak mau ikut campur urusan kalian berdua. Oh iya aku pamit dulu ya kerjaan aku masih banyak." Lalu Amora keluar dari ruangan bosnya dengan wajah datar.
Renata menatap ke arah Daniel.
"Aku tidak enak sama Amora, sayang. Dia melihat kita sedang bergulat tadi. Aku salah juga kenapa tidak tahu tempat meminta itu sama kamu."
"Sudahlah jangan kamu pikirkan lagi. Salah dia juga membuka pintu tidak di ketuk dulu." Oh rupanya Daniel tidak mau bersalah sama sekali.
Mereka berpelukan untuk menenangkan diri. Lebih tepatnya Daniel menenangkan diri tunangannya. Daniel khawatir dengan keadaan Renata saat ini. Renata merasa bersalah karena kejadian tadi terciduk sahabatnya.
"Kamu pulang dulu aja ya. Jangan merasa bersalah ya aku ada buat kamu. Jangan pikirkan teguran Amora. Apa yang kita lakukan wajar, sayang." Renata mengangguk lalu pamit pulang setelah mengecup bibir Daniel.
Di luar ruangan ada Renata yang menghampiri Amora. Amora sedang berkerja bahkan dirinya sudah berdiri di depannya. Amora sama sekali tidak mendongak atau sekedar menyapa dirinya. Apa Amora marah dengannya karena melihat dirinya melakukan hal senonoh tadi.
"Heem Amora maaf ya soal tadi. Aku gak tahu kamu tiba-tiba masuk ke dalam."
"Iya. Lain kali kalau mau melakukan itu di tempat lain Renata. Ini kantor tempat buat kerja. Lagian kalau orang lain yang lihat tidak membuat aku rugi juga tapi kalian yang rugi." Renata meremas dress yang iya pakai.
"Sekali lagi aku minta maaf. Mata kamu ternodai melihat aku dan Daniel bergulat di sofa."
Anjay, pakai diperjelas baru melakukan iya iya sama Daniel. Untung bawahnya belum menyatu.
"Ya udah aku pulang dulu ya. Lain kali kita bertemu lagi. Weekend kamu main ke rumah aku atau aku ke apartemen kamu." Amora hanya mengangguk
Renata sudah pergi lalu Sania sedang berada di pantry. Saatnya dia masuk kembali ke ruangan Daniel.
Pintu terbuka lalu dirinya menutup pintunya cukup keras. Daniel mendongak lalu terkejut melihat Amora datang dengan tampang menjengkelkan. Amora melepaskan semua pakaiannya lalu berjalan berlenggak-lenggok di hadapan Daniel.
"Aku tadi cemburu tapi sekarang nggak." Celetuk Amora lalu mengelus perut sixpack milik Daniel.
"Jangan bertingkah lagi Amora! saya tidak suka dengan tingkah kamu ini."
"Lalu aku harus bagaimana agar kamu melirik aku. Apa perlu aku telanjang lalu kamu hamili."
Daniel sudah mengangkat tangannya untuk menampar Amora. Amora sama sekali tidak takut malah menampilkan wajah genitnya.
"Jangan kasar-kasar dong, ganteng."
Daniel meremas rambutnya lalu mendorong tubuh Amora ke meja kerjanya.
"Sebenarnya mau kamu apa hah."
Amora tersenyum. "Aku mau kamu menjadikan kamu istri." Daniel terkekeh
Daniel menarik rambut panjangnya.
"Jangan harap aku menjadikan kamu istri. Hanya Renata yang akan aku jadikan istri." Amora marah lalu mengecup bibirnya berulang kali. Daniel tidak terima langsung mendorong Amora sampai terjungkal ke belakang.
"JANGAN PERNAH MENYENTUH SAYA. INGAT PEREMPUAN MURAHAN, RENATA AKAN TAHU SIAPA KAMU SEBENARNYA. RENATA AKAN SANGAT MENYESAL PERNAH BAIK SAMA KAMU LALU MEMPERLAKUKAN KAMU SEPERTI SAUDARA."
Suara teriakan Daniel tidak membuatnya takut. Amora tertawa terbahak-bahak sambil memakai pakaiannya kembali. Amora duduk di meja sambil berpose cukup menggairahkan.
"Kalau perlu aku bunuh Renata. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu maka Renata juga tidak akan mendapatkan kamu. Aku mau jadi Amora yang jahat. Selama ini hidup Renata bagus sedangkan aku tidak. Aku mau Renata hidupnya lebih kejam dari aku."
'Aku tidak habis pikir dengan dia. Kenapa ada orang yang seperti itu di dunia ini. Di baikin kok tidak tahu diri. Selama ini Renata baik sama Amora. Renata juga pernah bilang kalau dirinya sudah menganggap Amora keluarga sampai saudaranya. Lihat Amora, tidak tahu malunya mau mengambil tunangan sahabatnya. Melakukan beribu cara untuk membuatnya melirik ke arahnya.'
Amora melangkah ke arahnya lagi setelah tadi berdiri dengan cepat. Amora merangkul lehernya dan ingin mengecup bibirnya.
Pintu terbuka lebar lalu James masuk.
James tercengang melihat keduanya.
"Kalian berdua sedang apa?!"
****! umpat Daniel melihat James masuk ke ruangannya.
To be continued
Happy reading ya guys. Jangan lupa komen, vote, like, masukan ke pustaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments