Kepingan Puzzle

Tubuh atletis dengan pahatan sempurna itu tengah sibuk membuat minuman di dapur membelakangi seorang gadis. Bisep kokoh dengan kulit sawo matangnya begitu menggoda iman setiap wanita yang melihatnya.

Tiara menelan salivanya dengan susah payah, ia merasa kehausan setiap tengah malam begini.

Biasanya Tiara selalu membawa secangkir air putih ke dalam kamarnya, namun malam ini Tiara lupa untuk membawanya.

Alhasil, ia harus menyaksikan pemandangan indah ini. Ia ingin kembali, berniat mengabaikan kerongkongannya yang terasa kering. Namun gagal, karna sebuah suara menghentikan pergerakannya.

"Ini!" Aryan menyodorkan segelas air ke hadapan Tiara, setelah sebelumnya ia memutar tubuh sang gadis.

"Tidak perlu, aku... aku hanya..."

"Bukankah kau kemari untuk minum?"

"Ya, maksudku, aku bisa mengambilnya sendiri."

Aryan menahan bahu Tiara yang hendak menghindar berusaha menjauh darinya. Ia menatap lekat wajah teduh Tiara di tengah keremangan malam.

Sesekali cahaya rembulan di luar sana menyinari keduanya, saat iris mata keduanya saling beradu.

Tiara begitu gugup dibuatnya, debaran jantungnya semakin menggila tatkala Aryan semakin menyudutkannya ke dinding.

"Kenapa kau selalu gugup setiap kali berhadapan denganku Ara?" Kata Aryan serak, ia mencoba mengikis jarak, mengangkat dagu Tiara dengan satu tangannya.

"Tidak."

"Ya, kau gugup."

"Aku tidak...

Deg!

Tiara tersentak, saat Aryan berusaha menghapus jarak. Wajah Aryan begitu dekat, sehingga Tiara semakin tak kuasa mengontrol detak jantungnya.

Cupp!

Pergerakan Aryan terlalu cepat, hingga Tiara tak mampu mengira, bahkan menghindar.

Benda basah itu masih saling menempel, tanpa adanya pergerakan. Perlahan namun pasti, Aryan menggerakkan bibirnya, memainkan bibir Tiara dengan lembut. Menyesaap, kemudian menggigit kecil di sana.

Tiara, gadis polos yang tak pernah bersentuhan dengan pria manapun. Ini adalah pertama kali untuknya, ciuman pertamanya.

Tangan Aryan sudah berada di pinggang Tiara, ia menarik tubuh mungil itu, hingga menempel tanpa jarak dengan tubuhnya.

Aktifitas keduanya semakin intens, tatkala sang gadis mencoba membalas meski sedikit kaku. Di dukung suasana malam yang begitu tenang, Aryan dan Tiara tenggelam ke dalam rasa yang belum mampu mereka utarakan.

Prang!...

Suara benda jatuh, lantaran tangan Tiara tak sengaja menyenggol gelas berbahan alumunium yang ada di genggaman Aryan.

"Tiaraaaa... kau kah itu?" teriak Pak Aris dari dalam kamarnya.

Sontak Aryan dan Tiara saling melepaskan diri, lantaran terkejut dengan apa yang sudah mereka perbuat.

Tiara salah tingkah, ia menunduk malu.

"Maafkan aku Ara, seharusnya aku tak melakukannya." ucap Aryan merasa bersalah. Sungguh ia tak ingin Tiara beranggapan hal buruk tentangnya.

"Tapi aku menyukainya." Sahut Tiara polos.

Aryan tertegun, Tiara terlihat sangat menggemaskan saat ini. Ia menggigit bibirnya, menahan hasraat yang kembali mencuat.

Tidak. Ia harus menahannya. Ia tak ingin merusak gadis lugu itu.

Sudut bibir Aryan berkedut, kemudian tersenyum lebar. Ia mengacak pelan rambut Tiara, kemudian mengelusnya lembut.

"Tidurlah lagi, ini sudah larut." ucap Aryan.

Ia berjalan keluar dapur, meninggalkan Tiara yang masih tertegun di tempatnya. Tiara menyentuh bibirnya yang masih basah, kemudian membentuk senyuman malu-malu.

...*****...

"Anda yakin hanya saya yang selamat malam itu?"

"Entahlah. Malam itu terlalu mengerikan, tapi Saya yakin, tak ada orang lain yang dapat kami selamatkan selain dirimu."

Pak Mitri ikut mengangguk membenarkan.

"Apa ada hal lain yang kau ingat Aryan? misalnya jati dirimu yang sebenarnya?" Sungguh, Pak Mitri dan Pak Aris begitu penasaran dengan siapa mereka berhadapan.

Kenapa aura pria di hadapan mereka ini sangat tak biasa. Tatapannya tajam, bak netra elang, tubuh tinggi dengan bisep kokoh itu seolah menjadi bukti, betapa terawat dan berkelas.

"Selama kau nyaman di sini, kami sama sekali tak keberatan." ujar Pak Aris.

"Saya tidak mungkin terus hidup sebagai bayangan orang lain." Aryan menerawang, andai dia harus meninggalkan desa nelayan ini demi mencari tau jati dirinya yang asli, maka ia akan melakukannya.

Tapi kenapa wajah cantik Tiara kini terlintas di benaknya?.

Haruskah ia membawa gadis itu bersamanya?.

"Arghhh!!! sssshhh... sakitt!!" ringis Aryan setengah menjambak rambutnya.

Raut kepanikan itu begitu nyata di wajah seorang gadis yang sejak tadi berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Aryan!! kau kenapa?" Pak Aris mendekati Aryan yang kini menekuk kepalanya.

"Pak Mitri! segera panggilkan Pak Sifuh!"

"B-baik Pak Aris!" Pak Mitri segera berdiri dari duduknya, kemudian berjalan keluar setengah berlari.

"Kak Aryan kenapa Paman?"

"Tiara, tolong bantu Paman memapah Aryan ke kamarnya!"

Tiara sigap memposisikan diri di samping Aryan, mencoba membantu sang pria dengan bobot yang tak sepadan.

Pak Aris dan Tiara berhasil membantu Aryan berbaring, meski ia masih meringis kesakitan.

.

.

Memori itu begitu tumpang tindih, seperti benang kusut, seperti puzzle yang semestinya tersusun rapi.

Bayangan seseorang yang melambaikan tangannya ketika sang pria hendak memasuki kendaraan mewahnya.

kemudian suara anak kecil yang memanggil-manggil ayahnya.

"Daddy!! Daddyyyyy!!"

Anak kecil itu terus saja berteriak, meronta kemudian menangis kencang. Mungkinkah ia ketakutan lantaran menyaksikan pertengkaran orang dewasa tepat di hadapannya?.

"Aku bisa menjelaskan segalanya. Tolong tarik kata-katamu!!!"

Semua begitu cepat, seperti kaset rusak!, Aryan mencoba untuk menyusun potongan puzzle tersebut, mencoba sekeras yang ia bisa. Namun yang ada kepalanya terus merasakan sakit.

"Ughhh!! assshhhh!!" Aryan tersentak. Ia terbangun dari tidurnya. Apa yang barusan ia lihat? apakah itu mimpi?.

Ia celingukan, menyapu seluruh ruangan. Ah, dia masih di tempat yang sama, syukurlah.

Aryan menerbitkan senyumnya, tatkala mendapati Tiara yang kini tidur telungkup di sisi ranjangnya.

Tangan Aryan perlahan terangkat, menyentuh kepala sang gadis kemudian megelusnya lembut. ia menyingkirkan helaian anak rambut yang menutupi wajah polos Tiara yang tengah tertidur pulas.

"Manis sekali." puji Aryan pelan. Ia turun dari ranjang, sesat kemudian mengangkat tubuh Tiara dan memindahkannya ke tempat tidur.

...****...

Wanita berambut ikal dengan pakaian serba minim itu tengah berdiri di depan rumah Pak Aris, ia membawa beberapa makanan, berupa buah-buahan serta ikan laut yang ukurannya cukup panjang.

Bu Metha hanya diam, berdiri di belakang sang anak dengan raut penuh keterpaksaan.

Kalau bukan karna rasa peduli pada anak gadisnya, ia tak mungkin rela mengesampingkan harga dirinya hanya untuk menemui seorang pria.

"Kau bisa kembali lagi setelah Aryan dan Tiara sudah kembali dari pantai, Hanna." ucap Pak Aris memberi saran.

Ia heran dengan gadis satu itu yang begitu gencar mendekati Aryan, padahal semua orang dapat melihat bahwa Aryan sama sekali tak menaruh perhatiannya pada gadis lain, selain Tiara.

"Kau mengusirku Paman?" tuduh Hanna pada pria paruh baya itu.

"Hanhan! jaga bicaramu!" peringat Bu Metha menggunakan panggilan kesayangannya.

"Kau tau Bu, sejak tadi kita berdiri di sini, tapi sekalipun Pak Tua ini tak menawari kita untuk masuk kedalam rumahnya!" ceplos Hanna begitu saja, ia menggerutu tak berkesudahan, lantaran bosan menunggu kedatangan seseorang yang ia idamkan.

"Aku sudah menawarkanmu untuk menduduki kursi ini Hanna, tapi kau tak mendengarkanku." ujar Pak Aris, ia menepuk kursi kayu yang ada di depan rumahnya.

Hanna memutar bola matanya mendengar perkataan Pak Aris.

"Ayo bu! kita pulang saja!"

"Bukankah kau ingin memberikan ini pada pria tampan itu?" tanya Bu Metha.

"Tidak usah! aku mau membuangnya saja!" ketus Hanna. Ia meninggalkan halaman rumah Pak Aris dengan perasaan kecewa.

Tak jauh di ujung sana, Tiara cekikikan,menahan tawa melihat tingkah Hanna. Sedang Aryan menyunggingkan senyum menatap wajah cerah Tiara di hadapannya. Tubuh keduanya hanya terhalang oleh pohon kelapa saja saat ini.

...Tbc......

Terpopuler

Comments

꧁🦋⃟‌⃟ ˢⁿ᭄𝔎𝔄𝔉𝔎𝔄𝔎꧂

꧁🦋⃟‌⃟ ˢⁿ᭄𝔎𝔄𝔉𝔎𝔄𝔎꧂

kan bnr si Hanna tuh rambut ungu klo di komik meski gk di respon ttp ngejar {geuleuh keun pisan}

2023-02-20

0

lilis herawati

lilis herawati

tiara ni umur brp kak?

