bab 5 jawaban dari semua

" aku akan setia menunggu jawaban mu Mitha " ujar Shaka tersenyum tipis.

" terima kasih Shaka, kalau boleh jujur aku juga ingin memiliki keluarga yang harmonis seperti mereka. Namun aku tidak bisa memberikan apa yang kamu ingin kan sekarang, aku masih butuh waktu. " ujar Mitha menjelaskan keinginan nya, dia merasa setiap orang pasti memiliki keluarga yang seperti itu. Namun untuk dia dan Shaka sekarang bukan lah waktu yang tepat, karena ingatan nya belum kembali dan dia tidak tau apa pun tentang Shaka.

" aku mengerti Mitha, aku akan setia menunggu." ujar Shaka.

Di tempat lain, nara yang tengah fokus sama kerjaan nya di kejutkan dengan suara benda jatuh dari arah belakang.

seketika Nara menoleh ke arah suara. Bulu kuduk nya berdiri tegak, seketika tubuhnya diam tidak bisa bergerak pikiran-pikiran buruk mengenai adegan hantu di film yang sering di tonton nya.

Suara langkah kaki yang semakin mendekat membuat Nara bergetar dengan hebat nya. Saat tangan menyentuh pundak nya Nara berteriak dengan keras sampai seluruh dunia bisa mendengar nya.

" aaaaaaaaaaaa, ku mohon jangan bunuh aku tuan hantuuuuuu." teriak Nara sambil menutup kedua mata nya menggunakan tangan

" hey, saya boss mu. Berhenti berteriak dan lihat lah ke arah saya naraa" ujar Aksa berdiri memandang ke arah Nara yang terduduk ketakutan.

perlahan Nara melihat ke arah Aksa, seketika air mata menetes dengan deras nya. Nara memeluk erat tubuh Aksa dan Aksa menerima pelukan itu.

" kamu tidak pernah berubah Nara, masih takut dengan hantu" ujar nya dalam hati. Sambil tersenyum tipis.

" pakkkk, ada hantu di kantor ini pakkkk aaaaa saya takut pakkk" ujar Nara sambil mengusap air mata nya.

" Nara, tidak ada hantu di dunia ini itu semua hanya hayalan semata ngerti. Sekarang kemasi barang mu dan pulang lah" perintah Aksa.

" baik pak" ujar Nara dengan kepala tertunduk.

Aksa memandang punggung Nara yang semakin menjauh dari pandangan nya.

Di kegelapan malam Nara berjalan menuju rumah nya, di jalanan komplek yang senpi dan lampu remang remang menyinari ruas jalan.

Sesekali Nara menoleh ke belakang, Nara merasa ada orang yang mengikuti diri nya dari belakang. Nara mempercepat langkah nya, dan mulai berlari degub jantung berdetak dengan cepat dengan seiring langkah kaki nya.

Dengan napas tersengal-sengal Nara berusaha keras memasukkan kunci rumah nya, saking bergemetar nya tubuh nya kunci di tangan nya jatuh.

Saat Nara hendak mengambil kunci, ada tangan yang mendarat di bahu Nara. reflek saja Nara langsung memukuli nya dengan tas yang di bawa nya. Tanpa melihat siapa orang itu Nara terus menerus memukuli nya . Hingga orang itu mulai bersuara memanggil nama nya Nara pun berhenti memukul nya.

saat Nara membuka mata berapa terkejutnya bahwa orang yang mengikuti dan dia pukuli ternyata bos nya sendiri pak Aksa.

" p p pak aksa " ujar Nara tersendat-sendat.

" maaf pak, tapi kenapa bapak mengikuti saya, memang nya rumah bapak di sini? " tanya Nara sambil memegangi tas nya.

" dan di mana mobil bapak? " lanjut Nara

" iya rumah saya di sebelah rumah mu, lain kali lihat dulu orang nya baru mukul. Sakit ini semua badan saya jadi nya" ujar Aksa sambil berusaha berdiri.

" maaf banget ya pak, saya kira tadi saya mau di bunuh. Maaf ya pak" ujar Nara.

" lain kali jangan seperti itu, saya pergi dulu" ujar Aksa berlalu pergi.

Nara melihat dari belakang, langkah kaki Aksa yang semakin dekat ke salah satu orang yang tampak lebih besar dari pada rumah nya. Aksa membuka pagar rumah dan masuk ke dalam.

sementara itu di kamar nya Mitha masih termenung di dalam lamunan nya, dia terus terpikir dengan ucapan Shaka di taman. mitha hanya menganggap Shaka sebagai teman dan tidak bisa lebih dari itu, Mitha merasa dia tidak akan pernah bisa menerima Shaka lebih dari garis pertemanan.

di balkon rumah Shaka sedang menelpon seseorang, terdapat pembicaraan serius di antara kedua nya.

" aku tidak bisa kembali sekarang, ada urusan yang harus ku lakukan di sini. Kalian cukup awasi saja Aksa dia pasti dalang di balik aksi pembunuhan itu" ujar Shaka dengan serius di telpon.

" cari tau semua informasi mengenai Aksa, dan dapat kan semua bukti kalau Aksa lah yang mencoba untuk membunuh ku. Aku butuh semua itu segera, dapat di mengerti" lanjut Aksa.

" baik pak, akan segera saya laksanakan" balasan di telpon.

tanpa di ketahui oleh Mitha , ingatan dari Shaka sudah kembali sejak mereka datang ke taman. Shaka merasa tidak tepat waktu nya dia memberitahukan kebenaran kalau ingatan nya telah kembali. apalagi dalang di balik aksi pembunuhan itu belum di tangkap.

" Aksa, lihat saja nanti aku akan membalas semua perbuatan yang telah kamu lakukan kepada ku" ujar Shaka menatap tajam ke arah depan, rasa dendam dan amarah tertanam di hati Shaka sehingga bagaimana pun cara nya dia pasti akan membuat Aksa membayar apa yang telah dia lakukan.

beberapa hari ini Shaka merasa di ikuti oleh seseorang, shaka yakin kalau itu pasti anak buah dari Aksa.

" aku harus lebih berhati-hati lagi mulai dari sekarang, bisa saja saat aku lengah dia akan mencoba untuk membunuhku" ujar Shaka dalam hati.

Sementara itu, Mitha merasa kalau dia harus berbicara empat mata dengan Shaka mengenai keputusan yang dia ambil. Mitha menghampiri Shaka yang tengah berdiri sambil memandangi langit di balkon rumah nya.

" Shaka, ada yang mau aku bicarakan dengan kamu" ujar Mitha dengan ekspresi serius.

" iya mau bicara apa? " tanya Shaka.

" aku rasa kita tidak akan bisa lebih dari teman, jadi aku berpikir lebih baik kamu cari orang lain saja dari pada aku. Kamu tidak perlu menunggu ku memberikan jawaban yang lain, karena sampai kapan pun aku hanya akan menganggap mu teman. Jadi bisa kah kita tetap menjadi teman saja Shaka? " ujar Mitha panjang lebar, di hati nya sekarang tidak perasaan cinta untuk Shaka. Mitha merasa semua nya harus di perjelas.

" aku hanya mencintai mu dan seterusnya begitu, jika kamu ingin aku menjadi teman ku saja. Aku mengabulkan keinginan mu itu Mitha, mulai detik ini aku tidak membicarakan hal itu lagi. Kalau begitu aku pergi dulu" ujar Shaka berlalu pergi dengan ekspresi sedih yang tak bisa di gambar kan.

melihat Shaka pergi membuat hati Mitha terasa begitu sakit, Mitha tidak ingin menyakiti hati Shaka sama sekali karena dia begitu berarti di hati nya dan itu sebagai teman dekat nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!