Pernikahan Kedua

Pernikahan Kedua

#1

Viona menangis sesegukan kala mendengar bayi yang di kandungnya selama lima bulan terakhir telah tiada, akibat kekerasan yang ia dapat dari sang suami.

Bahkan tubuhnya masih merasa sakit, dan wajahnya terdapat beberapa luka lebam akibat pukulan dari Adrian suaminya.

Awalnya, suaminya ini hanya salah paham terhadap dirinya. Saat Viona sedang ke pasar untuk membeli keperluan dapur,

Ia tak sengaja bertemu dengan tetangganya yang kebetulan seorang lelaki muda yang sedang pulang dari berolahraga menggunakan sepeda motor.

Pemuda itu tak tega melihat Viona yang terlihat sangat kelelahan membawa belanjaan yang begitu banyak, bahkan wajahnya sudah terlihat sangat pucat.

Sehingga pemuda yang bernama Doni itu menawari Viona tumpangan sampai dirumahnya.

Awalnya Viona menolak, karena dia tahu bagaimana watak suaminya itu. Adrian tidak suka melihat Viona berbicara atau terlihat dekat dengan pria lain. Jadi Viona kekeh menolak ajakan Doni anak tetangganya itu.

meskipun Doni ini masih kelas tiga SMA, Adrian pasti tetap tidak suka jika dia melihat istrinya pulang di antar oleh laki-laki lain.

"Tidak usah Don, mbak bisa jala..." ucap Viona terpotong, karena Viona sudah tidak mampu menahan beban tubuhnya.

Beruntung Doni tadi saat menawari Viona naik ke motornya, ia turun menghampiri wanita yang sudah dianggap kakaknya ini.

Jadi Doni bisa menangkap tubuh Viona agar tidak jatuh. Saat wanita yang tengah hamil itu kehilangan keseimbangan.

"Mbak berdiri saja tidak kuat, apalagi jalan sampai rumah mbak?" ucap Doni kesal, karena Viona menolaknya dengan keadaan tubuhnya yang sedang tidak baik-baik saja.

"Doni gak peduli, pokoknya mbak harus naik motor saya! saya tidak mau terjadi sesuatu pada mbak Viona!" tegas Doni sambil membantu Viona jalan kearah motornya dan membantunya untuk menaiki sepeda motor matic kesayanganya.

Sesampainya di rumah, Doni menuntun Viona sampai di depan rumahnya. Di sana sudah ada Adrian yang menatap tajam ke arah mereka berdua sambil mengepalkan kedua tanganya.

"Mas, tadi mbak Viona mau pingsang dan saya mengantarnya pulang." Jelas Doni.

Adrian hanya mengangguk dan mengambil alih Viona lalu membawanya masuk dan meninggalkan Doni tanpa sepatah kata pun.

Viona menoleh ke arah Doni dan mengucapkan terima kasih dengan lirih, Doni hanya mengangguk.

"Jangan salahkan mbak Viona, karena saya yang memaksa! seharusnya Mas tidak membiarkan istri yang tengah hamil besar belanja sendirian." Doni langsung mengeluarkan uneg-unegnya sebelum mereka masuk.

Adrian menghentikan langkahnya dan berbalik menatap tajam ke arah Doni.

"Pulanglah, lagi pula ini bukan urusanmu! Dan terima kasih karena sudah mengantarkan istri saya!" setelah mengatakan hal itu Adrian dan Viona langsung masuk ke dalam dan membiarkan Doni yang masih berdiri mematung.

Brugh....

Dengan kasar Adrian mendorong tubuh Viona di atas sofa yang berada di ruang tamu.

"Sudah mulai gatal kamu ya? mau jadi wanita murahan kamu?" Murka Adrian.

"Puas kamu sekarang? saya terlihat jelek di mata semua orang, hah...?" lanjutnya.

"Apa maksud kamu mas? Tadi Doni hanya mau menolongku." Tanya Viona sambil meringis dan mengelus perutnya.

"Alah..., jangan banyak alasan kamu! saya tahu kamu hanya ingin menarik simpatik orang dengan cara berpura-pura sakit."

"Mas..., aku memang sedang tidak enak badan mas, aku tidak mencari alasan." Belanya.

Adrian geram mendengar Viona yang masih membela dirinya sendiri, tangan kekarnya mencengkram kuat rahang wanita yang sudah menjadi istrinya selama hampir satu tahun ini.

"Denger..., Bukankah saya sudah bilang? kalau saya tidak suka kamu pergi atau bercengkrama dengan lelaki lain! kamu bukanya menuruti omongan saya, kamu malah semakin gatal." Ucap Adrian sambil menghempas kasar wajah Viona.

Viona memegangi wajahnya sambil meringis,

"Mas bilang tidak menyukai aku berbincang atau pergi bersama lelaki lain, tapi apa mas pernah berpikir kalau aku juga tidak suka mas dekat dengan Sandra!" Habis sudah kesabaran Viona, kini dia ingin mengeluarkan uneg-unegnya yang ia simpan selama beberapa bulan terakhir.

"Jangan samakan aku dengan kamu! Sandra itu teman kantor aku, sudah berapa kali aku jelaskan ke kamu!"

"Temen tapi mesra maksud kamu? mana ada temen sampai peluk-pelukan kayak gitu!"

Plak...

