Dimas merasa lututnya lemas saat melihat dengan mata kepalanya sendiri di hadapannya salah satu putranya terbaring tak berdaya. Wajah pucat Arsya membuat Dinas tak kuasa menahan air matanya.
Ayah mana yang tak sedih melihat putranya terbaring koma? bahkan banyak selang yang menempel pada tubuhnya.
"Arsya, Arsya ini ayah nak," ujar Dimas saat ia tiba di samping ranjang Arsya.
Aksa sudah memindahkan Arsya ke apartemennya. Dokter berkata jika kondisi Arsya sudah membaik dan Aksa mengajukan untuk merawat Arsya di apartemennya dengan membawa 2 orang suster dan1 dokter.
Niat awal memindahkan Arsya agar orang tuanya tak bisa melacak keberadaan Arsya. Namun, semuanya sia-sia. Terpaksa dia harus jujur dengan sang ayah karena menyangkut rumah tangganya.
"Dokter mengatakan jika kondisi Arsya sudah berangsur membaik, dia akan bangun tak lama lagi. Jangan khawatir yah," ujar Aksa.
Dimas mengelus rambut putra bungsunya, air matanya terus keluar. Dirinya tak sanggup melihat kondisi putranya, dirinya juga takut membicarakan hal ini dengan istrinya.
"Ayah gak tahu harus ngomong apa sama mamah mu," ujar DImas dengan suara seraknya.
"Jangan yah! jangan kasih tahu mamah dulu, mamah mempunyai riwayat darah tinggi. Aku takut kondisinya akan drop mengetahui keadaan Arsya. Apalagi Arsya anak kesayangan mamah, aku takut yah." Tolak Aksa.
"Terus sampai kapan? sampai kapan kita akan merahasiakan hal ini?" Sahut Dimas.
"Sebentar lagi yah, kan aku sudah bilang kata dokter keadaan Arsya sudah mulai membaik." Jelas Aksa.
Dengan berat Dimas pun menyetujui rencana putranya. Benar juga, jika istrinya tahu pasti akan runyam. Apalagi saat ini menantunya tengah sakit.
"Oh iya, bagaimana keadaan istri mu? kata dokter apa?" Tanya DImas sambil mengusap air matanya.
Mendengar pertanyaan sang ayah membuat Aksa teringat perkataan dokter. Itu membuatnya senyum-senyum sendiri, Dimas yang melihat pun menjadi heran.
"Di apartemen kamu gak ada penunggunya kan?" Khawatir Dimas.
Senyum Aksa menjadi luntur kala Dimas bertanya seperti itu. Wajahnya yang tadi bahagia sontak berubah kesal.
"Aku tidak kesurupan ayah!" Kesal Aksa.
"Lalu? Kenapa kau tersenyum begitu? bukankah istrimu sedang sakit?" Heran Dimas.
"Istri ku sedang hamil kembali, aku akan menjadi ayah kembali!" Seru Aksa.
Dimas terdiam sebentar, lalu ia pun tersenyum lebar. Dengan langkah tergesa-gesa dia menghampiri Aksa.
"Aku akan menjadi kakek lagi? Cucu ku akan bertambah?!" Seru Dimas.
Aksa mengangguk cepat, dia tahu sang ayah sangat menginginkan seorang cucu kembali. Apalagi cucu perempuan adalah harapan Dimas dan Dara.
"Kali ini harus perempuan! ayah tidak sabar bermain dengannya, ah ... pasti dia akan sangat manja sekali pada kakeknya." Bayangan Dimas.
Wajah Aksa berubah masam, dia kembali teringat jika dulu sangking inginnya kedua orang tuanya memiliki anak perempuan mereka menjadi Aksa seperti balita perempuan.
Dia memakai pakaian anak perempuan, main mainan anak perempuan. BAhkan momen itu di abadikan menjadi sebuah album. Aksa menjadi kesal saat kembali mengingat gambarannya yang sangat membuatnya kesal.
"Jika anakku laki-laki lagi jangan sampai kau membuatnya sama seperti ku dulu." Ujar Aksa dengan tatapan tajam.
Dimas yang tadinya sibuk membayangkan apa yang akan dia lakukan dengan calon cucunya pun menjadi kembali fokus pada Aksa.
"Haaihh ... tenang saja, aku tidak akan mengulanginya," ujar DImas dan menepuk bahu kekar putranya.
"Tapi ... ada syaratnya." Lanjut Dimas.
Keningnya mengerut, tak mengerti dengan syarat sang ayah.
"Kau harus memastikan jika calon cucuku perempuan," ujar Dimas.
"Ha? yang benar saja yah! kita tidak bisa mengatur begitu! dia juga baru menjadi gumpalan darah," ujar Aksa dengan sewot karena permintaan DImas yang tak masuk akal.
"Ya kamu cari caranya supaya anak.kamu perempuan. Di pupukin kek, atau sering di jengukin sambil berbisik jadi anak perempuan yah nak. Gitu kan bisa!" Ujar Dimas dengan kekeuh.
Aksa terdiam, dia seperti nya terhasut dengan rencana taj masuk akal sang ayah.
Tiba-tiba Dimas merangkul bahunya sambil menepuknya pelan.
"Memangnya bisa yah?" Tanya Aksa.
"Enggak tahu, ayah cuman asal aja. Soalnya pas mama kalian hamil, ayah jarang jengukin kalian. Jadinya kalian laki-laki," ujar DImas.
"Emang iya?" Tanya Aksa seperti ragu.
DImas memukul bahu putranya kencang sehingga Aksa meringis di buatnya.
"Coba dulu! kan gak ada salahnya di coba. Kamu ingat-ingat deh, pas istri kamu hamil Arvian kamu kan ada di Itali dari awal.lehamilan.sampai dia lahiran. jarang banget kan kamu jenguk Arvian saat masih di dalam kandungan? lihat keluarnya laki-laki kan?"
Hasutan sang ayah membuat Aksa mengangguk setuju. Pasalnya setelah Kayla hamil Arvian dia harus mengurusi kantor cabang yang berada di sana hingga Arvian lahir dia tak pernah kembali.
"Oke deh, Aksa coba dulu." Putus Aksa.
"Nah! gitu dong!" Seru Dimas.
Sampai-sampai, mereka mengabaikan pasien yang saat ini tengah berjuang untuk bangun.
"Balik ke rumah sakit yuk, mamah kamu udah telponin ayah dari tadi." Ajak Dimas dan di setujui oleh Aksa.
***
"Kalian itu dati mana si?! Kayla udah sadar, dan kamu Sa malah ngilang!" Marah Dara pada putra dan suaminya.
Aksa tak menghiraukan perkataan sang mamah. Dia hanya mendekati brankar istrinya .
"Jangan di ganggu! biarkan dia istirahat, tadi mamah habis nyuapin dia makan dan minum obat. Baru aja tidur!" Ketus Dara.
Mendengar sang mamah yang menyuapi istrinya pun merasa terkejut. Pasalnya selama ini Dara sangat cuek dengan menantunya karena merasa Aksa harus menikahi Kayla padahal Dara sudah menyiapkan calon mantu idamannya untum putranya.
"Mamah gak paksa dia makan kan?" Tanya Aksa khawatir.
"Maksud kamu?" Tanya balik DAra sambil menyipitkan matanya.
"Itu ... mamah kasar pas nyuapin dia." CIcit Aksa.
Tentu saja Dara naik pitam mendengarnya, dia langsung mengambil salah satu sendal yang ia kenakan dan melempar ke arah Aksa.
BRUGH!
Aksa berhasil menghindar dan sendal itu jatuh ke arah sofa.
"Anak kurang ajar! kamu kira mamah mertua di sinetron ikan terbang hah?!" Kesal Dara.
Dimas memilih untuk keluar dari pada dia menjadi imbasnya. Sementara Aksa masih ketar-ketir melihat kemurkaan sang mamah.
Dengan langkah cepat, Dara mendekati Aksa. Dia menarik telinga putranya dan membawanya ke luar ruang rawat Kayla.
Dimas yang sedang berada di depan ruangan terkejut. Dia kabur dari dalam malah istrinya ikut keluar sambil menjewer telinga putranya.
"A-aw sakit mah sakit!" Ringis Aksa.
Dimas juga ikut meringis, pasti sangat sakit pikirnya. Dia berniat akan kabur kembali, tetapi baru saja berjalan satu langkah sang istri sudah mengintrupsinya.
"Kamu juga yah! jangan kemana-mana! pergi gak pamit! kamu suami apa duda hah?! gak ingat punya bini!"
"Dan kamu! kamu apain Kayla sampai pingsan begitu hah?!
Aksa menatap Dimas dengan wajah penuh permohonan. Sementara DImas menggeleng pelan karena ia tak ingin dirinya lah yang mengganti hukuman putranya.
"Ayah juga takut." Begitulah kata Dimas tanpa suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Puji Ustariana
ternyata ayah dimas absurd juga yah hahaha kayana alvian ikutin opana 😂😂
2025-01-07
0
Puji Ustariana
wkwkwk siap" aja ya ikutan kena cipratan dr mama dara 🤣🤣
2025-01-07
0
Puji Ustariana
ya bisa lah........tp boong 😀😀 lagian udh jd bapak msh aja onpe 🤭🤭
2025-01-07
0