Buseet dah si Rani, sehabis pulang liburan ke Jawa dia jadi sombong banget. Jelas-jelas aku melihatnya di depan rumah malam itu, tapi cuek aja waktu ku sapa. Esoknya di tempat kuliah langsung aja ki tegur.
"Lu sombong sekarang," kataku.
Rani memandang dengan heran, "Sombong kenapa Mas?"
"Yaelah, tadi malem, gua sapa lu diem aja nggak ngrespon Ran." tukasku sambil menaruh buku di meja tempat dudukku.
"Semalem, dimana Mas? Perasaan Rani nggak keluar rumah tu?" balasnya.
Aku makin kesel dibuatnya. "Iyalah, maksud gua waktu lu di depan rumah semalem."
Gadis itu angkat bahunya, "Itu bukan aku Mas."
"Ah sudahlah.." kataku akhirnya.
Malamnya lagi boring di rumah, kuputuskan untuk jalan bersama kawan, sebenernya pengen maen ke rumah Rani, tapi perasaan lagi males ketemu dia. Memakai jaket kulajukan motor, tapi sayang, sampai di kostan kawan yang kutuju, dia tidak ada ditempat, akhirnya aku beralih ke satu swalayan terdekat. Cuci mata dululah, siapa tahu ketemu cewek cakep.
Biar tidak terlalu malu keliatan keluar dengan tangan kosong, kuambil beberapa kaleng minuman. Setelah puas putar-putar melihat beberapa barang, ku menuju kasir.
Eh, Rani!? Gadis itu sedang antri juga depan kasir. Walaupun masih jengkel karena semalem di cuekkin ku umbar senyum juga waktu dia menoleh kearahku. Uh, dia diam saja melihatku. Kejam banget ni cewek, pikirku. Emang sejak kapan dia suka lupa ingatan begitu ya?
Siangnya di tempat kuliah aku duduk sendiri. Rani yang baru masuk kudiamkan saja. Begitu juga saat ia tersenyum melihatku.
"Mas, gitu amat, kenapa sih?" tanyanya penasaran dengan sikapku.
Aku tetap pasang muka cuek.
"Idih ngambek, gantengnya jadi hilang lo kalo pake ngambek," godanya.
Tergelitik juga aku mendengarnya. "Kau tu sombong," kataku.
"Kok itu lagi sih, masih yang kemarin malem ya!?"
Aku memandangi wajah gadis cantik itu, "Apaan yang kemaren, yang semalem tau?"
"Semalem? Emang semalem Rani berbuat apa bisa dibilang sombong?"
"Masak kau sudah pikun sih, bukannya kau semalem belanja di pasar swalayan?"
"Semalem, di swalayan? Itu bukan aku Mas," balasnya.
"Iya, iyalah itu bukan kau, mataku memang minta diobati!" tukasku dengan kesal.
Gadis itu diam, memandangku dan memutuskan duduk di tempatnya.
Sebenarnya dipikir-pikir rugi juga aku kalau jengkel dengan Rani, bagaimanapun gadis itu terlalu cantik untuk cuekkin. Hadeeh.. hehee, padahal selama aku dan dia tu dah deket banget, sering keluar bareng sekedar buat jalan atau makan. Memikir kesitu pulang kuliah aku segera mendekatinya.
"Ran, aku minta maaf ya," kataku membuka percakapan.
"Maaf untuk apa Mas?"
"Yah karena sudah agak kasar ma kamu."
"Enggaklah Mas, Rani nggak ngrasa kalau Mas dah ngomong kasar," ucapnya.
Aku tersenyum, inilah yang aku suka dari Rani, bukan cuma cantik, dia juga orangnya sabar dan nggak gampang emosian.
"Nanti malam kau ada acara Ran?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Kayaknya enggak Mas, memang kenapa?"
"Mau nggak ku ajak jalan-jalan?"
"Kemana Mas?" tanyanya.
"Ya kemana ya..?" Aku nyengir kebingungan. "Gimana kalau makan malem gitu Ran?"
Gadis itu tersenyum, kepalanya mengangguk, "Baik Mas."
"Yes! Kalau gitu ku jemput kerumahmu pukul setengah delapan ya." kembali gadis itu mengangguk.
Aku orangnya selalu menepati janji, begitu juga malam itu. Sesuai waktu, kulajukan motor matic milikku ke komplek rumah Rani. Sesampai di jalan masuk rumahnya sebuah motor kulihat ada di depanku, Hapal betul aku, itu motornya Rani, melihat pakaian yang dikenakannya akupun tahu itu pakaian yang biasa dikenakan si gadis. Darimana dia? Motor Rani terlihat masuk ke dalam halaman rumahnya. Tak lama akupun menyusul. Benar saja, kulihat motornya ada di depan pintu rumah, segera kubelokkan motor memasuki halaman. Kulihat si gadis duduk di bangku panjang sendirian dihalaman. Sudah menunggu aku rupanya dia, pikirku.
Ku standarkan motor, dan langsung mendekat Duduk di sampingnya. "Sudah lama disini?" tanyaku.
"Belum."
"Sepi amat? Pak Naryo dan ibu kemana?" basa basi kutanyakan orang tuanya.
"Lagi keluar," jawabnya lagi.
"Kau tadi keluar kemana?"
Dia angkat bahu, "Keluar kemana? Aku nggak keluar kok?"
"Lah kau mulai lagi deh, lha itu jelas-jelas kau baru keluar, motormu aja masih didepan gitu."
Gadis itu menoleh kearah motor yang terparkir di depan rumah, "Itu bukan aku."
Hampir tertawa aku dibuatnya, hebat betul gadis ini, pintar akting dia sekarang. Diamat-amatinya gadis itu, pakaian yang dikenakan putih polos macam pakaian rumah saja, kenapa dia belum siap? Bukannya siang tadi setuju dengan anggukan waktu ku tawari untuk keluar malam ini.
"Baiklah Rani, sekarang gimana ni? Kita jadi keluar gak?"
Gadis itu tersenyum, tapi ada sesuatu yang janggal dari senyumnya. Kemudian mulutnya membuka, " Ini bukan Rani Mas.. "
Ouwh.. lidahku kelu, tenggorakan kurasa menjadi kering.
Sekian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments