ONWMR-13

Brussels, Belgia

Beberapa hari ini Rells benar-benar dibuat sibuk dengan segala urusan kantor, tidak ada waktu sedikitpun bahkan sekedar untuk menengok teman-temannya seperti yang sudah ia janjikan minggu lalu.

Rells juga dibuat jengah setiap hari, karena Jennie masih saja berkeliaran disekitarnya. Davis baru akan memberi ijin mengganti Jennie saat nanti Rells sudah diangkat menjadi Presdir. Mau tidak mau Rells hanya bisa menuruti keputusan sang Daddy tapi sebisa mungkin dia juga selalu menghindari wanita gila itu.

"Tuan, mobil sudah siap" lapor Jennie.

"Oke, kau turun duluan saja"

"Saya akan menunggu anda Tuan"

Rells melempar tatapan tajamnya, tapi Jennie seakan sudah kebal dengan semua itu "Ck, terserah kau saja!"

Jennie tersenyum lebar, wanita itu kian mendekati Rells yang masih berkutat dengan layar laptopnya, "Apa ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanyanya perhatian.

"Tidak ada, ayo pergi!" Rells langsung menutup laptopnya dan berjalan keluar ruangan. Dia akan meneruskan pekerjaannya itu nanti saja.

"Tuan sebentar"

"Apa lagi?" kesal Rells menghentikan langkah kakinya. Jennie berjalan dengan percaya diri ke depan Rells lalu meraih jas dan dasi pria itu.

"Dasinya miring Tuan, jasnya juga kurang rapi" komentarnya. Rasanya Jennie ingin bersorak senang karena Rells malah diam saja seraya menatap wajahnya tanpa berkedip.

"Wanita ini.."

"Allea Laticia Braine"

Jennie kembali dibuat terkejut saat Rells mulai mencondongkan wajah ke arahnya. Wanita itu menutup kedua matanya serapat mungkin dan bersiap dengan serangan dadakan Rells yang mungkin mulai terpesona padanya.

Tapi setelah sepersekian detik, Jennie tidak merasakan apapun, wanita itu kemudian membuka kedua matanya lagi. Tapi tak mendapati Rells disana. Rupanya pria itu sudah masuk ke dalam lift. Meninggalkan dirinya dengan berjuta harapan.

Rells berjalan dengan kesal, selain karena Jennie telah menyentuhnya sembarangan, dia juga merutuki kebodohannya yang hampir saja mencium Jennie karena melihat bayangan Lea disana. Wanita yang beberapa malam ini selalu hadir di dalam mimpinya.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Tuan Rells? Apa gosip yang selama ini tersebar itu benar kalau anak Tuan Davis itu penyuka sesama jenis?" gerutu Jennie. Dia tetap menyusul Rells yang mungkin sudah sampai di basemen meskipun dengan perasaan kecewa.

Rells duduk di kursi belakang saat sang sopir membukakan pintu mobil untuknya, sementara Jennie dibiarkan untuk menemani sopirnya di depan. Pria itu bahkan memasang pembatas kursi depan dan belakang supaya Jennie tidak bisa mencuri pandang padanya lewat kaca depan mobil.

Perjalanan yang membosankan, karena Rells harus menghabiskan waktu selama 30 menit di dalam mobil. Sopir mempersilahkannya keluar setelah sampai di tempat tujuan, sebuah restoran mewah, tempat dimana mungkin kliennya sudah menunggu kedatangannya.

Pria itu berjalan dengan raut wajah dinginnya tapi tetap saja terlihat sangat gagah, seperti sedang menebarkan sejuta pesona yang ia miliki pada setiap orang yang melihatnya.

Jennie sungguh merasa bangga bisa berjalan bersama Rells walaupun dibelakangnya, bukan disampingnya. Dia merasa menjadi wanita yang istimewa karena bisa ada disekitar Rells setiap hari.