Tangan Kekasih

Sesosok mayat lelaki muda ditemukan dengan kondisi memprihatinkan, dipenuhi bekas luka senjata tajam. Yang lebih mengenaskan, dua tangannya terpotong sebatas pergelangan. Anehnya, potongan kedua tangan itu tak diketemukan.

Malam sebelumnya.

Sutoyo baru pulang dari tempat kerjanya menjelang maghrib menebeng motor kawannya.

“Turunkan saja aku di gang masuk kearah rumahku Rif.” Pinta pemuda itu.

“Hei, kenapa tak sekalian sampai rumahmu?” Tanya kawannya.

“Tak mengapa, hanya akan merepotkanmu, lagipula jaraknya sudah tak terlalu jauh dari rumah.”

Kawan Sutoyo yang benama Arif tak mau berdebat. Sesampai di gang masuk kearah rumah teman kerjanya itu, ia hentikan motor. “Disini Yok?”

Sutoyo mengangguk, “Yup, terimakasih.” Ucapnya sambil turun dari motor.

“Oke, sampai jumpa besok,” selesai berkata, Arif melajukan motornya.

Hari mulai gelap, jalanan tampak sepi, bergegas Sutoyo berjalan hendak memasuki gang. Namun belum sampai masuk gang terdengar suara lelaki memanggilnya.

“Bang tunggu sebentar.”

Sutoyo menghentikan langkahnya, dilihatnya seorang lelaki melambaikan tangan diseberang jalan, disamping sebuah mobil berwarna hitam.

Melihat Sutoyo menghentikan langkah, lelaki itu setengah berlari menyeberang jalan mendekati si pemuda. Begitu dekat, Sutoyo dapat melihat perawakan lelaki yang memanggilnya, tinggi kurus berkulit gelap, mengenakan jaket coklat, tangan kanannya dimasukkan dalam saku jaket.

“Ada apa Mas?” Tanya Sutoyo.

“Maaf ada satu alamat yang ingin kutanyakan.” Jawab lelaki bertubuh kurus itu.

“Oh iya, alamat siapa?”

Tangan kiri si pemuda berkulit gelap menunjukkan secarik kertas, “Disini alamatnya, abang tahu?”

Penasaran Sutoyo mendekatkan wajah hendak membaca tulisan yang ada pada kertas tersebut. Tapi belum lagi sempat dibaca tulisannya, lelaki kurus itu dengan cepat mengeluarkan tangan kanannya dan menyemprotkan sesuatu ke muka Sutoyo.

Ukhh! Sutoyo terbatuk, kejut dia mencoba mundur, tapi pandang matanya berkunang, hidungnya yang telah menghirup pembius yang disemprotkan membuat kesadarannya menurun, tangannya coba menggapai, pandang matanya menggelap. Sutoyo tak sadarkan diri.

Tempat itu seperti gudang, entah dimana letaknya. Cahaya yang menerangipun tak terlalu terang, berasal dari lampu bohlam sepuluh watt.

Sutoyo tak tahu berapa lama dia pingsan. Begitu tersadar, dia ternyata sudah terikat erat disebuah kursi kayu, dan mulutnya juga diikat dengan kain. Matanya mengerjap, coba mengamati keadaan di sekitarnya. Tempat itu begitu kotor seperti lama tak terpakai, sarang laba-laba memenuhi tiap sudut ruang. Ada sebuah pintu di ujung sana, otak Sutoyo mulai bekerja, coba ia angkat badannya, terasa berat karena tali yang mengikat kuat. Dengan usaha keras dia berhasil mengangkat badan beserta kursi yang di dudukinya, perlahan ia langkahkan kaki ke depan.

Kreitt! Pintu di depannya terbuka, sesosok tubuh masuk kedalam ruangan. Uhh, Sutoyo mengeluh dalam hati, dihentikan usahanya.

Yang baru masuk rupanya lelaki kurus yang ditemuinya di depan gang, ia kini memakai sarung tangan, sebuah pemukul dari kayu dipukul-pukulkan ke telapak kiri perlahan, di pinggangnya tergantung sebuah golok. Bibirnya menyunggingkan senyum mengejek melihat keadaan Sutoyo.

“Sudah bangun rupanya,” ucap lelaki itu.

Sutoyo diam tak menjawab, lagipula mulutnya diikat dengan kain.

“He hee, senang meilhatmu tak berdaya Toyo,” ucap lelaki itu lagi.

Sutoyo dongakkan wajahnya, bagaimana pemuda itu bias tahu namanya? Lama diamat-amatinya lelaki yang berdiri didepannya , namun tak kunjung mendapat jawaban siapa dia sebenarnya.

“Percuma Toyo, kau takkan mengenalku. Kita belum pernah bertemu. Tapi aku tahu siapa kau! Lelaki perebut masa depanku.”

Kening Sutoyo berkerut, tak paham dengan maksud ucapan si penculiknya.

Lelaki itu kembali tersenyum mengejek, “Tapi tak apalah kau tahu siapa aku sekarang, lagipula umurmu takkan lama lagi.”

Mendengar ucapan terakhir, tercekat hati Sutoyo, tak terasa peluh mulai menggenang di dahinya.

“Namaku Maul, kau dengar! Maul! Dan kau tahu kenapa aku menculikmu Toyo?”

Sutoyo menggeleng-geleng.

“Karena kau perebut masa depanku! Kau tahu itu!? Masa depanku!”

Pemuda yang terikat itu memandang tajam penculiknya, kepalanya bergerak-gerak, ada sesuatu yang ingin dikatakannya.

Maul tertawa mengekeh, “Tak ada yang perlu dibicarakan, semua sudah kurencanakan dengan baik Toyo, satu-satunya cara mengembalikan masa depanku adalah dengan melenyapkanmu he hee..!”

Kembali Sutoyo menggerak-gerakkan kepalanya.

Sang penculik menggeleng-gelengkan kepala, kembali memukul-mukulkan batang kayu yang ada ditangannya.

“Kau tahu siapa masa depanku!?" Lanjutnya.

Toyo menggerakkan mulutnya.

“Ratna!”

Ucapan terakhir sang penculik membuat Sutoyo diam. Ratna? Bukankah itu nama kekasihnya?

Si penculik menaruh ujung pemukul kayu di atas kepala Sutoyo, “Ya Ratna.” Di angkatnya pemukul dari atas kepala Sutoyo, dia berbalik membelakangi, punggungnya tampak bergerak-gerak.

“Ratna dulu begitu dekat denganku, selalu mau ku ajak kemanapun, berjalan-jalan, dan kamipun saling bertukar perasaan… tapi…”

Pemuda itu kembali membalikkan badan menghadap Sutoyo, wajahnya tampak kelam, pandangnya penuh kebencian, pemukul kayu di tudingkan, “Semenjak kau hadir di kehidupannya, semuanya berubah! Ia mulai mengacuhkan, tak menanggapiku bahkan menolak untuk kuajak bertemu! Kau..! Kau perebut masa depanku jahanam!” ucap Maul menggebu. Ia turunkan tongkat kayu, menundukkan kepala sesaat, kemudian kembali memandang Sutoyo dengan tanpa ekspresi.

“Kau harus mati Toyo..”

Pemuda yang terikat kembali menggerakan kepalanya.

Tiba-tiba tangan Maul bergerak cepat. Pemukul di tangan kanannya di hantamkan ke kepala Sutoyo.

Bhuagh! Akibat pukulan, pemuda itu terjungkal bersama kursi dimana ia duduk. Tubuhnya terbanting ke samping. Rintihan terdengar dari mulutnya, terlihat Sutoyo coba menggerakkan badan.

Baru sesaat menggerakkan badan, sang penculik kembali mendaratkan pukulan, kali ini dengan dua tangan, terdengar suara keras badan yang terpukul kayu berulangkali. Maul rupanya sudah kalap, tanpa henti ia memukuli tubuh Sutoyo.

Pukulannya baru ia hentikan saat ia merasa tenaganya hampir habis dan nafasnya memburu, dilihatnya tubuh si pencuri masa depannya itu diam tak berkutik. Mata Maul menyiratkan kepuasaan. Diliriknya sebuah kursi lain yang ada diruang itu, di seretnya, dan didudukinya.

Cukup lama Maul mengamati tubuh Sutoyo, sampai di rasa nafasnya yang tersengal sudah mulai pulih, ia bangkit dari kursi, di dekatinya tubuh tak berdaya yang masih terikat di kursi itu. Ditariknya keluar golok dari sarungnya, dengan pelan dipotongnya tali yang mengikat orang yang dibencinya.

Setelah ikatan terlepas, disarungkannya kembali golok. Di pegangnya dua pergelangan kaki Sutoyo, dan dengan pelan namun pasti diseretnya tubuh pemuda itu keluar ruangan.

Udara malam cukup dingin, ini dikarenakan sore tadi sempat hujan walau tidak lama. Maul mengendarai mobilnya dengan tenang, ia tengah memikirkan hendak di buang kemana jasad Sutoyo. Hampir satu jam ia berkendara, cukup jauh sudah dari tempatnya tinggal.

Kini mobilnya mulai memasuki daerah perkebunan. Ya, disinilah tempat yang tepat untuk membuang mayat Sutoyo, area yang cukup jauh dari pemukiman, dan terlihat cukup sepi tak ada kendaraan lalu lalang. Laju mobil dipelankan, dan tak berapa lama ia pinggirkan mobil.

Dengan susah payah di keluarkannya badan Sutoyo yang ia letakkan di kursi belakang, diseretnya keluar. Karena tenaganya yang sudah terkuras, Maul tak mau bersusah payah menyeretnya terlalu jauh, biarlah ditemukan orang, ia yakin takkan ada yang mengetahui kalau ia pelakunya. Sesaat dipandanginya tubuh si pencuri kekasih hatinya, kemudian pemuda kurus itu berbalik.

Tap! Uhh! Maul kaget bukan main, sesuatu seperti memegang kakinya, dengan reflek ia melompat, tapi karena kakinya tertahan malahan ia tersungkur jatuh. Wajahnya memandang kebelakang. Pucat pasi mukanya saat dilihatnya Sutoyo yang tadi sudah diam tak berkutik kini bangkit, dua tangannya melepas kain yang menutup mulut, bibirnya menyeringai.

“Kau!” satu kata keluar dari mulut Maul. Lelaki itu sontak diserang rasa takut yang mendalam. Dengan panik ia berusaha bangkit, tapi karena tergesa ia tesungkur kembali. Dan belum sempat bangkit kembali, dua tangan telah mencengkeram bahunya.

“Ja.. jangan..” ucap Maul lemas.

“Kenapa Maul..? Mana keberanianmu tadi..?” bibir Sutoyo membuka, di remasnya bahu Maul, dan di dekatkan wajah pemuda itu ke mukanya.

“Kau tahu siapa aku Maul..?”

Rasa takut yang sudah menyelimuti Maul membuat tubuh pemuda itu lunglai tak bertenaga, “Ja… ngan.. ampunnn…Toyo…” hanya itu yang keluar dari mulutnya.

“He heee.. siapa bilang aku Toyo hem..? Kau terlalu sombong tadi, berulangkali Sutoyo mengingatkanmu dengan gerakkan kepalanya tapi kau acuhkan hem..?”

“Siiappa… kau?” Tanya Maul dengan nafas terengah

“He hee.. aku yang bersembunyi di tubuhnya… aku yang hanya menguasai fisiknya bila ia terancam..”

Maul terlongong, wajahnya makin pucat. Cengkeraman di bahunya dirasa makin menguat.

Brughh! Ukhh! Tangan Sutoyo melempar tubuh Maul kuat. Pemuda bertubuh kurus itu dengan meringis menahan sakit coba bangkit, tapi sebuah injakan di dada menahan geraknya.

Maul ingat golok yang ada dipinggang, dengan sisa tenaga di keluarkan golok itu, dan melayamgkan ke arah kaki yang menginjak dadanya.

Tap! Tangan Sutoyo menangkap batang golok, dan menariknya keras.

Mata Maul tak berkedip saat golok berpindah tangan. Dan sekejap kemudian mulutnya menjerit keras saat golok yang kini ada tangan Maul di sabetkan ke badannya.

Crak! Crakk! Crakk! Akhh!

Entah berapa kali golok itu mengenai tubuh Maul, pemuda malang itu akhirnya tewas dengan tubuh bersimbah darah penuh luka.

Beberapa lama kemudian Sutoyo menghentikan bacokannya, hidungnya mendengus, badannya berbalik hendak meninggalkan mayat Maul, tapi sesaat di urungkan langkah, ia berbalik, di dekatinya kembali jasad lawan.

Crass! Crass! Dua kali bacokan cukup memutuskan dua lengan Maul, jelas sosok Sutoyo yang ini memiliki tenaga luar biasa. Dipungutnya potongan tangan itu, di pandanginya, bibirnya tersenyum puas.

“Balasan untukmu karena berani memukuli tubuh ini Maul,” selesai berucap, ia memutar badan, berjalan kearah mobil sembari menenteng golok dan potongan tangan.

Sekian.

Episodes
1 Kerinduan Malam
2 Bisikan Sumur Tua
3 Teror Keris Terkutuk
4 Pembalasan Tengah Malam
5 Tetangga Baru
6 Itu Bukan Aku Mas
7 Rahasia Sang Penulis
8 Menangkap Hantu Penunggu Sekolah
9 Misteri Tertawa Hantu
10 Batu Titipan
11 Menghantar Nyawa
12 Penghuni Hutan Tengkorak
13 Tapak Tapak Iblis
14 Tangan Kekasih
15 Bayang Bayang Maut
16 Bayang Kerinduan
17 Racun Petaka
18 MISTERI RIMBA BARA: Tersesat
19 MISTERI RIMBA BARA: Lelaki Tua Bertongkat Kristal
20 MISTERI RIMBA BARA: Kisah Rimba Bara
21 MISTERI RIMBA BARA: Keluarga Pengembara
22 MISTERI RIMBA BARA: Menyelamatkan Si Jabrik
23 MISTERI RIMBA BARA: Penuturan Sang Penjaga
24 MISTERI RIMBA BARA: Serangan di Tengah Malam
25 MISTERI RIMBA BARA: Keluarga Harimau Perak
26 MISTERI RIMBA BARA: Penakluk Iblis
27 MISTERI RIMBA BARA: Kabar Garis Persaudaraan
28 MISTERI RIMBA BARA: Rencana Para Iblis
29 MISTERI RIMBA BARA: Penguasa Pedang Kosmos
30 MISTERI RIMBA BARA: Kekacauan di Hunian Cakra Dewa
31 MISTERI RIMBA BARA: Malam yang Menentukan
32 MISTERI RIMBA BARA_ Menumpas Para Iblis
33 Berburu Hantu
34 Misteri Hantu Pocong di Rumah Kosong
35 Misteri Kematian Tak Wajar
36 Jangan Percaya Cerita Horor!
37 Cerita Horor Pendek 01
38 Cerita Horor Pendek 02
39 Kamar yang Terkunci
40 Patung Hitam
41 Rahasia Gambar Ular
42 Misteri Nomor yang Hilang
43 Sesosok Tubuh di Pojok Kamar
44 Di Bedakin
45 Di Bedakin 2
46 Misteri Warna Merah di Kamar Sonja
47 Jasa Si Penambal Ban
48 Misteri Cakar Naga
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Kerinduan Malam
2
Bisikan Sumur Tua
3
Teror Keris Terkutuk
4
Pembalasan Tengah Malam
5
Tetangga Baru
6
Itu Bukan Aku Mas
7
Rahasia Sang Penulis
8
Menangkap Hantu Penunggu Sekolah
9
Misteri Tertawa Hantu
10
Batu Titipan
11
Menghantar Nyawa
12
Penghuni Hutan Tengkorak
13
Tapak Tapak Iblis
14
Tangan Kekasih
15
Bayang Bayang Maut
16
Bayang Kerinduan
17
Racun Petaka
18
MISTERI RIMBA BARA: Tersesat
19
MISTERI RIMBA BARA: Lelaki Tua Bertongkat Kristal
20
MISTERI RIMBA BARA: Kisah Rimba Bara
21
MISTERI RIMBA BARA: Keluarga Pengembara
22
MISTERI RIMBA BARA: Menyelamatkan Si Jabrik
23
MISTERI RIMBA BARA: Penuturan Sang Penjaga
24
MISTERI RIMBA BARA: Serangan di Tengah Malam
25
MISTERI RIMBA BARA: Keluarga Harimau Perak
26
MISTERI RIMBA BARA: Penakluk Iblis
27
MISTERI RIMBA BARA: Kabar Garis Persaudaraan
28
MISTERI RIMBA BARA: Rencana Para Iblis
29
MISTERI RIMBA BARA: Penguasa Pedang Kosmos
30
MISTERI RIMBA BARA: Kekacauan di Hunian Cakra Dewa
31
MISTERI RIMBA BARA: Malam yang Menentukan
32
MISTERI RIMBA BARA_ Menumpas Para Iblis
33
Berburu Hantu
34
Misteri Hantu Pocong di Rumah Kosong
35
Misteri Kematian Tak Wajar
36
Jangan Percaya Cerita Horor!
37
Cerita Horor Pendek 01
38
Cerita Horor Pendek 02
39
Kamar yang Terkunci
40
Patung Hitam
41
Rahasia Gambar Ular
42
Misteri Nomor yang Hilang
43
Sesosok Tubuh di Pojok Kamar
44
Di Bedakin
45
Di Bedakin 2
46
Misteri Warna Merah di Kamar Sonja
47
Jasa Si Penambal Ban
48
Misteri Cakar Naga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!