Dengan cepat Luisa langsung menganggukkan kepalanya.
Dengan perasaan bahagia Luisa melayani Ronald dan juga putra kecilnya tersebut, saat ini adalah saat - saat yang paling membahagiakan bagi Luisa sepanjang hidupnya.
"Sayang ponsel mu berbunyi."
Deg
Luisa yang lupa mematikan ponsel, langsung mengambil ponsel dari dalam sakunya setelah Ronald menegurnya untuk mengangkat ponsel tersebut.
"Kenapa kau matikan sayang?"
Ronald kembali mengatakan hal tersebut ketika melihat Luisa hanya sekilas melihat nama di dalam ponsel tersebut lalu mematikannya kembali.
"Ah tidak apa - apa mas, ini hanya awak media saja yang coba ingin menghubungi ku."
"Apakah mereka menganggu mu? jika iya katakan saja, aku tidak akan segan - segan untuk memberikan pelajaran kepada mereka."
Ronald mengatakan hal tersebut dengan sungguh - sungguh, tatapan ke dua matanya yang tajam seakan - akan menyiratkan bahwa siapapun yang menganggu Luisa harus berhadapan dengannya.
"Tidak perlu sampai seperti itu mas, mereka tidak menganggu aku, mereka melakukan hal itu untuk pekerjaannya, jika mereka sampai tidak membawa berita maka karir mereka bisa hancur, jadi selama mereka masih bersikap wajar maka aku akan tetap memperlakukan mereka dengan baik."
Ronald yang saat ini sedang memotong daging steak kembali tersenyum ke arah Luisa.
"Memang tidak salah aku memilih mu menjadi istri, kau adalah wanita yang sangat bijaksana di dalam menyikapi konflik."
Dan seketika itu juga Luisa langsung menundukkan wajahnya dengan tersipu malu.
"Habiskan segera sarapan mu, karena sebelum aku pergi ke kantor ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan dengan mu di dalam kamar."
Setengah Ronald menyelesaikan sarapannya Ronald mengatakan hal tersebut sambil mencium kening Luisa dan berganti ke kening Jovan.
"Aku tunggu kau di kamar yah."
Dan Luisa hanya bisa menganggukkan kepalanya saat Ronald mengatakan hal tersebut lalu meninggalkan meja makan dan masuk ke dalam lift.
Setelah Luisa melihat Ronald pergi, Luisa kembali mengambil ponselnya dan melihat panggilan masuk yang sudah bertubi - tubi banyaknya.
"Debt Colector lagi."
Dengan perlahan Luisa mengatakan hal tersebut sambil melihat ponselnya.
"Sampai kapan aku harus menghindari mereka, melihat ancaman demi ancaman yang masuk ke dalam pesan di ponselku, membuat aku seakan - akan tidak ingin membuka ponsel kembali."
"Mas apa yang akan kau katakan kepada ku, jika kau mengetahui bahwa aku adalah wanita yang penuh dengan hutang?"
Luisa kembali mengatakan hal tersebut sambil memandang ke arah lift yang sejak tadi membawa Ronald naik dan turun.
"Ma Jovan sudah selesai."
Dan apa yang dikatakan oleh Jovan kini membuat Luisa kembali tersadar.
"Ah baiklah sayang, mama antar Jovan kembali ke dalam kamar yah."
"Apakah mama ikut Jovan ke dalam kamar Jovan Juga?"
Dengan cepat Luisa langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak Jovan, mama harus berbicara beberapa hal dengan papa Ronald, tapi mama berjanji jika sudah selesai maka mama akan kembali ke kamar Jovan."
"Janji?"
Dengan cepat Jovan mengarahkan hari kelingkingnya ke arah Luisa dan meminta Luisa untuk berjanji kembali.
"Janji sayang."
Dan Luisa pun langsung mengaitkan jarinya untuk menenangkan Jovan.
Tak butuh waktu lama pada akhirnya Luisa membawa Jovan ke dalam kamar dan memberes meja makan.
"Mas, mas Ronald siap - siap sendiri?"
Begitu Luisa masuk kembali ke dalam kamar, Luisa sangat kaget karena Ronald sudah sangat rapi dengan pakaian kerjanya..
"Ya, apa yang bisa aku kerjakan sendiri aku akan tetap melakukannya Luisa, sekarang duduklah, aku ingin berbicara beberapa hal dengan mu."
"Ya mas."
Dan dengan patuh Luisa segera duduk di kursi di samping tempat tidur tersebut...
"Ini."
Ronald yang datang menghampirinya langsung menyerahkan kartu hitam ke hadapan Luisa.
"Aku tidak ingin kau kembali bekerja, aku ingin kau di rumah, mengurus anak dan juga aku."
"Dan ini ada kartu kredit untuk bisa kau pakai berbelanja dan kebutuhan mu, nanti uang tunai setiap bulan akan aku Transfer ke rekening pribadi mu langsung.
"
Luisa hanya bisa memandang kartu kredit dengan limit tertinggi yang saat ini dia genggam.
"Jadi aku tidak boleh kembali praktek di rumah sakit lagi mas?"
Tatapan Luisa kini benar - benda sedih ketika Ronald tidak mengizinkan dirinya untuk bekerja.
"Ya, aku memang tidak mengizinkan mu untuk bekerja di rumah sakit, jika kau memang tetap ingin bekerja, aku akan membangun rumah sakit khusus untuk mu, kau yang mengelolanya bagaimana?"
Hati Luisa begitu tersentak dengan perkataan Ronald.
"Tapi mas membangun rumah sakit itu tidak seperti membangun seribu candi dalam waktu satu malam."
"Luisa aku juga tau, dan siapa juga yang sanggup membangun rumah sakit di dalam waktu satu hari saja?"
"Lalu mas?"
"Intinya adalah kau boleh bekerja jika itu adalah perusahaan mu sendiri, jika tidak aku tetap tidak akan mengizinkan mu, jadi itu sebabnya aku menawarkan untuk membangun rumah sakit saja, bagaimana?"
Dan Luisa langsung menggelengkan kepalanya kuat - kuat.
"Tidak perlu sampai seperti itu mas, jika memang mas Ronald menginginkan aku untuk tidak bekerja, baik mas aku akan menurutinya."
"Kau yakin? apakah kau merasa terpaksa dengan apa yang telah aku katakan."
"Tidak mas, memang sudah dari lama aku menginginkan untuk keluar dari pekerjaan setelah menikah dan pada akhirnya terwujud juga."
"Bagus hal ini yang juga aku inginkan Luisa."
"Aku pergi dulu."
Ronald mengatakan hal tersebut sambil mencium kening Luisa dan keluar dari dalam kamar.
Kini tinggal Luisa seorang diri di dalam kamar, tatapannya kosong, seakan - akan Luisa tidak tau harus berpikir apa lagi.
"Bagaimana aku bisa melunasi semua hutang - hutang ku jika aku tidak bekerja? selama ini aku tidak pernah memberitahukan siapapun soal ini, bagaimana jika mas Ronald mengetahui jika istrinya ini tukang mengutang dengan jumlah yang fantastis?"
Luisa mengatakan hal tersebut sambil memijat - mijat pelipisnya.
"Bagaimana ini?"
Dengan khawatir pade akhirnya Luisa hanya bisa mengatakan hal tersebut.
Masih ada hal yang Luisa sembunyikan kepada Ronald tentang keadaan Luisa.
Tidak ada satu orang pun yang mengetahui jika selama ini untuk menutupi rasa malunya Luisa sering berpamer gaya hidup mewah kepada para pengikutnya di media sosial dan uang yang dia pakai adalah pinjaman bank yang selalu dia lakukan dengan gali lubang tutup lubang.
"Kenapa kesulitan ku belum berhenti Tuhan?"
Setelah selesai mengatakan hal tersebut Luisa kembali memandang kartu kredit yang saat ini di dalam genggaman tangannya.
"Kartu kredit dengan limit tertinggi yang pernah aku miliki."
"Meskipun saat ini semua kartu kredit yang aku miliki adalah palsu, namun aku sangat percaya dengan bentuknya.
Luisa kembali mengatakan hal tersebut sambil memandang kartu kredit yang dulu sejenak pernah dia miliki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Widya putri _20
aku tunggu kelanjutan nya thor semangat cepet up 😚
2022-10-19
0