Gelap Gulita.

Plysheet kembali di bentangkan, Aldi dan ketiga teman nya memutuskan untuk makan kembali, karna sarapan tadi tidak mampu bertahan lagi dalam perut mereka masing-masing.

Ke empat nya sempat berdisikusi sebentar sebelum mulai menyalakan kompor. Mendiskusikan apa yang akan mereka buat terlebih dahulu.

Dan ke empat nya sepakat untuk memasak air telebih dahulu, untuk menyeduh kopi. Hingga saat dimana mereka menunggu masakan matang, ada kopi yang menemani.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya sekitar 10 menit saja air telah mendidih.

Aldi memindahkan air mendidih itu kesamping, berbagi tugas dengan Devi yang telah menyiapkan empat gelas kopi untuk di seduh.

Aldi kembali fokus dengan kompor di depan nya, kali ini mereka akan memasak nasi terlebih dahulu. Karna sedari pagi mereka memang belum memakan sesuap nasi pun.

"Ini ko kopi nya ada 5 gelas?" Celetuk Aditia dengan keheranan.

Devi yang tadi bertugas menyeduh kopi berbalik badan, dan menatap gelas kopi yang di simpan nya di pinggir. Dan benar saja apa yang Aditia baru saja katakan. Kopi yang Devi seduh tadi kini menjadi 5 gelas.

Kini Devi ikut keheranan, seperti Aditia.

Devi mencoba mengingat kembali, apakah memang dirinya yang salah atau memang ada keanehan lain yang sedang terjadi pada mereka semua saat ini.

Aditia bertanya kepada Devi, kenapa membuat 5 gelas kopi sedangkan mereka hanya ber empat.

Devi menyangkal nya. Dirinya tetap yakin bahwa tadi hanya membuat 4 gelas saja.

"Sudah-sudah, yang satu biarkan saja." Gilang menengahi, sementara Aldi tidak ikut campur karna selain menunggu nasi matang. Dirinya fokus pada lauk yang sedang di siapkan nya untuk di masak.

Devi mengambil satu persatu gelas kopi, dan memberikan nya pada setiap orang. Dan tetap membiarkan satu gelas yang tersisa tetap berada di pinggir.

30 menit telah berlalu, kini nasi telah matang.

Aldi mulai memasukan satu persatu lauk yang akan di masak nya kedalam wajan. Namun karna di rasa akan memakan waktu kembali jika di masak satu persatu, Gilang memberi usulan kepada Aldi supaya memasak semua lauk nya secara bersamaan.

Tidak memakan waktu yang lama, kurang dari 10 menit kini lauk nya telah matang.

Aldi dan ketiga sahabat nya membuat posisi baris 2. Saling berhadapan dengan nasi dan lauk nya yang berada di tengah dan memulai acara makan siang.

...Aldi POV...

Entah keanehan apa lagi yang kini sedang menunggu kami, setelah semua yang terjadi saat ini.

Selama memasak, sebenarnya aku merasa ada sesuatu di luar Plysheet. Seperti ada banyak sekali orang atau mungkin bukan orang, yang sedang memperhatikan dan mengawasi kami ber empat.

Aku berusaha untuk tetap tenang sedari tadi, bahkan permasalahan gelas kopi yang menjadi 5 saja aku tidak ikut campur.

Bukan tidak perduli. Hanya saja aku telah merasa ketakutan duluan dari saat Aditia berbicara di awal.

"Sreeeek... Grseeekk.."

Ada suara dari luar plysheet. Aku dan ketiga teman ku yang sedang menikmati kopi langsung terdiam saling melempar tatapan.

"Greekkkk.. Grekkk.."

Suara itu terdengar lagi, seperti suara seseorang yang menginjak dedaunan yang telah kering.

Tapi ada sesuatu yang janggal, selama berjalan tadi hingga aku dan ketiga teman ku memutuskan untuk berisitirahat dan membuka plysheet kembali. Sama sekali tidak ada dedaunan kering di bawah kami, semua lahan tertutup rerumputan dan ilalang.

Kami ber empat merapatkan tubuh satu sama lain, karna jujur saja kami semua merasa ketakutan saat ini.

Tidak ada yang benar-benar mempunyai nyali untuk melihat atau hanya sekedar menengok keluar untuk memastikan suara itu berasal dari benda apa.

Kami semua mulai berdo'a, meminta perlindungan kepada Allah subhanahuata'alla.

"Brukkk brukk brukk.."

Degg..

Jantung ku semakin berdegub dengan cepat, setelah suara dedauanan kering di injak kini terdengar suara seperti banyak nya langkah kaki yang melangkah secara bersamaan.

Kami semua semakin ketakutan, mata kami tertutup rapat dan tangan kami saling menggenggam.

...***...

Aldi dan ke empat teman nya tidak berhenti beristigfar. Rasa takut telah mengusai mereka semua.

Ingin pulang. Itulah hal yang ada pada pikiran mereka semua.

Hingga waktu berlalu cukup lama, Aldi mulai memberani kan dirinya membuka mata secara perlahan lahan.

Sunyi, tidak ada suara apapun. Bahkan untuk sekedar suara binatang malam seperti jangkrik pun tidak terdengar sama sekali.

Aditia berbicara dengan nada yang sangat pelan, "Gais, ayo kita cepet tutup nesting dan plysheet. Kita harus pergi saat ini." Suara Aditia terdengar bergetar.

Gilang menahan tubuh Devi dan Aditia yang akan beranjak, meminta kedua nya untuk diam dan tidak bergerak terlebih dahulu.

Kini Gilang bersuara, menanyakan saat ini pukul berapa.

Reflek, semua nya membuka handphone masing-masing.

Dalam layar handphone terlihat waktu yang telah menunjukan pukul 3.40 sore.

"Kalian tidak sadar?" Bisik Gilang.

Gilang meminta Aldi menyalakan kembali layar ponsel nya, kemudian Gilang menyuruh ketiga nya untuk menatap keluar plysheet.

Apa yang di lihat oleh Gilang dan ketiga nya membuat mereka semua kembali terdiam membatu.

Kondisi di luar plysheet sangat gelap sekali, tidak terlihat apapun. Mereka semua tidak bisa melihat apa-apa di luar.

Benar-benar gelap gulita.

Ke empat pemuda yang bahkan belum berumur 20 tahun ini bingung dan panik, saling berpelukan di dalam plysheet dan tidak berani keluar, setelah melihat di luar sangat gelap dan tidak terlihat apa-apa.

Aditia dan Devi terdengar menangis ketakutan. Sementara Gilang dan Aldi masih merasa keheranan dengan semua peristiwa yang sedang menimpa mereka semua saat ini.

"Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi pada kita, apa ada sesuatu yang salah?" Aldi berbicara sedikit berbisik.

Kini dugaan Aldi, memang mungkin saja ada hal yang salah di antara mereka ber empat. Dan hal apa itu semua tidak ada yang mengaku.

Aldi yang penasaran dengan kesalahan apa yang telah mereka perbuat kembali melayangkan pertanyaan kepada ketiga teman nya, namun tetap saja tidak ada yang mengaku. Dan mungkin saja bukan tidak mau mengaku, bisa saja memang kesalahan Itu tidak di sadari oleh semua nya.

"Lebih baik kita berdo'a saja saat ini. Semoga saja semua nya cepat berlalu, dan bisa kembali normal." Bisik Devi.

Suasana kembali hening, ke empat nya terus melantukan do'a dalam hati nya masing-masing.

"Ctrekkk.." Kompor tiba tiba saja menyala.

Aldi dan ketiga teman nya reflek membuka mata dan menatap kompor.

Semua nya langsung beristigfar dan sedikit mundur.

"Ya allah, apalagi ini." Gumam Aditia dengan suara bergetar.

Selama beberapa saat, mereka semua menatap api kecil dari kompor yang tiba tiba saja menyala itu.

Hingga Aldi memberanikan diri untuk bergeser kedepan dan dengan ragu-ragu dirinya mematikan kembali kompor itu.

Aldi menghela nafas setelah berhasil mematikan kompor. Rasanya sedikit lega karna tidak terjadi apa-apa saat kompor itu di matikan.

Aldi kembali mundur, dan merapatkan kembali tubuh nya di antara ketiga nya.

Mereka semua tidak akan berani bergerak, sampai rasa ketakutan dalam diri mereka masing-masing mereda.

Sampai saat itu datang, mereka akan tetap dalam keadaan yang sama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!