Sebuah tamparan keras Adrian daratkan di pipi mulus Viona, bahkan kini Adrian menjambak rambut Viona hingga ia terdongak ke atas.

Adrian tak terima mendengar ucapan Viona, memang kemarin Viona memergokinya tengah memeluk Sandra, karena wanita itu tengah ada masalah dengan suaminya, dan dia berusaha menenangkan wanita itu,

Tetapi Viona malah menuduhnya berselingkuh dengan Sandra. Dan sebab itulah mereka tengah saling diam dan membiarkan Viona pergi berbelanja sendiri.

"Berapa kali aku bilang hah...? Aku sama Sandra itu hanya teman." Ucap Adrian murka,

Ia tak terima kalau dirinya di tuduh selingkuh. Bahkan dengan tega Adrian memukuli wajah Viona hingga hidung dan bibirnya mengeluarkan darah,

Dan entah apa yang ada di pikiran Adrian, dengan tega ia menendang keras perut Viona yang sudah membuncit.

aaakkkhhhh... Pekik Viona kesakitan, akibat tendangan Adrian.

"Sakit...." Jerit Viona kesakitan, sambil memeluk erat perutnya.

Hiks...hiks...

"A-anakku..." Viona menangis sambil memeluk perutnya yang terasa sangat sakit, bahkan ia bisa merasakan darah mengalir di kedua pahanya.

"Hiks... hiks... sakit... Anakku..." Viona terus menangis. Melihat Viona yang menangis sambil memegangi perutnya,

Seketika membuat Adrian tersadar dengan apa yang telah ia lakukan.

"Dek..." Adrian mendekat ke arah Viona dan memeluknya dengan erat sambil terus menggumam kata maaf.

Adrian memang memiliki tempramen yang buruk, bahkan jika dia marah tak segan untuk menyakiti Viona, dan setelah sadar dia akan meminta maaf, entah sudah berapa kali Adrian seperti ini? dan hari inilah yang paling parah.

Aaaaaaa....

Jeritan Viona membuyarkan lamunan Adrian.

Dirinya langsung berlari kedalam ruangan Viona, dan mendekatinya.

"Dek, tenanglah....mas ada disini." ucap Adrian berusaha menenangkan viona yang tengah histeris kala mendengar bayinya sudah tidak ada.

"Pergi... Pergi... Aku gak mau lihat kamu, pergiiiii....!" Teriak Viona histeris mengusir Adrian.

"Pak... Sebaiknya anda keluar terlebih dahulu, biar kami yang akan menangani ibu viona." Ucap suster sambil mendorong keluar Adrian.

Adrian terduduk lemas di kursi tunggu, hatinya terasa ter-iris kala masih mendengar teriakan Viona dan tangisan Viona yang begitu menyedihkan.

"Apa yang sudah aku lakukan, gara-gara aku,kami kehilangan anak yang sedang kami. Dan membuat Viona menjadi seperti ini." gumam Adrian sambil menangis.

🌷🌷🌷

Adrian menggenggam erat tangan Viona. di tatapnya wajah pucat istrinya, tanganya terulur mengelus lembut puncak kepala Viona dengan sayang.

Ada rasa sesal di dalam hatinya dengan apa yang tengah terjadi, seandainya ia bisa sedikit saja menahan emosinya maka ini tidak akan pernah terjadi.

Viona perlahan membuka matanya, saat merasakan usapan lembut di kepalanya,

dan dia juga merasakan tanganya tengah di genggam erat oleh Adrian suaminya.

Dengan kasar ia melepas genggaman tangan Adrian.

"Pergilah mas, aku tidak mau melihatmu."

"dek... Mas minta maaf...."

"Apa dengan minta maaf bisa mengembalikan anakku?" tanya Viona ketus.

Adrian terdiam, benar kata Viona hanya dengan mengucapkan kata maaf tidak akan bisa mengembalikan anak mereka yang telah pergi.

"Lalu apa yang harus mas lakukan untuk mendapatkan maaf darimu dek?" tanya Adrian sendu.

"Ceraikan aku mas... Duluu aku masih berusaha bertahan dan berharap kamu akan berubah, tetapi apa? sikap tempramen kamu semakin menjadi, jika kamu menyakitiku mungkin aku akan berusaha untuk tetap bertahan.

Tetapi kali ini aku kehilangan anak yang tengah tumbuh sehat akibat ulahmu, aku gak bisa untuk bertahan mas, maaf aku menyerah. Ceraikan aku..." ucap Viona sambil meneteskan air matanya.

"Tidak... Mas gak akan pernah menceraikanmu, berikan mas kesmpatan sekali lagi dek, mas mohon..." ucap Adrian memelas.

Viona menggeleng kuat, "keputusanku sudah bulat mas, jika mas tidak mau menceraikanku maka aku yang akan menuntut mas untuk cerai."

"Tidak... Apapun yang akan kamu lakukan, mas tidak akan pernah setuju untuk menceraikanmu, ingat itu!"

Setelah mengatakan hal itu Adrian keluar dari ruangan Viona, ia tak ingin emosinya kembali meledak jadi dia memilih untuk pergi dan mencari cara agar Viona membatalkan rencananya.

Terpopuler

Comments

Xyylva Xyylva

Xyylva Xyylva

awalan yg tragis.kasihan viona

2022-11-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!