Jangan sebut dia tuan muda kalau tidak membuat hati Via terbakar seperti sekarang ini. Api berkobar
di depan Via, menghembuskan panas yang menyejukkan di malam hari. Untung Glen berbaik hati menyelamatkan tumpukan buku-buku nya.
"Terimakasih, Glen. Saya berhutang budi padamu."
"Tuan muda yang memerintah!" ujar Glen meninggalkan Via yang sekarang mematung mendengarnya. Jangan bilang, pria itu membatalkan perintahnya? Via segera bergegas masuk ke dalam. Namun tiba-tiba lututnya lemas membayangkan hukuman selanjutnya.
"Nyonya, Tuan muda menyuruh Anda, menemuinya di kamar."
Deg! debaran jantung Via sudah bertalu-talu karena ketakutan. Via mengeratkan pegangan tangannya
di tumpukan buku-buku yang ia bawa.
"Terima kasih Bibi Tua."
"Sama-sama, Nyonya. Saya permisi!"
Via mengulas senyuman, namun ia tidak bisa menyembunyikan mimik wajahnya ketika mendengarkan semua itu.
Apa yang Via tunggu? Dia langsung bergegas menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar pria itu. Sebelum semua apapun yang Via miliki dibakar.
****
"Ambilkan air minum!"
"Bukannya air minum berada disampingnya? tinggal
menjangkaunya sedikit, dia telah bisa meneguknya sampai kandas."
"Air minum!" Via segera mengambilnya dan menyodorkan di depan Rayhan, yang sekarang matanya tertuju ke depan laptop.
"Apa yang kau lihat?!" Via tersentak, kala ia ketahuan sedikit mengintip pekerjaan suaminya. Dia hanya penasaran saja melihat diagram kenaikan perusahaan suaminya yang sangat terlihat fantastis. Dari beberapa bulan terakhir.
"Jangan membandingkannya dengan perusahaan Alfredo."
"Maksud Tuan Muda bagaimana?" tanya Via bingung. Perasaan dia tidak pernah mengatakan apapun.
"Ambillah!" Dengan malas, Via mengambil gelas yang sudah terisi setengah dan menaruhnya di atas nakas.
Namun ia tidak sengaja membuat gelas itu oleng karena tidak fokus berakhir terjatuh dan mengenai
baju tidur Rayhan.
"APA YANG KAU LAKUKAN GADIS BODOH?!"
Via terperanjat kaget. Gadis itu segera menyambar tisu dan ingin membersihkan baju tidur suaminya. Namun Rayhan langsung menepis kasar tangannya, hingga membuat Via tersentak dan menarik dirinya mundur dua langkah.
"Kau sengaja melakukannya?!" Via segera menggelengkan kepalanya dan khawatir. Takut Rayhan bertindak kasar kepadanya.
"Maaf, Tuan Muda. Aku ..."
"Lepas bajumu!" perintahnya membuat jantung Via berdetak kencang. Jangan-jangan, Rayhan akan menyuruhnya untuk ... melakukan hal yang tidak diinginkan.
"Apa yang kau pikirkan?!"
Via segera menggelengkan kepalanya, "Tidak ada Tuan. Saya akan mengambil beberapa tisu untuk membersihkan nya."
"Kau menentangku?" Rayhan yang sekarang sudah berdiri dengan tegak mengeram. Menmbuat Via segera memenuhi tugasnya.
Rayhan tersenyum miring, karena perintahnya dipatuhi dengan baik.
"Bersihkan!" Reyhan menunggu di belakang gadis itu.
Dengan ragu, Via membuka perlahan kancing kemejanya. Sebenarnya Via memakai tanktop, namun ia malu.
Reyhan memperhatikan bokong mulus gadis itu, ketika membungkuk membersihkan tempat tidur yang terciprat air.
Lama Reyhan memperhatikan, sampai Via selesai dengan tugasnya. Bahkan mengelap lantai dengan kemejanya.
"Sudah Tuan Muda."
Via berbalik dan sedikit menundukkan tubuhnya.
Membuat Rayhan tidak suka pemandangan itu.
"Giliran bajuku!!"
"Tapi, sebaiknya Anda menggantinya Tuan Muda. Saya akan ....
"Kau berani memerintahku?!"
Via mengatupkan mulutnya. Bukan seperti itu, namun Via tidak nyaman dengan hanya menggunakan tangtop berhadapan dengan pria yang walaupun suaminya sendiri.
Tubuh Via sedikit menggigil karena AC ruangan menerpa kulit lehernya. Via melangkah dan menyambar tisu di atas nakas beberapa lembar dan segera mendekati Rayhan.
