“Bapak kayak mesin ATM ya” ledek Desi
“Kamu bulang apa tadi” Angga menatap Desi seperti tatapan membunuh
“Hah eh itu ee sebaiknya kita bersiap-siap karna meeting sebentar lagi akan dimulai” ucap Desi gelagapan karna takut dengan tatapan Angga
Desi langsung berdiri dan berjalan meninggalkan Angga. Namun baru saja ia keluar, Desi kembali masuk lagi.
“Kenapa balik lagi?” tanya Angga sinis
“Bapak jalan duluan” ucap Desi menunduk dan mempersilahkan agar Angga berjalan di depannya
“Cih baru sadar kalo saya itu bos kamu” Angga berjalan keluar dari ruangan Desi
“Cih baru sadar kalo saya itu bos kamu” Desi menirukan gaya bicara Angga
Mendengar Desi berbicara sesuatu, Angga menoleh.
Bruk
Desi yang tidak melihat kalau Angga berhenti menabraknya.
“Aduuh, bapak kenapa berhenti tiba-tiba sih” omel Desi memegang bahunya
“Kalo jalan itu pakai matanya, jangan cuma ngedumel bisanya” ucap Angga berlalu meninggalkan Desi yang masih diam
Angga dan Desi sudah berada di tempat meeting.
Sudah satu jam mereka meeting dan telah selesai, para klien sudah keluar hanya tersisa Angga dan Desi yang masih berada di ruangan itu.
“Setelah ini apa jadwal saya?” tanya Angga
“Nanti saat makan siang bapak akan menemui klien dari Harapan Sentosa” jawab Desi
“Siapkan semua berkasnya dan kamu ikut dengan saya nanti” titah Angga
“Sa-saya pak?” Ujar Desi
“Apa ada orang lain lagi di sini selain kamu” Angga menatap Desi
Desi melihat sekeliling dan memang hanya dirinya yang sedang berada di sana dengan Angga.
Angga masih menatap Desi, sedangkan Desi hanya menunjukkan muka konyolnya.
“Saya siapkan berkas-berkasnya pak, permisi” Desi pergi keluar dengan berjalan cepat hingga ia tak sadar sudah ada di depan pintu dan ia menabrak pintu yang belum dibukanya.
Bruk
“Aduuh” Desi mengelus jidatnya yang terasa sakit
“Sudah berapa kali saya bilang, kalo jalan itu matanya dipakai apa gunanya punya mata kalo benda sebesar ini saja tidak terlihat” ujar Angga yang masih duduk santai
Desi tak menghiraukan ucapan Angga, ia keluar dengan muka memerah sudah berapa kali ia menabrak benda bahkan bosnya sendiri karna salah tingkah dari tatapan Angga.
“Huh kenapa aku seperti orang bodoh, bisa-bisa pintu sebesar itu tidak terlihat semua ini karna pak Angga kalo saja dia tidak menatapku seperti itu pasti aku tidak harus menyapa pintu dengan keningku” gerutu Desi sepanjang jalan menuju ruangannya
“Kamu kenapa bicara sendiri seperti itu” tanya seseorang yang sedari tadi ada di belakangnya
“Hah sejak kapan kamu ada di sini?” tanya Desi terkejut
“Sejak tadi kamu keluar dari ruang rapat dan mengomel sendirian” jawabnya “Oh ya, aku Sarah, kamu pasti bu Desi ya sekretaris barunya pak Angga” ujar Sarah
“Kok kamu bisa tahu sih?” tanya Desi
“Kan kamu sempat dikenalkan, kamunya saja yang tidak ingat dengan aku, apa kamu betah bekerja di sini?” tanya Sarah
“Masih tahap percobaan, tapi semoga saja betah deh aku tidak tahu harus bekerja di mana lagi soalnya butuh banget pekerjaan ini, meskipun butuh tenaga ekstra harus bertahan” jawab Desi penuh keyakinan
“Semoga saja kamu tidak jantungan ya, setiap hari harus mendengar pak Angga marah-marah” ucap Sarah
“Apa dia memang sering marah?” tanya Desi penasaran
“Dia lebih galak dari ibu tiri” bisik Sarah
“He’em” Angga yang sudah ada di belakan Sarah dan Desi membuat mereka terkejut
“Pa-pak Angga” ucap Sarah
“Saya menggaji kalian bukan untuk gosip, cepat kembali bekerja” bentak Angga
Seketika Sarah berlari dengan kecepatan penuh ke ruangannya.
“Dan kamu Desi” Desi menghentikan langkahnya “Jangan pernah mengobrol disaat jam kerja karna itu bisa membuat kerugian di perusahaan saya, paham!” ujar Angga
“Paham pak” jawab Desi
“Cepat kembali dan siapkan berkas yang saya minta tadi” ucap Angga
Desi berlalu masuk ke dalam ruangannya.
Desi masih sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Angga yang terlihat sedikit lebih santai di ruangannya. Ia mencoba menghubungi sang kekasih, namun nihil tak ada jawaban bahkan pesannya pun tak dibalas.
Merasa bosan dan tidak tahu harus melakukan apa, Angga memilih menghampiri Desi. Entah mengapa sejak Desi bekerja di perusahaannya, ia sedikit tidak kaku lagi pada karyawannya.
Angga membuka pintu tapi Desi tak menyadari itu, sehingga Angga duduk di depannya.
“Pak Angga” ucap Desi terkejut
“Duh bisa-bisa jantungan beneran kalo setiap hari dikageti terus” ucap Desi dalam hati
“Ada apa ya pak? Apa ada pekerjaan lagi yang harus saya selesaikan?” tanya Desi
“Tidak, saya hanya bosan di ruangan saya sekalian saya ingin melihat kinerja kamu sebagai sekretaris aku” jawab Angga
“Dasar bos aneh, biasanya bos sibuk dengan pekerjaannya ini malah santai-santai di sini mengganggu saja” Desi membatin
“Tidak usah menggerutu di dalam hati, cepat selesaikan pekerjaannya sebentar lagi makan siang” titah Angga
“Kok bisa tahu kalo aku lagi ngomel” Desi masih bengong karna Angga bisa tahu apa yang sedang ia lakukan “Jangan-jangan dia bisa dengar suara hati” Desi menerka-nerka
“Sudah saya bilang jangan menggerutu di dalam hati” ujar Angga
Desi melanjutkan pekerjaannya tanpa memedulikan Angga yang duduk di depannya.
“Sudah” Desi merapikan dokumen yang akan dibawanya untuk bertemu klien
“Ayo berangkat” ajak Angga
“Tapi pak, saya kan baru selesai apa tidak bisa istirahat dulu” tawa Desi yang meregangkan otot-otonya
“Kamu bilang apa tadi? Istirahat? Kamu lihat sekarang jam berapa kalo klien kita menunggu di sana bagaimana? Kalo dia tidak mau menunggu terus akhirnya membatalkan kerja samanya apa kamu akan mengganti kerugian perusahaan” Ucap Angga panjang lebar
“Ya elah pak, cuma satu menit tidak akan sampai telat lagian kan tempatnya juga dekat” Desi masih membujuk Angga
“Berangkat!” bentak Angga
“Nasib-nasib punya bos kayak bekerja waktu zaman penjajahan saja” gumam Desi
“Cepat Desi!” teriak Angga yang sudah di ambang pintu
“Iya pak iya, tunggu” Desi berlari kecil agar bisa berada di belakang Angga
“Baru satu hari bekerja sudah mengeluh capek, saya bekerja terus tidak pernah mengeluh capek. Kalo memang tidak mau capek jangan bekerja tidur di rumah” omel Angga selama berjalan keluar dari perusahaan
“Iya pak, lagian kan bukan robot yang tidak pernah capek gini-gini juga ciptaan Tuhan yang bisa merasakan lelah letih lesu” jawab Desi
“Kamu, masih menjawab saja kalo dinasihati itu tidak perlu dijawab dasar wanita mengeluh saja pekerjaannya” ucap Angga
“Iya kayak pacar bapak yang mengeluh kalo bapak sibuk terus hahaha” Desi tertawa merasa lucu dengan ucapannya, namun berbeda dengan Angga yang menatapnya tajam
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
guntur 1609
ia mesin ATM yg bodoh
2024-12-12
0
Ta..h
😃😃😃 lama2 kocak y desi angga.
2023-04-08
1