MERCIA
"Cepat cari dan tangkap anak itu..!" perintah seorang pria berjas hitam kepada anak buahnya.
Rasa cemas terdengar dalam getaran suaranya. dia tau jika gagal melaksanakan tugas ini kematian segera datang menghampirinya.
August tak pernah berfikir bahwa pertama kalinya ia ikut berkemah membawa dirinya masuk ke dalam situasi bahaya hingga mengancam keselamatannya.
Sudah menjadi tradisi di Universitas Century yang terkenal dengan klub pecinta alamnya selalu mengadakan acara penyambutan anggota baru di tengah hutan di bawah kaki gunung Royan sebelum aktifitas kelas dimulai.
Kegiatan ini semacam penyambutan kepada mahasiswa baru yang telah diterima di Universitas Century dan ingin bergabung dengan klub tersebut.
August sendiri sebenarnya bukan anggota klub pecinta alam, dia adalah anggota klub perpustakaan, bukan karena dia kutu buku melainkan dia menyukai keheningan dan perpustakaan yang membuat dia relax dan sering menghabiskan waktunya disana untuk tidur.
Keberadaan dirinya disini semata-mata karena diminta Julia untuk membantunya terkait tradisi tahunan ini. sedangkan Julia dan tiga rekan lainnya diberikan tugas oleh ketua klub yang kebetulan dengan anggota lainnya sedang mengikuti undangan pertemuan para klub pecinta alam antar distrik dan provinsi di luar kota Royan.
Di dalam satu tenda August terlihat letih setelah membantu untuk persiapan acara puncak malam nanti.
August merebahkan dirinya, namun baru tiga detik ia mulai memejamkan matanya ia mendengar teriakan suara seorang wanita yang sudah sangat familiar di telinganya.
"August... August.. dimana kau?!"
Huft.. wanita ini! pikir August.
"aku disini!" sahut August malas sambil bangun merubah posisi untuk duduk.
Tak lama muncul seorang wanita di tangan kanannya membawa ember kecil yang terdapat peralatan mandi didalamnya sedangkan tangan kirinya memegang handuk lalu duduk di depan pintu tenda dimana August berada.
Dia adalah Julia teman kecil August, mereka tumbuh bersama, bersekolah diatap yang sama namun status sosial mereka bak bumi dan langit. Kedua orang tua Julia memang bukan yang terkaya namun mereka adalah salah satu keluarga yang terpandang dan juga disegani di Distrik Royan.
Sedangkan kedua orang tua August hanyalah titik debu dalam dunia hedonisme.
Julia berparas cantik berkulit putih, rambutnya hitam sebahu, bola matanya berwarna biru, senyumnya sensual dan cuek di saat yang sama. Badannya padat berisi, entah isinya apa.
"ada apa?!" tanya August.
"aku ingin mandi dan kau...." belum selesai Julia berbicara, tiba-tiba August memotongnya.
"Kau ingin aku memandikanmu?" kata August
DUUKKK..! bunyi ember mendarat di kepala August.
August terkekeh sambil mengusap pelan kening yang terlihat merah bekas cetakan benda plastik tersebut.
"Dasar otak mesum, aku ingin mandi bersama para gadis lain di sungai, kau di minta oleh Pak Jeremy untuk mengambil peralatan dokumentasi miliknya untuk acara nanti malam yang tertinggal di belakang mobil truk miliknya didepan pintu masuk hutan ini!" sahut Julia kesal.
"tidak adakah orang lain yang bisa kau suruh? lagi pula bagaimana bisa sampai lupa dengan barang miliknya sendiri?!" tanya August malas.
"para siswa baru itu belum hafal rute hutan ini, dan kau tau bagaimana Pak Jeremy, bahkan dia sering mencari kacamatanya sendiri yang berada diatas kepalanya" ucap Julia.
"Hey.. kau pikir aku tau rute seluruh hutan ini?!" timpal August.
"ikuti saja jalan setapak yang kemarin kita lewati, nanti kau akan menemukan persimpangan jalan tak jauh dari batu besar, ambilah jalur ke kanan.
"cepat pergi dan kembali sebelum gelap, ok?! aku temanmu yang paling baik ini akan membalas kebaikanmu nanti,"
Sebenarnya kau ini teman atau ibu tiriku? dua hari kau menyiksaku gumam August dalam batinnya.
"Baiklah" August menghela nafas dengan berat.
Julia pun tersenyum lalu melenggang pergi. August menatap kepergian Julia, jalannya terlihat elegant seperti berjalan diatas catwalk bak foto model, tak perlu dibahas ember yang dibawanya.
Hampir dua jam August terus berjalan menelusuri jalan setapak hutan hingga akhirnya bertemu persimpangan terakhir untuk keluar hutan,
kakinya sudah mulai gemetar ia pun memutuskan istirahat.
ia benar-benar kelelahan karena dirinya harus terus menerus menemani Julia membantu tugasnya dan sesekali membantu Pak Jeremy.
Bahkan karena hal tersebut tak sedikit para siswa baru beranggapan bahwa August adalah kekasih Julia, padahal kedekatan mereka berdua tak lebih seperti Hansel and Gretel, bahkan lebih cocok seperti tom and Jerry namun tak ada ruang dipikiran mereka untuk karakter Romeo and Juliet setidaknya untuk saat ini.
August duduk bersandar pada batu besar, mengambil botol air lalu minum dalam tiga tegukan. setelah istirahat beberapa saat ia pun segera bergegas untuk melanjutkan perjalanan untuk mengambil alat dokumentasi pak Jeremy.
August pun bangkit, namun baru saja ia ingin melangkah tiba-tiba terdengar pelan suara rintihan di telinga kirinya.
"Jangan pergi.. tolong aku.."
August terkejut, langkahnya terhenti. Otaknya langsung memproses apa yang barusan ia alami.
ia perlahan menggerakan kepalanya ke arah kiri dimana bisikan suara itu terdengar lalu mulai membalikan badannya ke belakang, namun dia hanya melihat batu besar tempat ia istirahat.
"apakah aku benar-benar kelelahan, hingga berhalusinasi?"
"aku disini.." rintihan kembali terdengar August, namun kali ini seperti berbisik di telinga kanannya.
Sontak wajah August langsung menegang, keringat dingin mulai menetes. August berusaha keras menenangkan dirinya dari rasa takut yang ia rasakan saat ini.
"si.. siapa kamu? ja.. jangan menakutiku!" teriak August yang masih dalam kepanikan.
"ikutilah cahaya itu" suara itu kembali terdengar.
Belum sempat August mencerna apa maksud suara itu, tiba-tiba dari balik batu besar itu keluar bola bercahaya hijau keemasan seukuran kepalan tangan bayi.
bola cahaya tersebut mendekati August dan berhenti sejengkal dari wajahnya, lalu kembali bergerak perlahan seolah-olah berbicara ikuti aku sekarang.
Masih diliputi kebingungan dan rasa penasaran atas perubahan peristiwa tersebut August seperti tanpa berfikir langsung mengikuti bola cahaya tersebut.
Tak terasa sudah 30 menit dirinya mengikuti bola cahaya tersebut.
"Bola cahaya ini menuntunku jauh ke dalam hutan yang semakin lebat, sial aku tak tahu bagaimana aku akan keluar dari sini? mengapa aku mengikutinya?" pikir August.
August tersadar dalam lamunannya ketika bola bercahaya itu berhenti. terlihat seorang lelaki bersandar pada pohon besar dengan baju perang ala ksatria di film kolosal.
Baju perangnya sebagian hancur, tubuhnya penuh darah yang mengalir dari lukanya. di samping kanannya terlihat pedang dengan noda darah disetiap sisinya.
Bola cahaya itu perlahan turun menuju telapak kiri tangan lelaki tersebut, tak berselang lama bola cahaya itu tampak berkedip, bergetar lalu cahaya itu menguap hilang tak berbekas namun di telapak tangan lelaki tersebut kini tampak sebuah kristal hijau berbentuk bintang.
August tercengang apa yang barusan ia lihat sendiri dengan matanya.
Lelaki itu melihat ketakutan di wajh August.
"kemarilah, aku tak kan menyakitimu" lelaki itu berkata dengan lemah.
Walau dalam keraguan August tetap berjalan perlahan mendekati dan duduk di samping kiri lelaki tersebut.
"a.. aku akan cari bantuan.." kata August.
"Tidak.. tidak perlu.., hegh... aku tak punya banyak waktu untuk menjelaskan.. bawalah kristal ini serahkan kepada Oracle..." lelaki itu memberikan kristal dan menaruhnya d telapak tangan August.
"dia.. dia nanti yang akan menjelaskannya padamu.." ucap lelaki itu dengan susah payah hingga terbatuk mengeluarkan darah.
"cepat pergi.. mereka sudah disini.."
"a.. aku tak mengerti.. siapa oracle? apa yang terjadi?" tanya August bingung.
Lelaki itu mengambil pedangnya bangkit berdiri. August yang sudah takut semakin panik ketika melihat banyak pria berjas hitam tiba-tiba mulai muncul di tempat mereka berada. mereka sebagian memegang pedang dan sebagian lagi memegang pistol yang diarahkan ke arah mereka berdua.
Lelaki tersebut menarik kerah baju August dan mengangkatnya berdiri lalu mendorongnya dan berkata "cepat pergi dari sini..!"
August sangat ketakutan, pikirannya kosong yang bisa dia lakukan saat ini adalah lari sekuat tenaga tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.
Larinya semakin kencang ketika ia mendengar suara jeritan dan tembakan di belakangnya. dia hampir menangis.
Sementara pimpinan kelompok merasa geram melihat orang yang sudah terluka parah dihadapannya masih mampu mengelak dari beberapa tembakan yang diarahkan padanya dan membunuh beberapa orang anak buahnya.
"Brengsek.. apa kalian tak mampu menghabisi bajingan yang sudah sekarat ini?!"
Ia pun mengambil dua bilah pisau yang terselip di balik bajunya lalu melemparnya ke arah lelaki tersebut.
Wusssh. Wusssh.
Jleb..jleb. Arggghhhh..
pisau pertama menancap di otot lengan kanannya yang membuat pedangnya terlepas dari genggamannya. pisau kedua menancap didadanya yang sudah tak terlindungi baju perangnya.
ia sepertinya sudah tak merasakan sakit lagi ketika selepas itu peluru terus menghujani tubuhnya.
suara tembakan berhenti ketika tubuh lelaki tersebut jatuh ke tanah.
Pemimpin kelompok tersebut mendekati mayat itu, ia berjongkok lalu mengambil kotak kecil yang terselip dipinggangnya.
Ia berdiri untuk membuka kotak tersebut wajahnya tersenyum matanya berbinar, ia berkata dalam hatinya.
"hahaha.. dengan ini Lord Gorran pasti akan menjadikan aku tangan kanannya dan menunjuk aku sebagai pimpinan ksatria merah.
ia pun membuka kotak tersebut, namun senyum wajahnya langsung hilang.
Ia membanting kotak ke arah mayat lelaki itu, lalu mengeluarkan pistol menembak beberapa kali ke arah kepala mayat tersebut.
Dor dor dor.
"CEPAT CARI DAN TANGKAP ANAK ITU...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
mabar
p
2023-01-21
0