KASIH SAYANG PAPA

"Mas maafkan aku, sungguh mas maafkan aku."

Luisa terus mengatakan hal tersebut sambil memandang ke arah Ronald.

"Iya sayang, sudah aku katakan bahwa aku tidak akan memaksa mu untuk melakukan hal itu, aku tidak ingin menjadi suami yang memaksakan kehendaknya pribadinya sendiri."

Ronald mengatakan hal tersebut sambil membelai rambut Luisa.

"Terima kasih mas Ronald, terima kasih mas Ronald mau mengerti semua keadaan ku."

"Sudah, sudah, ayo jadi kau membantu ku untuk keluar dari tempat tidur ini?"

"Ah iya mas, maafkan Luisa."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Luisa segera membantu Ronald untuk keluar dari tempat tidurnya.

Dengan perlahan Luisa membantu Ronald untuk berdiri dan duduk di atas kursi rodanya.

"Luisa."

"Ya mas Ronald."

"Cukup sampai disini, aku akan melakukan semuanya sendiri di dalam."

"Tapi mas."

Namun belum sempat Luisa mengatakan beberapa hal, Ronald sudah memberikan isyarat supaya Luisa untuk diam.

"Baiklah mas aku akan menunggu mas Ronald di luar kamar mandi."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Luisa membiarkan Ronald untuk masuk ke dalam kamar mandi sendirian.

Luisa yang menunggu di dalam kamar hanya bisa berjalan mondar mandir saja.

Dirinya begitu khawatir jika terjadi sesuatu hal dengan Ronald di dalam sana.

"Mas Ronald apakah mas betul - betul bisa melakukan semuanya sendiri? mas kenapa aku tidak boleh masuk?"

"Sebagai seorang dokter sebenarnya aku sudah terbiasa dengan hal - hal seperti ini, jadi kau tidak perlu malu kepada ku."

Luisa mengatakan hal tersebut dengan masih berjalan mondar mandir di dalam kamarnya.

Dan tak beberapa lama kemudian Luisa pada akhirnya melihat Ronald keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuhnya sudah dibalut handuk piyama yang dikenakan dengan rapi.

"Syukurlah mas Ronald baik - baik saja."

Ronald yang mendengarkan perkataan Luisa langsung mengernyitkan dahinya.

"Baik - baik saja? apa maksud mu mengatakan hal seperti itu Luisa?"

"Mas aku takut mas Ronald jatuh di dalam sana, aku sangat mencemaskan mas Ronald."

Dan Ronald pada akhirnya hanya bisa tersenyum mendengar perkataan demi perkataan yang Luisa katakan.

"Jadi sekarang kau sudah mulai takut kehilangan aku?"

"Mas ayolah jangan seperti itu."

Dan seketika itu juga Ronald tertawa mendengarkan perkataan Luisa.

"Iya aku mengerti, ayo mana pakaian ku? alangkah baiknya kita segera turun di bawah, karena putra kita pasti sudah menunggu untuk sarapan pagi bersama, aku tidak ingin kehilangan waktu - waktu berharga dengan Jovan."

Deg

Seperti air yang mengalir dengan tenang ke hati Lusia saat Ronald menyebutkan nama putra kita kepada Jovan.

Saat hal itu disebutkan Luisa pada akhirnya sadar bahwa saat ini dirinya tidak sendirian lagi, ada satu pria yang sangat baik yang bisa menerima dirinya, masa lalunya, dan juga putra kecilnya yang sangat istimewa tersebut

Dengan sabar Luisa membantu Ronald untuk mengantikan pakaiannya.

"Luisa."

"Ya mas Ronald."

"Kau keluar saja terlebih dahulu, temani Jovan di bawah sana."

"Tapi mas, bagian bawah mas Ronald masih. belum aku gantikan."

Luisa mengatakan hal tersebut sambil menunjuk ke dua kaki Ronald yang sampai saat ini masih memakai handuk.

"Ini biarkan aku saja yang melakukannya, kau cepat temui Jovan dan temani dia sarapan, sekaligus kau siapkan untuk ku."

Luisa hanya bisa memandang ketika Ronald mengatakan hal tersebut kepadanya.