2023-01-03

3

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

Aryan , Tiara Ama Hana main petak umpet

2022-12-13

2

lihat semua
Episodes
1 Ledakan!!!
2 Siuman
3 kekhawatiran
4 Kepingan Puzzle
5 Cemburu!
6 Jadilah Milikku
7 Ungkapan Perasaan
8 Keputusan!
9 Aku tak tahan!
10 Kepanikan Tiara
11 Perjuangan dan Keputusan Tiara
12 Delvano Mahawira
13 Ya, Dia adalah suamiku
14 Harapan yang patah
15 Bayangan Liar!
16 Jangan menyentuhnya!
17 Menyelami Rasa
18 Rindu dan Tekad
19 Aku hanya penolong!
20 Gebuan Cinta Delvano
21 Ikutlah Denganku
22 Amplop Coklat
23 Ketegangan!
24 Kemarahan Elmira
25 Perubahan Delvano
26 Si Penguntit
27 Sebentar Saja,Kumohon!
28 Masa Lalu Tiara
29 Teman?
30 Mertua dan Menantu
31 Liam Gilbert
32 Penyusup?
33 Identitas Si Penguntit
34 Identitas Si Penguntit 2
35 Sang Penggoda
36 Antara Cinta dan Luka
37 Pengintai Misterius
38 Menyalurkan Kerinduan
39 Istri Bayangan
40 Kau mengetahuinya?
41 Kecurigaan Darren
42 Dia Berhasil Kabur!
43 Sisi Lain Sang CEO
44 Berlindung!
45 Mengusik Jiwa Liar
46 Bab 46 - Pertahanan Hati
47 Bab 47 - Nyonya Muda Mahawira
48 Bab 48 - Pelengkap Puzzle
49 Bab 49 - Mutiara Vs Elmira
50 Bab 50 - Mutiara Vs Elmira 2
51 Bab 51 - Empat Sahabat
52 Bab 52 - Rangkaian Bunga Yang Gagal
53 Bab 53 - Pengakuan Liam
54 Bab 54 - Princess Mahawira
55 Bab 55 - Upik Abu Berubah Jadi Cinderella
56 Bab 56 - Kegetiran Seorang Ibu
57 Bab 57 - Rencana Si Iblis
58 Bab 58 - Kehancuran!
59 Bab 59 - Jeritan Kesakitan!
60 Bab 60 - Luapan Emosi
61 Bab 61 - Membuka Topeng
62 Bab 62 - Harus Terpisah
63 Bab 63 - Seperti Ruang Yang Kosong
64 Bab 64 - Pesona Sang Duda?
65 Bab 65 - Mengikhlaskan (END)
66 Extra Part 1
67 Extra Part 2
68 Extra Part 3
69 Extra Part 4
70 Extra Part 5
71 Extra Part 6
72 Extra Part 7
73 Extra Part 8
74 Extra Part 9
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Ledakan!!!
2
Siuman
3
kekhawatiran
4
Kepingan Puzzle
5
Cemburu!
6
Jadilah Milikku
7
Ungkapan Perasaan
8
Keputusan!
9
Aku tak tahan!
10
Kepanikan Tiara
11
Perjuangan dan Keputusan Tiara
12
Delvano Mahawira
13
Ya, Dia adalah suamiku
14
Harapan yang patah
15
Bayangan Liar!
16
Jangan menyentuhnya!
17
Menyelami Rasa
18
Rindu dan Tekad
19
Aku hanya penolong!
20
Gebuan Cinta Delvano
21
Ikutlah Denganku
22
Amplop Coklat
23
Ketegangan!
24
Kemarahan Elmira
25
Perubahan Delvano
26
Si Penguntit
27
Sebentar Saja,Kumohon!
28
Masa Lalu Tiara
29
Teman?
30
Mertua dan Menantu
31
Liam Gilbert
32
Penyusup?
33
Identitas Si Penguntit
34
Identitas Si Penguntit 2
35
Sang Penggoda
36
Antara Cinta dan Luka
37
Pengintai Misterius
38
Menyalurkan Kerinduan
39
Istri Bayangan
40
Kau mengetahuinya?
41
Kecurigaan Darren
42
Dia Berhasil Kabur!
43
Sisi Lain Sang CEO
44
Berlindung!
45
Mengusik Jiwa Liar
46
Bab 46 - Pertahanan Hati
47
Bab 47 - Nyonya Muda Mahawira
48
Bab 48 - Pelengkap Puzzle
49
Bab 49 - Mutiara Vs Elmira
50
Bab 50 - Mutiara Vs Elmira 2
51
Bab 51 - Empat Sahabat
52
Bab 52 - Rangkaian Bunga Yang Gagal
53
Bab 53 - Pengakuan Liam
54
Bab 54 - Princess Mahawira
55
Bab 55 - Upik Abu Berubah Jadi Cinderella
56
Bab 56 - Kegetiran Seorang Ibu
57
Bab 57 - Rencana Si Iblis
58
Bab 58 - Kehancuran!
59
Bab 59 - Jeritan Kesakitan!
60
Bab 60 - Luapan Emosi
61
Bab 61 - Membuka Topeng
62
Bab 62 - Harus Terpisah
63
Bab 63 - Seperti Ruang Yang Kosong
64
Bab 64 - Pesona Sang Duda?
65
Bab 65 - Mengikhlaskan (END)
66
Extra Part 1
67
Extra Part 2
68
Extra Part 3
69
Extra Part 4
70
Extra Part 5
71
Extra Part 6
72
Extra Part 7
73
Extra Part 8
74
Extra Part 9

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!