"Via!"
Via bergegas memasangkan dasi untuk Rayhan.Via berjinjit dengan bersusah payah, sehingga dapat menjangkau setengah tubuh dari pria itu. Tinggi Rayhan sekitar 183, sedangkan Via hanya 160. Ideal bukan untuk gadis sepertinya? Rayhan saja yang sangat tinggi seperti tiang listrik.
"Jangan menggerutu, mulutmu mengeluarkan aroma yang kurang sedap."
Pandangan mereka begitu dekat. Rayhan memalingkan wajahnya, membuat Via mendegus kesal.
'Dasar pria menyebalkan.'
"Sudah!" Via hendak menjauhkan tubuhnya. Namun Rayhan langsung memegang ujung kerah kemejanya.
"Lepaskan!" ujar Via. Namun Rayhan semakin menarik kerah kemejanya hingga membuat pandangan mereka semakin dekat.
Via dapat menyelami mata hitam kelam itu lebih lama.
Namun ia mengeram tatkala wajah pria itu menyeringai dan sekarang mendorongnya dengan sangat kasar sehingga Via mundur beberapa langkah.
"Lancang!"
"Maaf Tuan Muda. Anda sendiri yang membuat saya dapat menyelami bola mata kelam itu."
"Apa katamu?!"
"Tidak ada, hanya bergurau," ujar Via meringis.
"Pasangkan sepatuku!" Via mengangguk dan menunduk mengambil sepatu yang berada di atas rak. Via menghela nafas pelan dan sekarang berada di bawah pria itu. Rayhan mengangkat sebelah kakinya ketika Via memasang sepatu tersebut.
'Orang menikah itu bahagia. Ini jadi asisten rumah tangga, gerutu Via dalam hati. Hatinya menjerit ingin memaki pria di hadapannya ini, dengan semua nama kebun binatang
"Apa yang kau pikirkan?" Via bangkit dan berdiri dengan tegak di hadapannya. Jarak mereka sangat dekat. Bisa tidak manusia sedingin es ini tidak
dekat-dekat dengannya? dasar cari kesempatan.
"Tasku!"
"Disamping Tuan Muda."
Sebelum dia protes, Via secepat kilat mengambilnya dan menjejalkan kepada manusia es itu di tangannya.
"Kau harus bersekolah!"
"Saya sedang berkuliah, Tuan Muda. Apakah Anda lupa? Atau saya terlihat masih imut dan menggemaskan sehingga saya terlihat.
"Diamlah! kau sangat berisik. Sekolah tata krama yang baik.
Alfredo tidak pernah mengajarkan mu?"Jangankan mengajarkannya.Berbicara satu suku katapun.Pria paruh baya itu tidak pernah.
"Gadis yang malang!"
"Silahkan Anda berangkat bekerja Tuan Muda. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi."
Sebelum pria itu mengeluarkan semua kata-kata menusuk untuk menghinanya. Dan nanti akan menjadi penyakit di dalam hatinya. Maka Via mencegah itu terjadi. Lebih baik mencegah bukan? dari pada mengobati? kalau di obati, soal nya masih sakit dan membekas.
"Glen akan mengajarkan mu tata krama. Cara melayani suami yang baik dan bersikap sopan santun. Tidak seperti gadis liar sepertimu."
'Astaga! gadis liar?' Via menggepalkan tangannya. Ia
bahkan tidak pernah keluar rumah kalau tidak untuk menuntut ilmu. Kenapa pria ini sangatlah menyebalkan sekali.
"Dimulai dari malam nanti, hingga jam 12 malam."
****
"Via! Lo gak ngerasa aneh? Coba perhatikan dua pria itu? mereka lihatin lo dari tadi."
Via memperhatikan dua pria berbadan besar yang Raja maksud.
Mereka adalah utusan suaminya. Via mengedikkan bahun acuh dan tidak peduli.Mereka juga tidak meganggunnya.
"Lo selalu saja curigaan sama orang. Buanglah pikiran buruk lo itu! mungkin mereka seorang polisi yang berjaga dan tidak sengaja memandang kita."
Raja menghela nafas pelan dan mengangguk.Namun rasa curiga merayapi hatinya.Sejak beberapa menit yang sudah berlalu,dua pria itu menjatuhkan pandangannya terus menerus ke arah Via dan dia sendiri.
"Oke-oke. Via! gue perhatiin lo tampak berbeda ngak, sih?"
"Beda dari mana nya?" sungut Via tidak terima.Raja sangatlah cerewet membuat fokus membacanya teralihkan dan terganggu.
"Bener kata Raja, Vi. Lo kurusan, deh. Apa ibu tiri lo itu ngak kasih lo makan, ya?" tandas Mira memicingkan matanya.
"Ngapain dia yang kasih gue makan. Uang bokap gue banyak, buat makan sesuap nasi."
"Ya, lo kan tinggalannya sama mereka. Bisa jadi kan, ya?"
Via merahasiakan pernikahannya hingga saat ini. Bisa gempar warga universitas kalau mereka tahu.
Seorang Vianna Ralista Pratama menikah dengan tuan muda tampan dan kaya raya itu. Via paling benci menjadi pusat perhatian.
"Gue makan, ngak peduli sama omongan nenek lampir itu. Mandul masih saja dipelihara."
Sampai Via dewasa. Wanita itu tidak pernah dikabarkan hamil. Hingga rumor beredar tidak bisa
memiliki keturunan selamanya.
"Beneran ibu tiri lo itu mandul?" ujar Raja penasaran.
"Hem, cocoknya dihempaskan. Ia kalau ngak sombong. Udah ngak bisa apa-apa, berkuasa lagi."
"Ngak boleh gitu, Vi. Nanti nular ke lo lagi. Lo mau ngak bisa memiliki keturunan?"
"Tinggal angkat anak saja kan, gampang banget."
Entah bagaimana ceritanya dulu. Papa nya menikah dengan wanita modelan seperti itu. Sudah sombong, angkuh, miskin lagi. Tidak ada yang bisa dibanggakan darinya.
Beda dengan mama nya. Sudah kaya, memiliki anak, baik dan penyayang. Cantik lagi sepertinya.
Ah! Via jadi merindukan mamanya. Hanya melihat foto nya saja, Via sudah yakin, mamanya
memiliki sifat yang di ceritakan semua orang. Feeling dari seorang ibu dan anak tidak akan bisa
dipisahkan.
****
Via menguap berulang kali dengan mulut yang ternganga sangat lebar.
Sialan! Glen memang pria tidak peka dan tidak patut dicontoh.
Bayangkan saja, sedari tadi Via memberikan kode agar berhenti menjelaskan, namun Glen manusia robot itu tidak menghiraukannya.
"Menguap dan memutar bola mata di larang dalam buku panduan tata krama, Nyonya."
Gila! Coba jelaskan Via sekali saja. Dia hidup di keluarga apa sebenarnya? Crowel! keluarga yang
menjunjung tinggi tata krama dan tidak pernah dirumorkan oleh media ternyata seperti ini?
"Ayolah, Glen. Saya sangatlah mengantuk, besok dilanjutkan. Mana bisa sampai habis buku setebal itu dalam satu malam."
Sudah dua jam, manusia robot yang di perintahkan Rayhan itu menjelaskannya di papan tulis.
Sebanyak itulah peraturannya?kalau begini ceritanya. Via akan mundur menjadi bagian keluarga Crowel, walaupun keluarga itu sangat berkuasa dan amat sangat kaya.
Namun semuanya terlambat Jeratan rantai di lehernya telah di pasang kan dan di gembok setelah
malam itu sah, menjadi istri tuan muda Rayhan Crowel.
"Berdekatan dengan seorang pria, itu juga tidak diperbolehkan!"
Via melebarkan matanya, "Pria siapa maksudmu? saya tidak pernah berdekatan dengan siapapun. Jangan memfitnah Glen! saya tidak menyukainya."
"Nyonya, dua pengawal Anda. Telah melaporkannya kepada tuan muda beserta bukti, 20 foto yang terpampang jelas wajah Anda dengan pria itu."
Mungkin yang mereka maksud adalah Raja? Via menatap tajam Glen.
"Dia sahabat saya, kami telah lama saling mengenal. Katakan kepada tuan muda mu jangan mencampuri urusan pribadi seseorang. Dasar tukang ngatur."
"Siapa yang kau maksud?"
Tuh kan! pria ini selalu saja muncul secara tiba-tiba dan hampir membuat jantung Via copot dan berlari dari penampungannya.
"Tuan Muda!" gumam Via membeku di tempat duduknya.
"Glen, keluarlah! Biarkan aku yang mengajarkan tata krama ke gadis pembangkang ini."
'Tolonglah Glen! jangan tinggalkan aku sendirian di sini,' batin Via berdoa dalam hati. Namun harapannya pupus, tatkala Glen telah melangkahkan kakinya keluar dan lebih parahnya mengunci pintu.
"Berdiri!"
Via mengangguk dengan wajah tertunduk dan berdiri. Lalu mendekati pria itu lebih dekat.
Via sudah siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. la akan didorong, di jambak, atau bahkan
di pukul. Via telah memasang benteng pertahanan di tubuhnya agar tidak kesakitan.
Via masih memejamkan matanya. Hingga tangan pria itu membuatnya terpaksa mendongak menatap langit-langit kamar.
Tangan Rayhan merayap dan mencengkram wajahnya dengan kasar, sehingga Via meringis.
"Siapa pria itu?!"
'Sahabatku bodoh!' sayangnya hanya bisa disembunyikan di dalam hati.
Via merasakan lehernya sakit, karena dalam posisi mendongak paksa, dalam kukungan Rayhan.
"Dia sahabat saya, Tuan Muda. Tolong lepaskan! Saya kesulitan bernafas dengan posisi leher yang
seperti ini."
Rayhan melepaskannya dengan kasar, hingga tubuh Via tersentak kecil dengan guratan wajah yang
meringis. Sehingga rasa dendam semakin membara di hatinya.
"Siapapun dia. Aku tidak suka mainanku diganggu oleh pria lain!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments