Rasanya begitu hangat dan tenang ketika Luisa menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang milik Ronald.
"Luisa, aku sangat mengerti apa yang kau rasakan, dan aku tidak akan pernah memaksa mu untuk melakukan hal itu."
Deg
Seketika itu juga Luisa langsung bangkit dari pelukan Ronald.
"Mas Ronald serius?"
Tatapan Luisa kepada Ronald seakan -akan masih tak percaya jika malam hari ini Ronald mengatakan hal tersebut kepadanya.
"Ya aku mengatakan hal itu kepada mu dengan serius, aku tidak ingin jika wanita yang aku sentuh nanti dalam keadaan terpaksa, aku ingin dia menerima dan juga menikmatinya dengan baik, bukan hanya aku saja yang mendapatkan hal itu, namun pasangan ku juga harus mendapatkan hal yang sama."
Dan setelah Ronald mengatakan hal tersebut air mata Luisa langsung mengalir dengan deras.
"Hei kenapa kau menangis? apakah perkataan ku ada yang membuat hati mu sakit?"
Ronald mengatakan hal tersebut sambil menghapus air mata Luisa yang terus membasahi pipinya.
"Maafkan Luisa mas, maafkan Luisa, maafkan Luisa belum bisa menjadi istri yang baik untuk mas Ronald."
Ronald langsung tersenyum dengan perkataan Luisa yang di sertai dengan air mata.
"Aku menikahi mu untuk menjadikan mu istri ku, bukan teman tidur ku saja."
"Aku menikahi mu bukan hanya meminta mu untuk menjadi pemuas nafsu ku di atas tempat tidur ku saja."
"Aku menikahi mu bukan atas dasar itu saja Luisa, laki - laki yang menikah hanya untuk dasar itu, alangkah lebih baiknya untuk tidak menikah, karena mereka bisa mencari para pelacur di luar sana."
"Lantas mengapa mas Ronald tiba - tiba mengatakan kepada seluruh awak media bahwa aku adalah calon istri mu? dan dengan keputusan yang cepat mas Ronald melamar ku dan memberikan ku status seorang istri."
Deg
Pertanyaan Luisa kini membuat Ronald kembali terdiam, tangan yang semula masih menghapus air mata Luisa tiba - tiba saja terhenti.
"Apakah aku perlu mengatakan alasan ku akan hal ini? apakah kurang penjelasan ku kepada mu Luisa?
"Ya mas, karena wanita butuh penegasan."
"Baiklah, aku akan mengatakan bahwa aku ingin melindungi mu Luisa."
"Hanya itu mas Ronald?"
"Maafkan aku Luisa, namun hanya itu yang ada di dalam pikiran ku ketika para awak media terus mengepung mu dengan pertanyaan demi pertanyaan yang mereka ajukan, apakah kau menjadi kecewa dengan perkataan ku tadi?"
Dengan cepat Luisa langsung menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak pernah kecewa dengan keputusan mas Ronald, aku hanya merasa bahwa aku belum bisa menjadi istri yang baik untuk mas Ronald."
Ronald yang mendengarkan ucapan Luisa hanya bisa tersenyum dengan sinis.
"Sebenarnya bukan hanya kau saja yang belum bisa menjadi istri yang baik Luisa, namun mungkin aku juga belum bisa menjadi suami yang baik juga."
"Kau bisa melihat bukan kekurangan fisik yang aku miliki? mungkin wanita yang ingin dekat dengan ku hanya karena harta yang aku miliki saja."
"Mas, tidak semua wanita seperti itu."
"Ya dan aku yakin kau adalah salah satu wanita itu bukan?"
"Bagaimana jika kenyataannya aku sama seperti wanita - wanita itu mas? hanya menginginkan harta mas Ronald saja?"
"Aku tidak akan pernah salah pilih Luisa."
Luisa hanya terdiam dan tidak bisa mengatakan apa - apa lagi di hadapan Ronald.
"Walaupun kita belum melakukan hubungan suami istri, sekarang boleh aku untuk memeluk mu?"
Deg
Jantung Luisa tiba - tiba saja berdetak dengan sangat kencang saat Ronald mengatakan hal tersebut.
"Ya mas aku mau."
Dan setelah mengatakan hal tersebut Luisa kembali menenggelamkan dirinya di dalam dada bidang Milik Ronald..
Rasa hangat dan rasa nyaman kembali menyergap tubuh Luisa ketika dirinya berada di dalam pelukan dari Ronald.
"Kau tidak perlu lagi khawatir dengan Jovan, saat ini dia berada di dalam tanggung jawab ku, sekarang Jovan memiliki sosok ayah dapat di andalkan."
"Jadi kau tidak perlu lagi berperan ganda menjadi ibu dan ayah sekaligus untuk Jovan, lakukan tugas mu sebagai istri dan seorang ibu, aku akan melakukan tugas ku sebagai seorang suami dan juga ayah untuk Jovan."
"Iya mas Ronald, terima kasih."
Luisa mengatakan hal tersebut dengan perlahan karena tiba - tiba rasa kantuk begitu kuat menguasainya.
"Tidurlah, aku tidak ingin esok hari kau terlalu lelah dengan semua aktivitas yang akan kau kerjakan, mulai esok aku hanya ingin dilayani oleh mu, apakah kau keberatan?"
Dengan cepat Luisa langsung menggelengkan kepalanya.
"Sama sekali tidak mas, ini sudah menjadi tugas ku."
"Bagus, terima kasih Luisa."
Ronald mengatakan hal tersebut sambil mengecup kening Luisa dan ajaibnya Luisa langsung memejamkan mata ketika Ronald menghujaninya dengan ciuman sayang di kening.
*Luisa kau wanita yang kuat, entah sudah berapa banyak air mata yang telah kau keluarkan selama ini.
Kau melakukan semuanya seorang diri, aku tau kau mampu, kau bisa, namun aku sangat yakin ada rasa sedih yang begitu mendalam ketika engkau melakukan itu semua..
Aku hanya ingin melindungi mu Lusia, dan akan aku lakukan segala cara untuk melakukan hal tersebut untuk mu*.
Ronald mengatakan hal tersebut di dalam hati sambil terus memeluk Luisa.
Malam hari ini Ronald tenggelam di dalam tidur panjangnya bersama dengan satu wanita yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan sedikitpun.
Rasa tenang menyelimuti ke dua insan yang saat ini sudah terlelap di dalam kehangatan malam.
Rasa saling membutuhkan membuat ke dua insan ini berjanji untuk saling menjaga.
Sementara itu di lain tempat.
"Ampun mas Bramasta!"
Di dalam kamar terdengar Isak tangis satu wanita yang menahan perih karena tamparan Bramasta.
"Ayundira aku muak melihat mu!"
"Mas kemana lagi mas Bramasta akan menyuruh aku untuk pergi, malam ini adalah malam pengantin kita mas, pernikahan kita tadi siang baru saja berlangsung."
Bramasta hanya memandang sinis ke arah Ayundira ketika Ayundira mengatakan hal itu kepadanya.
"Cih pernikahan yang di satukan dengan pernikahan kakak mu Ronald, kau bilang kalian adalah keluarga kaya, tapi mengapa harus menikah bersama - sama seperti ini? apa bedanya dengan pernikahan massal gratis itu ha?"
Bramasta mengatakan hal tersebut dengan suara sangat keras.
"Mas maafkan Ayundira mas, namun itu adalah permintaan mas Ronald agar menyetujui pernikahan kita, dan aku ingin mengabulkan permintaan mas Ronald agar mas Bramasta di depan mas Ronald bisa terlihat dengan baik."
"Cih peduli apa aku dengan kakak mu yang cacat itu, untuk berdiri saja dia tidak mampu, mana mungkin dia mampu melakukan tugasnya malam ini bersama dengan Luisa."
"Apa yang sebenarnya mas Bramasta inginkan? kenapa sampai saat ini mas Bramasta masih saja menyebutkan nama Luisa di hadapan ku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments