Untuk sesaat, kamar yang Yuna dan Zain tempati berubah senyap. Itu karena mereka lebih memilih untuk saling menatap tanpa perlu menghiraukan apa pun, biarlah tatapan mereka yang menjelaskan isi hati mereka.
Tatapan Yuna sedalam samudra, Zain sendiri tidak bisa menebak jalan pikiran wanita muda yang ia nikahi kurang dari sebulan itu. Yuna pun demikian, ia menikahi Zain namun ia belum mengenal suaminya sedekat itu, apa yang di sukai dan apa yang di benci pria tampan yang saat ini menjelma sebagai suaminya itu masih menjadi misteri baginya. Jika seperti itu masalahnya, lalu apa alasan seorang Yuna Dinata memutuskan menikah dengan Prof. Zain? Yuna sendiri masih bingung kenapa dia ingin menikahi pria itu, yang jelas mereka berjodoh karena itu mereka bertemu. Akan seindah apa kisah mereka, Yuna sendiri menantikan kejutan apa yang akan di berikan kehidupan ini untuknya.
"Dimana kita akan tinggal? Dan apa alasanmu ingin pergi dari sini? Aku berhak mengetahuinya. Tapi, jika kau tidak ingin mengatakannya, maka tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksa." Ujar Yuna memecah keheningan.
Zain yang mendengar ucapan Yuna hanya bisa menganggukkan kepala pelan.
"Baguslah."
"Kau memang harus seperti itu. Tindakan bijak kau tidak menanyakan apa pun, karena jika kau memaksakan diri untuk bertanya, aku yakin kau akan kecewa. Dan aku tidak sebaik itu sampai harus merayumu untuk meredakan amarahmu."
"Kau harus membiasakan diri. Kau juga tidak boleh cengeng. Disini, kau hanya orang asing. Kau tidak akan menemukan bahu untuk bersandar jika kau sampai terluka."
Ucapan Zain terdengar bagai tanda bahaya di indra pendengaran Yuna. Ia tidak percaya, pria yang sudah mengikat janji dengannya itu tega mengatakan dirinya tidak akan pernah ada saat Yuna dalam masalah. Untuk sesaat, Yuna kembali berpikir. Apakah janji yang Zain ucapkan di depan keluarganya hanya omong kosong belaka? Entahlah, Yuna sendiri tidak bisa menebaknya. Ekspresi yang Zain tunjukkan terlalu sempurna sampai tidak ada yang akan bisa menebak jalan pikirannya.
"Apa yang Profesor katakan? Aku ini istrimu, tentu saja aku akan selalu mengandalkanmu." Ujar Yuna menanggapi ucapan serius Zain. Ia tidak ingin menyimpan keluhan ataupun kemarahan di dalam hatinya, karena itu bukan gaya seorang Yuna Dinata. Dia gadis ceria, dan dia tidak akan pernah membiarkan keceriaan itu menghilang dari dirinya bahkan setelah dia menikah.
Belum sempat mendengar jawaban Zain, Art separuh baya itu kembali mengetuk pintu. Entah kabar apa yang dibawanya sampai berani mengalihkan perhatian Zain untuk menatap kearahnya.
"Tuan. Mobilnya sudah siap. Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Minta orang lain membantumu membawa koper istriku. Masukkan semua pakaiannya yang ada di lemari." Pinta Zain dengan sopan.
Istriku!
Yuna tersenyum penuh kemenangan, walau Zain mengatakan hal yang tidak masuk akal saat mereka berdua, setidaknya pria itu telah mengakuinya sebagai istri, dan hal itu membuat kembang kempis dada seorang Yuna Dinata. Ia bahagia, ia tersanjung, dan ia merasa berharga.
Tidak ada balasan dari Art sepuh itu, ia hanya bisa mengangguk kemudian berjalan mundur meninggalkan Yuna dan Zain.
"Ayo kita pergi."
"Kau tidak perlu mengganti baju atau berdandan. Tidak ada orang yang akan peduli dengan penampilanmu." Celoteh Zain sambil menatap Yuna dengan tatapan yang sulit di artikan oleh gadis cantik itu.
Aku menikah bukan untuk melihat tatapan dingin suamiku. Ada apa dengan Prof.Zain? Kenapa dia berubah seperti bunglon. Di depan Mama dan Papa dia bertingkah seolah aku adalah nyawanya. Tapi disini tingkahnya membuatku tidak mengenalnya! Apa aku salah karena memilihnya? Ahh, aku tidak tahu itu. Biarkan semuanya seperti ini untuk sekarang. Batin Yuna sambil berjalan mengikuti langkah Zain yang sudah ada di depannya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
AdeOpie
penasaran
2022-10-19
0