Elena memeriksa setiap sudut kamar dan tidak menemukan Marco di mana-mana. Gadis itu juga mengendus seprei miliknya karena takut jika terjadi sesuatu antara dia dan Marco tadi malam tanpa disadari. Setelah memastikan semua aman barulah Elena bisa merasa lega.
“Aku ini istri yang takut diapa-apakan suamiku, kalau Kak Marco tahu aku masih virgin pasti dia akan sangat marah,” gumam Elena. “Tapi bodo amatlah, toh sekarang dia sudah menjadi suamiku. tidak mungkin ‘kan kalau suami menceraikan istrinya hanya karena istrinya masih perawan?”
Gadis itu terus meyakinkan diri sendiri bahwa hubungannya dan Marco akan baik-baik saja. Dia yakin, Marco orang yang sangat baik yang tidak mungkin akan menyakiti istrinya sendiri. “Tapi Kak Marco ke mana? Apa jangan-jangan dia melarikan diri?” pikiran Elena kembali melayang dan memikirkan hal buruk yang tidak-tidak.
Sampai akhirnya, suara ketukan pintu membuat lamunan Elena buyar. Dia berjalan cepat menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.
“Kamu sudah bangun?” Suara bariton dari Marco membuat Elena kaget sekaligus lega. Dia pikir suaminya melarikan diri, tapi ternyata laki-laki itu kini berdiri di hadapannya.
“Iya aku sudah bangun,” jawab Elena. “Kamu dari mana, Kak?” tanya gadis cantik itu untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Marco menunduk karena merasa bersalah. “Maaf, tadi malam aku tidak bisa tidur. Jadi, aku tidur di kamarku. Maaf, Nona Elena!” Marco masih merasa canggung karena gadis yang selama ini dijaga sebagai majikan, kini telah menjelma menjadi istrinya. Bahkan, memanggil namanya saja rasanya sangat susah, seperti menyangkut di tenggorokan dan sulit untuk diucapkan.
Tanpa merasa canggung, Elena menarik tangan Marco agar masuk ke kamarnya. “Jangan panggil aku Nona lagi, Kak. Aku sekarang sudah menjadi istrimu!” kata Elena dengan wajah cerah dan pipi merona. Dia terlihat sangat bahagia menikah dengan Marco, lelaki idamannya sejak dulu.
Marco hanya mengangguk. “Aku ke sini ingin memberitahumu bahwa aku ingin mengajakmu bertemu dengan kedua orang tuaku. Apa kamu sudah siap?” tanya Marco dengan wajah serius.
Dada Elena berdebar keras. Dia sangat deg-degan karena akan bertemu dengan mertuanya hari ini. Selama ini dia hanya memikirkan bagaimana caranya menikah dengan Marco, tapi tidak pernah berpikir bagaimana rasanya memiliki mertua. Dia melupakan hal yang sangat penting itu.
“Apa mereka akan menerimaku?” tanya Elena sembari menatap mata Marco. Dia merasa takut setelah sadar diri bahwa Elena telah merebut Marco dari tunangannya.
“Aku tidak tahu. Kamu tahu sendiri aku baru saja bertunangan, kalau mereka tahu aku menikah dengan orang lain apa menurutmu mereka akan baik-baik saja?”
Marco menghela napas dengan berat. Dia sendiri juga sedang menyiapkan mental dan hati untuk menghadapi kekecewaan kedua orang tuanya. Marco menunduk sambil memejamkan mata.
“Kenapa kamu malah menakut-nakutiku, Kak?” tanya Elena dengan cemas. Dia jadi takut jika kedua orang tua Marco menolaknya sebagai menantu.
“Aku cuma ingin kamu menyiapkan hati saja. Tapi, apa pun yang terjadi aku akan melindungimu. Setidaknya, kita sudah memberitahu mereka tentang pernikahan kita!”
Meskipun awalnya ragu, Elena akhirnya menyetujui permintaan suaminya itu. Biar bagaimanapun mereka sudah menikah, dan restu orang tua Marco juga mereka perlukan untuk memulai kehidupan rumah tangga.
Setelah izin dengan Tuan Aland, Marco dan Elena pergi ke rumah orang tua Marco di luar kota. Atas permintaan Tuan Aland, Marco dan Elena pergi dengan mobil. Perjalanan yang harus mereka tempuh sebenarnya tidak terlalu lama sekitar tiga jam perjalanan darat.
Dalam perjalanan itu, Marco dan Elena sama-sama diam. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Marco sedang menyusun kata-kata untuk menjelaskan pernikahan diadakannya dengan Elena, sementara istrinya itu justru sibuk dengan pikirannya yang harus menyiapkan diri jika mereka kabur dari amarah kedua orang tua Marco.
Mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti di depan rumah orang tua Marco. Ayah dan ibu Marco terkejut sekaligus bingung dengan kehadiran putranya bersama seorang gadis cantik yang sepertinya anak orang kaya.
“Ayah, Ibu, perkenalkan ini Nona Elena putrinya Tuan Aland!” Marco memperkenalkan Elena kepada orang tuanya sebagai anak majikan karena selama ini memang kedua orang tua Marco belum mengenal Elena secara langsung.
Elena dan kedua orang tua Marco pun saling berkenalan. Lalu, ibu Marco mengajak Elena dan Marco untuk masuk rumah.
Setelah berbasa-basi dan menunggu waktu yang tepat, Elena dan Marco saling berpandangan. Tentu saja Elena masih sangat takut menghadapi orang tua Marco. Takut ditolak dan juga takut diusir. Meski begitu, Marco bersiap untuk mengatakan tujuannya kembali pulang hari ini.
Beberapa kali Marco mengambil napas berat, mempersiapkan hati dan mentalnya. “Ayah, Ibu. Sebelumnya aku minta maaf sama kalian karena aku sudah memutuskan sesuatu sebelum meminta izin dari kalian.” Marco meraih tangan Elena, sedangkan gadis itu menatap Marco dengan perasaan takut.
“Ada apa ini, Marco?” tanya ayah Marco dengan mimik muka serius. Sebagai seorang ayah, laki-laki itu tahu jika putranya sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya gelisah.
“Aku dan Elena sudah menikah kemarin Ayah, Ibu,” jawab Marco yang kemudian menelan saliva dengan kasar. Setidaknya dia telah mengakui kesalahan, dan sekarang dia menunggu hasil dari keputusan sepihaknya itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Ita rahmawati
yg kmu fikirkan itu diluar nalar elena 🤦♀️🤦♀️🤣🤣
2024-12-30
0
Sweet Girl
kamu merona, Marco shiok.
2025-03-11
0
❄️_vioolet_❄️
wkwkwkwk
lucunya bocah ini 🤣🤣🤣
2023-02-12
2