Via terperanjat kaget ketika masakannya, sudah berada di atas lantai dengan belingan piring yang
berserakan dan terlihat tidak enak dipandang.
"Siapa yang menyuruh wanita ini memasak?!" bentak Rayhan kepada semua para pembantu yang sekarang berdiri di hadapannya menunduk tidak berani bersuara.
"Aku yang memaksa, Tuan. Jangan marah kepada mereka," kata Via menangkup kedua tangannya, di
depan Rayhan. Via berdiri dengan wajah tertunduk, merasakan getaran di lututnya, karena sangat takut.
Tugasmu melayaniku, tidak mengurusi rumah ini!"
"Baik Tuan Muda. Maafkan kesalahanku."
Rayhan bangkit dan melenggang pergi dari tempatnya. Diikuti oleh sekretaris dan asistennya itu.
Via menghela nafas lega, ketika mereka telah pergi. Bibi tua mendekatinya dan mengelus bahu Via dengan sangat lembut.
"Sabar ya, Nyonya. Tuan Muda memang seperti itu. Nyonya harus kuat tinggal di rumah ini."
"Iya, Bibi Tua. Ini juga salah saya."
***
Via segera berangkat ke kampus setelah menyelesaikan pekerjaannya. Syukur pria kejam
itu tidak ingin ikut campur dengan hidupnya. Intinya semua tugasnya telah selesai, maka Via bebas
kemanapun. Namun tetap dikawal oleh orang kepercayaan tuan muda itu.
"Saya naik ojek saja. Kalian bisa membuntuti dari belakang." Mereka berdua saling memandang dan mengangguk. Tugas mereka hanya mengawasi bukan melindungi gadis itu.
"Ayo, Pak. Saya sudah telat ini. Ngebut saja!" Dengan nafas tersengal Via memasang helm dan menepuk bahu pria paruh baya itu, agar memacu motornya lebih kencang.
"Baik, Mbak."
"Bapak lewat jalan pintas saja, yang hanya bisa dilewati oleh motor. Soalnya saya mau menghindari mobil itu."
"Kenapa memangnya, Mbak?"
"Saya bayar lebih, deh. Cepetan makanya!"
Via meneggok ke belakang. Mobil itu telah berada sedikit jauh dari mereka. Ini kesempatan untuknya.
Motor masuk ke dalam sebuah perkampungan yang terlihat sedikit kumuh. Via menyeringai, kala memperhatikan mobil utusan suaminya itu tidak bisa masuk. Via bersorak ria dan melambaikan
tangannya selamat tinggal.
"Good bye."
****
"Bagaimana sih, Mbak. Katanya mau bayar lebih. Kok cuman sedikit."
"Kan itu sudah lebih 10 ribu, Pak. Bapak mau nya berapa emang? Jangan korupsi deh. Nanti saya kasih bintang satu loh," ancam Via berkacak pinggang.
"Oke, kasih bintang 5 dan jangan
lupa komennya. Bank jaket hijau hebat dan cepat."
"Oke-oke," balas Via mengangkat dua jempolnya.
Via segera berlari masuk ke dalam kampusnya. Telat 10 menit tidak apa-apa kan? Ah! mana dosennya galak lagi. Jangankan 10 menit hanya 1 menit saja ia akan mendapatkan penurunan nilai.
Via masuk mengendap-endap ketika dosen wanita itu berbalik dan menulis di papan tulis.
Sahabatnya yang bernama Mira satu partner nya menaruh tas nya dan mengeser kursi yang ia telah
sisakan untuk Via.
"Lo kemana aja, sih?" bisik Mira.
"Nanti gue ceritain ke lo semuanya."
Oke-oke."
Dosen wanita itu berbalik dan memicingkan matanya ketika melihat keberadaan Via yang tiba-tiba telah duduk rapi di dekat Mira dan mencatat apa yang telah di paparkan di papan tulis.
"Kapan kamu masuk, Via?" Deg! tubuh Via menegang kala menjadi pusat perhatian teman-teman yang sekarang memperhatikannya dengan wajah penasaran. Via nyengir dan melepaskan pulpennya, siap untuk merangkai kata-kata indah untuk beralasan.
****
Gadis pembangkang!" ujar Rayhan mengepalkan tangannya, ketika mendengar anak buah yang ia ditugaskan untuk mengawasi Via, setiap ingin keluar rumah melapor kepadanya.
"Saya yakin, Nyonya Via tidak akan berani kabur dari Anda, Tuan Muda."
Tidak berani kabur? gadis bodoh itu sangat pembangkang. Bahkan sebelum menikah telah melakukan percobaan bunuh diri di depannya. Ingin sekali Rayhan membantunya dan mendorong Via
dari atas balkon agar gadis itu langsung mati.
Namun itu belum kesampaian. Karena gadis itu hanya berpura-pura dan ingin mengertak semua orang. Dan berakhir gagal. Siapa juga yang akan
mengeluarkan air mata menangisinya. Rayhan tahu, Via hidup menderita di rumahnya. Walaupun Via mati. Maka semua harta Anjani akan jatuh ke tangan
orang yang masih hidup. Jadi mati sia-sia hanya akan membuat mereka berbahagia menyambut
pemakaman nya.
"Jangan sampai Via, menguasai harta itu."
"Baik Tuan Muda. Tuan Alfredo tengah mengurus semua dokumen penting perusahaan."
"Baik Alfredo dan gadis bodoh itu!!"
Dengan tatapan tajam dan aura yang kelam. Rayhan menyeringai dengan mengetuk jarinya di atas meja, menimbulkan suara yang memecahkan kesunyian dan ketegangan di ruangan yang didominasi oleh warna abu dan hitam tersebut.
"Aku ingin mereka menderita. Kamu paham, Glen?"
"Baik, Tuan Muda. Beri saya waktu satu jam untuk mengatasi semuanya."
****
Via menekan handle pintu sebuah ruangan yang berada di rumah itu. Sepertinya ruangan kerja.
"Duduk!" tegas Rayhan dingin.
"Dimana?" Via masih berdiri mematung tidak memenuhi perintah Rayhan. Soalnya kursi di depannya sangatlah banyak. Glen yang tidak ingin gadis itu bertindak bodoh langsung melangkah dan
menggeser salah satu kursi ke belakang.
"Silahkan duduk, Nyonya."
"Terima kasih. Jangan memanggilku dengan sebutan itu Tuan. Saya bukan Nyonya besar soalnya. Tidak enak." Via tersenyum canggung.
Rayhan mengeram mendengarnya. Berani sekali gadis ini berbicara di depannya tanpa diperintah.
"Sebaiknya Anda diam, Nyonya!" Glen berdiri di samping Rayhan.
Via menunduk kala Rayhan memperhatikannya dengan tatapan menusuk ingin membunuhnya sekarang juga.
"Apa yang kau lakukan? ingin mencoba bermain-main?!"
"Tidak, Tuan Muda."
"Kau telah melanggar peraturan!"
Via segera mengangkat wajahnya tidak terima, membuat Glen memperhatikan Via dengan intens.
Berani sekali gadis itu membangkang kembali.
"Kata Tuan, tidak mengurusi dan mencampuri urusan pribadi setelah semua pekerjaan telah selesai."
"Memang benar. Tapi kau ingin kabur dan mengelabuhi anak buahku."
Via menggeleng kepalanya, "Tidak Tuan. Aku terlambat, makanya lewat sana."
"Diamlah! banyak alasan!"
Via mengulum bibirnya. Ini salah itu salah. Hidup di dunia ini serba salah. Via ingin gila rasanya.
"Jangan menggerutu di dalam hati!"
"Iya, Tuan Muda. Jadi sudah selesai, kan?"
"Kau berani memerintah ku?!"
"Bukan seperti itu, Tuan. Aku ingin belajar karena tugas menumpuk. Kalau aku bodoh bagaimana? Tuan Muda ingin tanggung jawab?!"
Mungkin hari pertama menikah. Via akan manuruti semua perintah Rayhan. Namun sekarang, Via memiliki siasat tak kasat mata. Agar Reyhan segera membuangnya.
"Glen! bakar semua buku-buku gadis ini! Biarkan dia hidup dalam kebodohan!"
Astaga! Via melototkan matanya hampir keluar. Via ingin sekali meninju wajah Rayhan, namun ia
harus sabar dan akan memohon ampunan.
"Tuan Muda, aku mohon jangan melakukannya! aku tidak memiliki banyak uang untuk membeli nya
kembali."
Rayhan tidak peduli. Bahkan Via terdorong ketika Via ingin menyentuhnya. Rayhan tidak menyukai sentuhan apapun dari seorang wanita. Walaupun itu
istrinya sendiri.
"Glen! cepat usir gadis ini dan segera laksanakan perintah ku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
maredni Jiba
kayaknya si Reyhan dendam banget sama via
2022-12-05
0