Ronald kembali mengatakan hal tersebut dengan perlahan, lalu meninggalkan kamar Jovan.
Sungguh ternyata Ronald telah melibatkan Jovan kecil di dalam skenario jahatnya dan sungguh saat ini ke dua mata hati Ronald telah di tutup oleh dendam.
Hari ini pada akhirnya di isi dengan segala kesibukan Ronald di kantor.
"Bramasta?"
Siang hari itu tiba - tiba saja Luisa mendapatkan panggilan dari ponselnya dengan nama panggilan Bramasta.
"Untuk apa lagi mas Bramasta menghubungi ku?"
Luisa mengatakan hal tersebut sambil mengernyitkan dahi..
"Ah lebih baik aku tidak usah mengangkatnya saja, saat ini dia sudah menjadi suami Ayundira, adik kandung mas Ronald, aku tidak ingin terjadi fitnah pada nantinya."
Setelah mengatakan hal tersebut Luisa meletakkan ponselnya kembali diatas meja rias dan kembali melanjutkan aktivitasnya untuk merapikan kamar.
Namun rupanya ponsel Luisa sama sekali tidak berhenti untuk berbunyi dan ini sungguh membuat Luisa menjadi kesal.
"Ya dengan Luisa disini."
Luisa terpaksa mengangkat panggilan dari Bramasta agar semuanya cepat selesai.
"Bagaimana jika aku tidak mau menemui mu mas Bram!"
Dengan nada tegas Luisa mengatakan semua hal tersebut di panggilan ponselnya..
Namun pada akhirnya dengan menarik nafas dalam - dalam terucap beberapa kata dari mulut Luisa.
"Baiklah mas Bram satu jam lagi aku akan ke cafe biru, kita akan bertemu disana, tempat biasa kita bertemu."
Selesai mengatakan hal tersebut Luisa menutup panggilan di dalam ponselnya dan segera bersiap - siap untuk menuju ke cafe biru.
Setelah selesai bersiap - siap Luisa masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan mobil tersebut ke jalan raya.
"Entah hal penting apa yang akan mas Bramasta bahas kepada ku, mengapa sampai seperti ini?"
Di balik kemudinya Luisa terus mengatakan hal tersebut secara perlahan hingga tanpa terasa kini dirinya telah sampai di cafe biru tempat dimana biasanya Luisa dan Bramasta menghabiskan waktu di saat mereka masih bersama.
Luisa segera masuk ke dalam ruangan VVIP yang telah di pesan Bramasta untuk bertemu dengannya siang hari ini.
"Mas Bramasta."
Luisa masuk ke dalam ruangan dan mulai menyapa Bramasta.
"Luisa, duduknya, dan pesan makanan mu."
"Mas aku buru - buru, katakan saja apa yang akan mas katakan kepada ku."
Luisa mengatakan hal tersebut dengan tegas kepada Bramasta.
Bukan tanpa alasan dirinya mengatakan hal tersebut, saat ini Luisa sebenarnya sudah tidak ingin ada hubungan apa - apa lagi dengan Bramasta, jika bukan Bramasta bersih keras ingin bertemu dengannya, Luisa tidak akan datang kemari.
"Baiklah, aku hampir lupa jika saat ini kau sudah menjadi nyonya Ronald, CEO salah satu televisi swasta paling terkenal di negara ini."
"Mas Bramasta, ayolah mas."
Setelah Luisa mengatakan hal tersebut Bramasta mengeluarkan satu berkas dari dal tasnya.
"Ini bukalah!"
Dengan nada tegas Bramasta mengatakan hal tersebut kepada Luisa.
"Apa ini mas?"
"Sudah kau buka saja dulu."
Luisa pun mengambil berkas yang saat ini tergeletak di atas meja dan membuka berkas tersebut.
Sungguh ke dua matanya langsung terbelalak ketika melihat beberapa foto wanita cantik nan seksi di dalam berkas tersebut dan yang lebih membuatnya terkejut ada foto Ronald sedang di peluk mesra oleh wanita itu.
"Nama wanita itu adalah Jasmine, wanita cantik berkulit putih dengan rambut panjang hitam, dan wanita tersebut adalah wanita simpanan Ronald suamimu."
Deg
Runtuh seketika pertahanan Luisa ketika mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan ini.
"Simpanan? maksudnya apa mas?"
Rasa tidak percaya Luisa membuat Luisa ingin membuat berkas - berkas yang saat ini berada di tangannya.
"Jasmine ya Jasmine adalah satu - satunya wanita kesayangan Ronald, sudah lebih dari dua tahun mereka menjalin hubungan secara diam - diam."
"Sampai saat ini pun aku tidak mengetahui apa motif Ronald terhadap hubungannya dengan Jasmine, mengapa hubungan ini harus menjadi hubungan yang tersembunyi, padahal saat itu posisinya Ronald masih sendiri."
Kini Luisa hanya bisa terdiam, ya terdiam tanpa kata atas setiap penjelasan yang diberikan Bramasta kepadanya.
"Dan yang lebih membuat aku bingung mengapa dia tidak menikah dengan wanita yang dia cintai yaitu Jasmine, namun saat ini dia lebih memilih untuk menikah dengan mu Luisa."
Deg
Hati Luisa seperti di hantam satu besar mendengarkan apa yang Bramasta katakan kepadanya.
"Apakah kau tidak merasa heran Luisa setelah mendengar apa yang aku katakan ini? sungguh lucu sekali, Ronald yang telah menjadi suami sah seseorang dokter Luisa ternyata masih menjalin cinta dengan wanita lain, ya wanita lain yang betul - betul dia cintai."
"Kau tau aku menjadi kasihan kepadamu, kau sama seperti patung yang berada di rumah megah Ronald untuk dia pajang, sedangkan setiap dia berada di luar rumah, ada satu wanita yang selalu di hampirinya."
Deg
Hati Luisa rasanya sakit sekali mendengarkan perkataan Bramasta, meskipun saat ini hatinya belum sepenuhnya menjadi milik Ronald, namun posisinya yang dianggap patung membuat hatinya menjadi sangat sakit.
"Aku sarankan kau untuk bercerai dari Ronald berhati - hatilah laki - laki dengan perlakuan dan mulut yang manis untuk menutupi kesalahan demi kesalahannya lebih berbahaya dari laki - laki manapun."
"Aku hanya tidak ingin kau menjadi wanita yang bodoh Luisa, percuma kau menjadi dokter psikiater jika karena cinta kau bisa menjadi bodoh."
"Ceraikan saja Ronald, karena kedepannya bisa saja dia menyakitimu lebih lagi, dan mungkin dia melakukan hal itu dengan caranya yang sangat halus."
Deg
Luisa kembali terdiam sambil ******* - ***** ujung roknya.
"Luisa apakah kau mendengarkan semua perkataan ku ini?"
Bramasta yang merasa tidak mendapatkan respon apa - apa kembali bertanya kepada Luisa.
"Apa sudah selesai mas apa yang hendak mas sampaikan?"
Dan pada akhirnya beberapa kata inilah yang keluar dari bibir Luisa.
"Jika sudah selesai aku mau pulang."
Bramasta yang mendapatkan jawaban - jawaban singkat dari Luisa kini hanya bisa menatapnya.
"Hei Luisa kenapa kau begitu tenang menghadapi ini semuanya?"
Luisa pada akhirnya hanya bisa menatap Bramasta dalam - dalam dan pada akhirnya mengatakan beberapa hal kepadanya.
"Mas, terima kasih telah memberikan aku informasi ini, namun untuk urusan ku dengan mas Ronald biarkan kami yang akan menyelesaikan berdua saja karena ini rumah tangga kami."
"Permisi mas, aku harus pulang dulu."
Setelah mengatakan hal tersebut Luisa bangkit dari tempat duduknya dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Bramasta yang kini hanya bisa memandang punggungnya.
"Aku tau kau berpura - pura kuat Luisa, namun saat ini kau pasti sedang berjalan sambil menangis menuju ke parkiran mobil."
Hal tersebut yang pada akhirnya dikatakan oleh Bramasta dan apa yang menjadi prediksinya ternyata adalah hal yang benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments