Part 4 (Tantangan)

"Ga, kamu pulang kemana?" tanya Dion kepada Jingga saat mereka membereskan buku untuk bersiap pulang.

"Aku tinggal di perumahan Griya Asri Yon." jawab Jingga sambil memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas.

"Loh, kita satu komplek dong Ga, mau pulang bareng?" tanya Dion antusias.

"Aku di jemput bunda." jawab Jingga dan langsung terdiam karena ketua kelas mulai memimpin doa.

Setelah doa selesai dan guru menutup dengan salam, para siswa segera berebut untuk keluar kelas.

Jingga yang sedang antri keluar kelas tiba-tiba tertabrak tubuh tinggi Langit yang hendak melangkah keluar dari mejanya.

"Aduh!" seru Jingga sambil memegangi pelipisnya yang tersodok siku tangan Langit.

"Lihat-lihat dong Lang kalau mau jalan." tegur Dion pada Langit.

"Teman kamu itu kalau jalan suruh lihat-lihat!" bukan Langit yang menyahuti teguran Dion, tetapi justru malah Siska si cewek populer yang sejak pagi seolah tak senang dengan kehadiran Jingga.

"Maaf!" cuma satu patah kata yang keluar dari mulut Langit, dan Jingga yang masih merasakan sedikit berkunang tak menyahuti ucapan maaf Langit, dan dia pun segera keluar kelas.

"Kamu tidak apa-apa Ga?" tanya Dion

"Gak apa-apa Yon, tadi sempat agak berkunang sih, keras banget tadi sikuannya, buset deh, mana bisa pas banget di pelipisku." kata Jingga sambil memegangi pelipisnya.

"Iya, secara dia kaya gigan gitu," kelakar Dion dan di tanggapi senyum saja oleh Jingga.

"Ga, kamu pulang kemana? Biar kita antar sekalian." Citra dan ketiga sahabatnya telah berdiri di belakang Jingga.

"Dia satu komplek sama aku." Dion yang menjawab.

"Wah, beda arah dong sama kita, tapi tidak apa sih kalau kamu mau kita antar." sahut Jihan.

"Terima kasih teman-teman, aku dijemput bunda, lain kali kalau tidak ada yang jemput atau pas gak bawa motor, boleh dong ngerepotin kalian." terang Jingga.

"Oke deh, kalau begitu kami duluan ya Ga." pamit Citra di susul Jihan, Diah dan April menuju mobil milik Citra.

"Aku temani kamu sampai bunda kamu datang ya." tawar Dion tak enak hati kalau pergi dahulu meninggalkan Jingga sendirian.

"Tidak apa Yon, sudah biasa kali kalau kadang bunda telat atau bahkan lupa jemput."kata Jingga.

"Kalau begitu bareng aku saja yuk!" ajak Dion lagi.

"Lain kali saja, tapi terima kasih, bukannya aku nolak cuma khawatir sisipan sama bunda." jelas Jingga.

"Ooh, iya sih." Dion membenarkan, dan di saat yang sama Widya ibunda Jingga telah sampai di depan gerbang.

Setelah berterima kasih dan berpamitan kepada Dion, Jingga berjalan dengan tergesa menuju bundanya menunggu sambil sedikit mengangkat rok rempel panjangnya.

Bagaimana pengalaman hari.pertama di sekolah baru?" tanya Widya kepada Jingga saat mereka telah sampai di rumah.

"Sama saja bun, namanya di sekolah ada yang baik ada yang kurang baik, ada yang cuek ada yang biasa saja." jawab Jingga aaaa mengambil air minum di dispenser.

"Iya sih, selalu seperti itu." kata Widya membenarkan.

"Mungkin kalau aku secantik teman-temanku yang populer itu mereka akan baik sama aku ya bun?" sesal Jingga dengan senyum kecutnya.

"Kamu tidak cantik, tapi kamu manis sayang. Ingatlah untuk selalu bersyukur, kalau kamu mengeluh begitu sama artinya kamu tidak bersyukur dengan pemberian Tuhan yang sudah sangat pas buat kamu." nasihat Widya.

"Astaghfirullah... Maafkan aku ya Alloh, aku selalu saja merasa tidak bersyukur." sesal Jingga.

"Ingat nak, setiap manusia punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing, dan bunda percaya kamu punya segudang kelebihan itu." Widya memberikan semangat kepada Jingga, dan Jingga yang dipuji ibunya hanya tersenyum bangga.

Setelah istirahat sebentar, Jingga berpamitan kepada ibunya untuk olahraga sore hari.

"Bun, Jingga mau lari keliling lapangan dulu ya." seru Jingga sambil berjalan mendekati ibunya yang sedang menyirami taman di halaman rumah mereka.

"Enggak tunggu ayah pulang dulu? Biasanya kalian olahraga bareng." tanya Widya sambil tetap fokus pada tanamannya.

"Keburu sore bun. Lagian ayah pulangnya jam berapa kan Jingga enggak tahu. Nanti kalau sudah pulang biar nyusul saja bun, di lapangan samping kompleks ini saja kok aku." kata Jingga berpesan pada bundanya.

"Ya sudah, hati-hati ya nak." kata Widya dan diperhatikannya kepergian anaknya dengan senyum penuh kebanggaan.

Jingga memarkir motornya di pinggir lapangan yang menjadi tempat favorit banyak orang dari berbagai kalangan untuk berolah raga.

Tempat itu tak pernah sepi dari para pemburu kesehatan, bahkan saat matahari tepat di atas kepala kadang tetap ada yang berburu keringat di lapangan itu. Tapi saat yang paling ramai di waktu sore saat hari tidak hujan.

Setelah melakukan beberapa saat untuk pemanasan, Jingga mulai berlari mengelilingi lapangan, seakan begitu ringan membawa tubuhnya, karena dari kecil Jingga selalu di biasakan oleh ayahnya, sehingga nafas dan kecepatannya stabil dan tak mudah lelah.

Jingga melakukan olah raga fisiknya dengan fokus, sehingga dia tak memperhatikan orang-orang sekelilingnya, hingga ia menyadari kalau ada seseorang yang dengan sengaja seolah tidak mau kalah dari kecepatan Jingga, tetapi gadis itu tidak ambil peduli dan tetap berlari dengan tenaga dan kecepatan yang tetap stabil.

Sepuluh putaran sudah Jingga berlari, tetapi ia masih terus mengayunkan kakinya tanpa kenal lelah, ia menargetkan dua puluh kali putaran, dengan kecepatan yang mulai di kurangi.

Kini ia semakin menyadari kalau ada seorang yang sengaja menyejajarinya karena mungkin teman-temannya sengaja menyuruhnya untuk menandingi kecepatan Jingga, buktinya setiap Jingga melewati gerombolan cowok yang duduk di pinggir lapangan selalu terdengar teriakan menyemangati temannya, tapi Jingga tetap tak ambil pusing dia tetap meneruskan kegiatannya targetnya telah tercapai, dan Jingga langsung memperlambat larinya dan tiba-tiba dari belakang ada yang menabraknya, hingga membuat Jingga jatuh tersungkur, begitu juga orang yang menabraknya.

"Duh, hati-hati dong mas! Perhatikan sekitar jangan asal lari!" seru Jingga sambil mengelus lututnya yang terasa panas saat sepintas melihat yang menabraknya adalah seorang lelaki.

"Kamu yang harusnya perhatikan sekitar, lari kencang-kencang tiba-tiba berhenti!" sahut lelaki tersebut tak mau di salahkan, diapun terlihat mengelus lututnya.

"Saya tidak berhenti mendadak, saya cuma memelankan kecepatan saya." Jingga tidak mau disalahkan, lalu melihat orang yang menabraknya

"Kamu?!" seru Jingga dan cowok tersebut saat mata mereka bertemu pandang.

"Rupanya kamu cewek aneh, tahu gitu tadi aku ogah nengikuti saran gila dari teman-teman l*knat itu." celetuk cowok penabrak Jingga sambil melihat ke arah teman-temannya yang sedang menertawakannya.

"Kamu itu yang aneh, olahraga cuma karena bujukan teman-teman bukan karena kesadaran sendiri." seru Jingga seraya bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan cowok itu.

"Aku olahraga atas kesadaran sendiri ya!" seru si cowok, tapi Jingga tak ambil peduli.

Sementara itu teman-teman cowok tadi mendekatinya sambil tertawa-tawa.

"Ah! Payah kamu Lang, ngimbangin cewek saja keteteran!" ledek Marco pada cowok itu yang ternyata adalah Langit.

"Sialan kamu Mar, asal bicara saja, tadi coba kamu sendiri pasti malah lebih tertinggal jauh." sahut Langit tak mau di remehkan

"Boleh tuh, besok pas jam olahraga disekolah kita buktikan." kata Marco remeh.

"Buktikan saja. Tuh! Ngomong sendiri sama orangnya mumpung belum pergi." kata Langit.

"Hey! Oren marun! kamu ditantang lari lagi sama Langit besok pas jam olahraga di sekolah!" seru Marco kepada Jingga yang sedang istirahat sambil minum, tapi Jingga hanya menyeringai saja.

"Sialan kamu! Aku lagi yang kamu umpanin!" seru Langit sambil menepuk pundak Marco dengan keras, sementara ketiga temannya hanya tertawa dengan tingkah keduanya.

Jingga segera meninggalkan tempat itu karena malas dengan guyonan-guyonan teman-teman Langit.

Saat mereka menantang Langit untuk mengimbangi larinya Jingga, mereka tidak tahu kalau itu teman sekolah baru mereka, karena Jingga mengenakan topi yang menutup separuh mukanya.

...****************...

Selamat membaca, semoga kalian semakin suka dengan ceritanya ya, jangan lupa like dan komennya.

Terima kasih 🥰

Terpopuler

Comments

Nara Nai Rohman

Nara Nai Rohman

baru hadir thor.. kemaren kehabisan kuota😅😅

2022-10-21

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 (Langit)
2 Part 2 (Siswi Baru)
3 Part 3 (Jingga)
4 Part 4 (Tantangan)
5 Part 5 (Kesal)
6 Part 6 (Kebiasaan Langit dan Jingga)
7 Part 7 (Clara)
8 Part 8 (Pertandingan Lari)
9 Part 9 (Si Serba Bisa)
10 Part 10 (Sebuah Ide)
11 Part 11 (Ijin Keluar Sore)
12 Part 12 (Balapan)
13 Part 13 (Ketahuan)
14 Part 14 (Menyampaikan Ide)
15 Part 15 ( Mengunjungi Panti Asuhan )
16 Part 16 (Menahan Diri)
17 Part 17 (Ada Apa Dengan Langit)
18 part 18 (Menabuh Genderang Perang)
19 Part 19 (Penyesalan Jingga)
20 Part 20 (Curahan Hati Langit)
21 Part 21 (Kejujuran Langit)
22 Part 22 (Mengunjungi Langit)
23 Part 23 (Tanggapan Sofia)
24 Part 24 (Menyangkal)
25 Part 25 (Kejutan)
26 Part 26 (Obrolan Di Tempat Parkir)
27 Part 27 (Rencana Dan Harapan Indra)
28 Part 28 (Kejujuran David)
29 Part 29 (Ijin)
30 Part 30 (Rujak Membuat Dekat)
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35 (Berulah kembali)
36 Part 36 (Hukuman)
37 Part 37 (Perubahan Sikap Langit)
38 Part 38 (Bertanding Lagi)
39 Part 39 (David Berulah)
40 Part 40 (Emosi)
41 Part 41 (Seperti Jelangkung)
42 Part 42 (Langit Berulah)
43 Part 43 (Jawaban Sikap Langit)
44 Part 44 (Niat Modus Yang Tidak Mulus)
45 Part 45 (Kecurigaan Langit)
46 Part 46 (Langit Beraksi)
47 Part 47 (Lanjutan Aksi Langit)
48 Part 48 (Taktik Langit)
49 Part 49 (Kejutan)
50 Part 50 ( Damai )
51 Part 51 (Kejujuran Hati Langit)
52 Part 52 (Membangun Pembatas Kembali)
53 Part 53 (Reuni Kecil)
54 Part 54 (Clara Oh Clara)
55 #Part 55 (Sebuah event)
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Part 1 (Langit)
2
Part 2 (Siswi Baru)
3
Part 3 (Jingga)
4
Part 4 (Tantangan)
5
Part 5 (Kesal)
6
Part 6 (Kebiasaan Langit dan Jingga)
7
Part 7 (Clara)
8
Part 8 (Pertandingan Lari)
9
Part 9 (Si Serba Bisa)
10
Part 10 (Sebuah Ide)
11
Part 11 (Ijin Keluar Sore)
12
Part 12 (Balapan)
13
Part 13 (Ketahuan)
14
Part 14 (Menyampaikan Ide)
15
Part 15 ( Mengunjungi Panti Asuhan )
16
Part 16 (Menahan Diri)
17
Part 17 (Ada Apa Dengan Langit)
18
part 18 (Menabuh Genderang Perang)
19
Part 19 (Penyesalan Jingga)
20
Part 20 (Curahan Hati Langit)
21
Part 21 (Kejujuran Langit)
22
Part 22 (Mengunjungi Langit)
23
Part 23 (Tanggapan Sofia)
24
Part 24 (Menyangkal)
25
Part 25 (Kejutan)
26
Part 26 (Obrolan Di Tempat Parkir)
27
Part 27 (Rencana Dan Harapan Indra)
28
Part 28 (Kejujuran David)
29
Part 29 (Ijin)
30
Part 30 (Rujak Membuat Dekat)
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35 (Berulah kembali)
36
Part 36 (Hukuman)
37
Part 37 (Perubahan Sikap Langit)
38
Part 38 (Bertanding Lagi)
39
Part 39 (David Berulah)
40
Part 40 (Emosi)
41
Part 41 (Seperti Jelangkung)
42
Part 42 (Langit Berulah)
43
Part 43 (Jawaban Sikap Langit)
44
Part 44 (Niat Modus Yang Tidak Mulus)
45
Part 45 (Kecurigaan Langit)
46
Part 46 (Langit Beraksi)
47
Part 47 (Lanjutan Aksi Langit)
48
Part 48 (Taktik Langit)
49
Part 49 (Kejutan)
50
Part 50 ( Damai )
51
Part 51 (Kejujuran Hati Langit)
52
Part 52 (Membangun Pembatas Kembali)
53
Part 53 (Reuni Kecil)
54
Part 54 (Clara Oh Clara)
55
#Part 55 (Sebuah event)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!