Sudah tiga bulan lamanya Pria itu hidup dengan identitas orang lain, menikmati kesehariannya sebagai Aryan anak dari seorang nelayan.
Entah seperti apa kejadian yang sebenarnya, Pak Aris mengatakan bahwa sang anak tiada saat sedang mencari ikan ditengah lautan.
Andai saja Pak Aris tak membiarkan anaknya berangkat seorang diri, andai saja Pak Aris ada di sana menemani, mungkin saja hal itu tidak pernah terjadi, atau setidaknya pria paruh baya itu bisa ikut berjuang melawan badai yang menerjang perahu yang digunakan sang anak.
Malangnya lagi, ia tak dapat menemukan jenazah sang anak, ia tak bisa sekedar memeluk tubuh tak bernyawa itu untuk terakhir kali.
Beberapa saksi yang berada di laut mengatakan, kemungkinan pria dewasa itu tenggelam dibawa amukan ombak ganas, kemudian menelannya ke dasar lautan, atau terbawa arus yang entah kemana.
Saat mendengar penuturan Pak Aris kala itu, Aryan teramat ikut prihatin atas musibah yang dialami. Ia dapat melihat kegetiran yang dirasakan pria tua itu.
Tapi sungguh, ia sendiri tidak mungkin terus menerus menjadi bayang-bayang orang lain, ia tetap harus mencari tau jati diri yang sebenarnya. Ia akan terus berusaha mengingat semuanya. Dan ya, akhir-akhir ini kilasan kejadian yang tumpang tindih itu sesekali berkelibat dalam benak, atau dalam mimpinya saat tidur.
Itu menyiksa! sebab setiap kali hal itu terjadi, Aryan merasakan sakit di kepala yang tak terperi. Namun ia mencoba untuk menahan, serta memilih untuk tidak memberitahukannya pada semua orang, terutama Tiara.
Sebab apabila ia melakukannya, maka perempuan cantik dengan pembawaan lemah lembut itu tidak akan berhenti mencemaskannya.
...*****...
"Berhenti berpura-pura brengsek! kau menipuku!"
"No......!!!! Daddy.....!!!"
.
.
"Arghh!!! Ssshhh!!" Lagi-lagi, kilasan kejadian yang tak jelas itu kembali mengganggunya, ini menyakitkan! sebisa mungkin Aryan menggigit bibir bawahnya guna menahan rasa berat dan menusuk pada kepalanya.
Kilasan pertengkaran, jeritan seorang anak kecil, kemudian berganti dengan dua manusia yang tengah memadu kasih, namun tak lama kembali tertindih dengan kilasan lainnya.
"Aku sangat menyayangimu, kau adalah keturunanku, harapan terbesarku, serta pewaris tunggalku."
CPLASSSHHH!!
"Aaaaarrghhh!!!" Aryan tak lagi kuasa menahan jerit kesakitannya. Sontak hal itu mengagetkan seorang gadis yang sejak tadi diam-diam memperhatikannya di dekat pintu keluar.
"Tuan! kau kenapa?"
Wanita itu mencekal tangan Aryan yang tengah menjambak rambutnya kuat-kuat dengan mata yang terpejam erat. Rasa sakit yang menjalar membuat Aryan tak mampu mengelak dan tak menyadari siapa orang yang kini menghampirinya.
Aryan menggenggam kuat tangan itu, berharap uluran tangan tersebut dapat mengurangi pusing di kepalanya.
"Kau kesakitan Tuan, aku bisa membantu dengan memijat kepalamu." tawarnya mengalun yang terdengar dibuat-buat. Perlahan ia menggeser tubuhnya, kemudian duduk di pangkuan si pria.
Ia tersenyum puas. Bahagia karna bisa sedekat ini dengan pria tampan yang selama ini ia dambakan. Namun tak lama senyum di bibirnya berubah jadi ringisan, sebab remaasan kuat ia rasakan di bawah pinggangnya.
"Menyingkir!!" desis Aryan dengan suara beratnya yang seperti geraman. Berani sekali wanita dengan segudang dengki itu menyentuhnya!.
Tidak mungkin ada wanita lain yang dapat menandingi kemolekan tubuh serta kulit lembut Tiara. Hanya Tiara yang memiliki kesempurnaan itu di mata Aryan.
Remasan tangannya menguat, sorot matanya menajam begitu kelam, tak ada yang mampu berlama-lama menatap iris mata dengan netra elang itu.
Tubuh Hanna gemetar, ia kelabakan.
"M-maaf, Tuan. Aku hanya mencoba membantumu." kata Hanna merayu, ia tak peduli dengan rasa sakit di pinggangnya, sebab pria itu tak boleh membencinya.
"Hanna? Kak Aryan?"
Deg!
Tiba-tiba saja Tiara datang dari luar, dengan tangan yang memegang keranjang penuh ikan. Ia tak sendiri, seorang pria seusianya berdiri di sampingnya membawa benda yang sama.
Buru-buru Hanna turun dari pangkuan pria yang kini sudah melepaskan tangannya, tak mungkin ia berminat menikmati.
"Keluar!" seru Aryan, lancang sekali wanita itu memasuki rumah orang lain tanpa di persilahkan. Sungguh Aryan tak suka dengan manusia minim adab seperti itu.
Hanna bergegas, dengan wajah memerah menahan emosi. Ia melirik tajam pada Tiara sebelum benar-benar keluar dari rumah Pak Aris.
"Ara?" Aryan mengernyit, pria yang masih disamping Tiara memberikan senyum ramahnya pada Aryan.
Tapi bukan itu yang jadi fokusnya saat ini, tangan Tiara digenggam erat oleh pria yang belum ia ketahui namanya itu. Bukan itu saja, bahkan Tiara membalas tautan jemari sang pria.
Tatapan Aryan kembali datar, mengunci mata pria yang ada di hadapannya. Lancang!.
"Oh, Moreo... terimakasih sudah membantu Tiara. Kemarikan, biar Paman yang membawa ikan-ikan itu ke dapur." Seru Pak Aris yang baru datang.
"Tak apa Paman, aku saja yang..."
"Berikan!" putus Aryan dengan suara beratnya yang tegas.
Situasi aneh dengan aura menyeramkan itu terasa menguar dengan sendirinya, Moreo tak sanggup berlama-lama berhadapan dengan pria asing di hadapannya. Ia memberikan keranjang ikan itu pada Pak Aris tanpa protes lagi.
"Ini Pak Aris, kalau begitu saya permisi." Ia membungkuk sopan pada Pak Aris, kemudian mengusap lengan Tiara sekilas diikitu dengan senyuman manisnya.
Sontak Aryan membulatkan matanya lebar-lebar, tangannya mengepal dengan spontan.
"Terimakasih Moreo." ucap Tiara lembut. Moreo bergegas keluar dari rumah Pak Aris, meninggalkan Aryan dan Tiara yang kini berdiri saling berhadapan.
Pak Aris sendiri sudah berlalu ke dapur, dengan dua keranjang ikan yang tadi dibawa Tiara dan Moreo. Ia harus segera mengurusnya sebelum ikan-ikan itu mengeluarkan aroma-aroma yang tidak sedap.
"Kak Aryan. Akh!!"
Tiara memekik tertahan, sebab Aryan tiba-tiba menarik tangannya kemudian membawanya kedalam salah satu bilik kamar.
Ia menghimpit gadis itu ke dinding, kemudian mengungkungnya dengan keduan tangan.
Iris mata mereka bertemu, rahang Aryan mengeras mengingat kejadian tadi. Sungguh ia tak rela ada pria lain yang dengan beraninya menyentuh Tiara.
"Kau menyukainya?" Bisik Aryan di telinga sang gadis. Tangan Aryan perlahan turun, menyusuri pipi, leher, kemudian berhenti di lengan Tiara, ia meremasnya pelan.
"Ashhh." ringis Tiara.
Namun sepertinya Aryan belum puas, ia kembali menurunkan tangannya dan berhenti di jemari Tiara. Ia menggenggamnya, kemudian mengangkatnya.
Aryan menarik diri, memberi jarak antara dirinya dan Tiara. Dengan sorot mata yang saling mengunci, Aryan mengecup keseluruhan jemari yang tengah ia genggam itu, ia ingin menghapus semua jejak sentuhan pria sialan itu. Ia tak rela!.
"Katakan. Kau menyukai pria tadi Ara?"
"Tidak, dia.. dia hanya temanku." cicit Tiara pelan.
Sungguh, hatinya saat ini bergemuruh hebat. Gejolak perasaan itu tak lagi kuasa ia bendung. Tapi, ia ragu setelah ia menyaksikan kejadian yang begitu intim tadi. Hatinya berdenyut, ia tak suka. Namun ia tak ingin mengungkapkannya, siapa dirinya? ia bukan siapa-siapa Aryan bukan?.
...Tbc......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
꧁🦋⃟⃟ ˢⁿ᭄𝔎𝔄𝔉𝔎𝔄𝔎꧂
aish knp hrus di pojokin atuh,
2023-02-20
0
lilis herawati
Aryan amnesia ya kak
2023-01-03
2
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
bukan siapa siapa nya kok cemburu to kang,,,, 🤔🤔😇
2022-12-14
1