Jauh dari hati Lusia yang paling dalam, saat ini sebenarnya dia masih enggan untuk meninggalkan Ronald sendiri di dalam kamarnya.

"Ayo Luisa, aku bukan anak kecil lagi yang setiap saat harus kau bantu, ingat kau berperan bukan hanya menjadi istri ku saja, tapi kau juga seorang ibu yang harus selalu ada untuk anak - anak kita nanti."

Luisa yang mendengarkan apa yang telah dikatakan oleh Ronald kini hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Ya mas Luisa mengerti, jika mas Ronald membutuhkan sesuatu tolong mas Ronald panggil Luisa saja."

"Pasti Luisa."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Luisa membuka pintu kamar dan keluar dari dalam kamarnya.

Ronald hanya memandang kepergian Luisa dengan tatapannya yang tajam tanpa banyak berkata - kata lagi.

"Mama."

Satu teriakan dari satu anak laki - laki ketika melihat ibundanya membuka lift yang ada di dalam rumah mewah tersebut.

"Sayang, bagaimana keadaan mu."

Luisa yang melihat Jovan sudah berada di meja makan langsung menghampiri dan mencium kening putra kesayangannya tersebut.

"Belum lama ma, ma rumah ini besar sekali."

Dengan spontan Jovan mengatakan hal tersebut kepada Luisa.

"Kamar Jovan juga bagus ma, banyak sekali mainan di dalam kamarnya Jovan."

Dengan penuh kepolosan Jovan mengatakan hal tersebut kepada Luisa.

Luisa yang melihat kegembiraan di hati Jovan hanya bisa tersenyum ikut bahagia.

"Ya sayang, mulai sekarang kita akan tinggal di rumah besar ini, apakah kau senang?"

Dengan cepat Jovan langsung menganggukkan kepalanya.

"Senang sekali ma."

Dan di saat yang bersamaan pintu lift terbuka kembali, nampak satu laki - laki tampan menggunakan kursi roda keluar dari dalam pintu lift tersebut.

"Selamat pagi semuanya."

Dengan tersenyum Ronald menyapa ibu dan anak yang saat ini sedang duduk bersiap untuk sarapan pagi.

"Pagi mas Ronald."

Luisa mengatakan hal tersebut sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Sayang perkenalkan ini adalah papa Ronald."

Deg

Luisa baru saja mengatakan perkataan demi perkataan yang seakan - akan keluar denvan sendiri dari mulutnya.

"Papa? jadi sekarang Jovan punya papa?"

Dengan cepat Luisa langsung menganggukkan kepalanya.

"Ya sayang, rumah yang saat ini kita tempati adalah milik dari papa Ronald, dan papa Ronald juga yang akan selalu bersama dengan Jovan dan juga mama.

"

Deg.

Lagi - lagi Luisa mengucapkan kata yang tanpa sadar keluar dari mulutnya.

"Semua yang dikatakan oleh mama itu benar Jovan sayang, mulai saat ini Jovan punya papa, dan papa Ronald yang akan melindungi mama dan juga Jovan dengan semua hal yang papa Ronald miliki."

Jovan yang mendengarkan semua hal tersebut hanya bisa memandang Luisa dan Ronald secara bergantian.

"Kemarilah papa ingin memelukmu sayang."

Ronald mengatakan hal tersebut sambil merentangkan ke dua tangannya.

Dan detik itu juga Jovan langsung berlari ke dalam pelukannya Ronald..

Hati Luisa begitu terharu dengan laki - laki yang bisa memeluk putranya tersebut dengan penuh kasih sayang.

Di satu sisi Luisa juga melihat Jovan yang dapat menerima kehadiran Ronald dengan sangat baik sehingga mau untuk menerima setiap pelukannya tersebut..

Air mata yang Luisa tahan pada akhirnya menetes dengan sendirinya.

Namun air mata tersebut langsung di hapusnya dengan cepat karena Luisa tidak ingin menganggu kebersamaan mereka berdua.

"Sayang, ayo kita sarapan pagi bersama."

Ronald mengatakan hal tersebut kepada Luisa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!