Dengan ragu, Via membersihkan baju tidur Rayhan dengan sangat telaten. Namun yang membuat Via
heran adalah, Rayhan tidak bereaksi apapun. Membuatnya semakin ketakutan.
Jangan-jangan, suaminya tidak menyukai wanita. Dan menyukai sesamannya? Astaga! Via segera
menggelengkan kepalanya. Hampir tidak sengaja menekan tubuh Rayhan, membuat pria itu mendorongnya dengan kasar.
"Tuan Muda," jerit Via karena terkejut dengan dorongan kasar Rayhan membuat tubuhnya kebas seperti hampir terjungkal.
Rayhan segera melangkahkan kakinya menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.
Meninggalkan Via yang sekarang terpaku melihatnya dengan menggenggam tisu yang berada di tangannya.
"Dasar pria aneh. Begitu saja marah, huh."
Lama Via menunggu akhirnya Rayhan keluar dari kamar mandi. Syukur pria itu tidak memakai handuk. Bisa pingsan Via melihatnya.
"Kau berniat menggoda ku?!"
Rayhan menatap tajam Via, yang sekarang melongo mendengarnya. Siapa yang mau menggoda pria seperti dia. Jangankan menggoda, lama-lama dengannya saja, membuat Via muak.
"Kau tidur di sini!!" perintahnya dengan gamblang tanpa beban. Membuat tubuh Via ingin ambruk rasanya.
"Tapi, Tuan Muda. Saya tidak bisa tidur berdua dengan Tuan Muda."
Rayhan menatapnya dengan datar. "Siapa yang menyuruh mu tidur denganku?!"
"Bukannya tadi, Tuan Muda menyuruh saya untuk tidur di sana?" Via dengan berani menyentuh ujung tempat tidur.
"Di sofa!" perintah Rayhan. Pria itu sudah mulai berbaring.
Via melirik sofa yang berada di belakangnya. Lumayan lebar dan muat untuk tubuhnya. Oke! Via
akan tidur di sana. Via hendak berbalik namun, Reyhan kembali memanggil.
"Selimut!"
Via dengan menahan nafas di dadanya, mengambil selimut di bawah pria itu dan segera menyelimutinya sampai atas dada.
"Matikan lampu dan jangan berisik."
Via mengulas senyuman dan mengangguk. Via bernafas lega kala melihat Rayhan telah mulai terlelap. Namun ia tidak sengaja memperhatikan wajah tampan itu, menyuguhkan pemandangan karya Tuhan yang yang sangat indah. Rayhan sangatlah tampan. Membuat Via tertegun dan lama
menatapnya. Hingga lupa bahwa kakinya seperti kesemutan karena lama berdiri sedari tadi.
'Andai dia suami yang baik. Pasti aku adalah wanita paling beruntung di dunia ini. Mendapatkan suami yang kaya raya dan juga seperti dewa Yunani dengan pahatan hampir sempurna.'
"Sudah puas menatapku?!"
Mata itu kembali terbuka. Membuat Via tersentak dan segera berlari kecil mematikan lampu.
"Selamat malam, Tuan Muda. Maafkan atas kelancangan saya."
Via menangkap bayangan samar pria itu tidak menyahut ucapannya. Via bernafas lega dan segera tidur di sofa. Sebelum pria itu memerintahnya kembali.
Kapan ia tidur kalau seperti itu? Via mencoba memejamkan matanya. Namun kenapa, wajah Rayhan selalu terbayang di benaknya. Astaga! tidak boleh. Dia memang tampan tapi kelakuannya itu selalu membuatnya darah tinggi.
****
Di tengah malam. Via menyibak selimut karena ia harus menyelesaikan tugas alam. Via bergegas ke kamar mandi tanpa menyalakan lampu.
Via mengerjapkan matanya berulang kali, karena nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.
Suara keran menyala membuat Via merinding. "Tuan Muda?" panggil Via pelan.
Semakin Via ketakutan. Maka adrenalinnya semakin terpacu karena penasaran. Via mendekat ke arah sumber suara. Namun sebuah tangan besar tiba-tiba melingkar di pinggangnya dan menghempaskannya ke tembok.
Via meringis merasakan tubuhnya sakit sekali.
"Setelah mengagumi wajahku. Sekarang kau berniat mendalami nya?" bisik Rayhan sensual membuat tubuh Via menegang hebat.
Via memejamkan matanya dan tubuhnya terdorong dengan kasar untuk kesekian kalinya. Rayhan akhirnya pergi meninggalkannya.
"Apa yang dia katakan barusan?" Gumam Via tanpa sadar hingga membuat sekujur tubuhnya merinding.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments