Suamiku Bukan Berandalan

Suamiku Bukan Berandalan

Pria terdampar

“Ak...,” jerit Bening menggigit bibir bawahnya. 

Matanya terpejam sesaat, Bening merasakan perih yang sebelumnya tidak dia duga. Akan tetapi sejurus kemudian, dia angkat bulu lentik matanya sehingga kelopak mata Bening kembali terbuka. 

Dia menoleh ke depan.

Ribuan pasang mata sedang tertuju padanya, mengkoreksi, memperhatikan detail setiap inci gerak tubuhnya, serta menantikan keindahan yang dia sajikan.

Denting musik terus mengalun, mengiringi geraknya dan mengajaknya terus meliukan tubuhnya. Bening harus menyelesaikan penampilanya.

“Aku harus menang,” batin Bening.

Seakan ada yang berbisik, terus menuntut dan memaksanya bergerak lanjut.

Entah apa yang mengenai ujung kakinya, Bening terus meliukan tubuhnya, selentur mungkin, seindah mungkin mengikuti setiap alunan lagu yang masuk di telinga dan menjalar di otaknya.

Sayangnya rasa perih di ujung kakinya ikut semakin tajam menusuk, terasa semakin perih. Detik demi detik berlalu, perih yang bertambah membuyarkan konsentrasi, merusak keseimbanganya dan terus memaksa Bening mengistirahatkan kakinya. 

“A. Ak!” 

Saat melakukan gerakan melompat dan meliuk turun, Bening sungguh tak mampu lagi bertahan dan terjatuh. Seketika itu penonton dan juri ikut terbelalak kaget dan kecewa.

Tidak bisa dijelaskan perasaan Bening saat itu, malu, kecewa, sakit dan sedih. Tapi pertunjukan harus terus berjalan.

Bening berusaha bangun dan melanjutkan gerakanya. Sayangnya alunan musiknya sudah jauh meninggalkannya saat dia terjatuh. Bening tampak bersusah payah mengejar dan menyesuaikan gerakan tarinya. Gerakan Bening jadi terganggu, tak seindah awal.bahkan terkesan kacau.

Juri yang sudah merubah penilaianya terpaksa membunyikan tombol merah menghentikan persembahan tari dari Bening.

Bening pasrah dan patuh. Dengan menggerakan tanganya ke perut secara lentur dan anggun, serta membungkukan kepala tanda hormat, Bening mengakhiri penampilanya dan mundur. Bening pun berjalan tertatih ke belakang panggung. 

Bening Gita Hanjaya

**** 

“Hahhhh... sempurna,” gumam seseorang yang berdiri bersedekap mengulaskan senyum lebar pada temanya di ujung tempat penonton duduk.

“Kamu memang cerdas Alika,” jawab Mimi teman Alika 

“Jangan panggil Alika jika tidak bisa mengalahkan perempuan nglunjak itu. Dia tidak pernah sadar diri dan bersyukur, dia pantas kalah!” jawab Alika tersenyum puas. 

“Aku yakin kamu pemenangnya, kamu sangat indah dan lancar, bahkan kamu lihat kan tadi semua penonton bertepuk tangan!” sambung Mimi lagi. 

“Iyalah pasti. Aku tidak akan biarkan Kak Naka dekat- dekat dengan perempuan menyebalkan itu! Dia pantasnya kerja di museum sama- sama benda- benda kuno itu,” jawab Alika lagi mengejek Bening. 

“Hehehe iya, cocok sama orangnya kuno dan katro!” imbuh Mimi

“Hahaha... iya kan, nggak cocok dia go internasional apalagi tampil di istana,” jawab Alika lagi. 

“Eh bentar lagi pengumuman kita kesana yuk!” 

“Ayuk!” jawab Alika bersemangat dan berjalan cepat menuju kursi peserta. 

Alika Sasy Hanjaya

**** 

Bening Gita Hanjaya adalah seorang gadis berusia 20 tahun, penjaga museum. Dia bersaudara dengan Alika Hanjaya, akan tetapi beda ibu.

Mereka berdua sejak kecil sama- sama sekolah Tari.  Mereka sangat menyukai dunia Tari dan sama- sama ingin jadi penari profesional. 

Sayangnya sudah dua tahun ini negara yang masih menganut pemerintahan kerajaan, tempat mereka tinggal terkena wabah sehingga tidak ada pergelaran tari, atau lomba apalagi festival.

Padahal mereka berdua baru lulus sekolah Tari. Mau tidak mau, Bening mencari pekerjaan sampingan menjadi penjaga museum. Karena Bening tidak kuliah seperti Alika.

Dan hari ini, setelah wabah selesai, dari pihak istana kerajaan langsung, menggelar ajang lomba Tari. Yang sudah melalui 3 babak penyisihan dan menyisakan 5 penari. Hari ini penentuan final 1 penari utama yang akan tampil di Istana.

Pemenangnya nanti akan tampil di panggung halaman istana, di hari raya kerajaan itu yang akan tiba 1 bulan lagi.

Pemenang juga bisa mendapatkan kesempatan menjadi penari terkenal yang tampil di acara ulang tahun Putra Mahkota. Pemenang juga akan diberi bayaran mahal untuk setiap penampilanya. 

Bening yang sangat menyukai tari, seperti mendapat kabar bahagia ini kesempatan emasnya. Apalagi, Naka kakak kelas yang Bening juga menjadi pegawai di salah satu kantor di dalam istana. 

Jika Bening masuk ke Istana, dia akan bisa sering bertemu Naka. Naka juga mendorong penuh Bening untuk ikut lomba itu.

Bening pun berlatih dengan gigih, bahkan rela berlatih tiap malam selepas kerja.

“A. Uu. uh...,” keluh Bening melepas sepatunya setelah duduk di ruang ganti.

“Kamu, kenapa sih Ning?” tanya Tia teman Bening mendekat dengan wajah kecewanya. 

Bening yang mukanya sudah pucat tidak memperdulikan pertanyaan Tia, bahkan menolehnya pun tidak.

Mata Bening sudah berkaca- kaca dan ingin segera melihat apa yang ada di sepatunya. Dia ingin tahu apa yang membuat gerakanya sama sekali tidak lentur dan terasa seperti ada yang menusuk sangat perih. 

“Bening...,” panggil Tia lagi karena Bening tak menatapnya.

“Hiks...,” satu bulir air mata akhirnya lolos dai bola mata Bening yang bulat.

Bibir Bening masih membisu tak menjawab. Tatapan Bening tertuju pada bercak darah di sepatu Bening. Bahkan ada beberapa jarum kecil di situ. 

“Hoooh, oh my God, what is that?” pekik Tia ikut memperhatikan dan sangat kaget. "Kamu terluka!"

“Hiks... hiiikss...,” Bening pun hanya terisak sangat menyesal dan melempar sepatu itu ke bawah. 

Bening meringkuk menutup wajah dengan kedua tanganya, hancur, remuk, putus asa. Itu yang Bening rasakan. 

Tia mengambil sepatu Bening dan ikut memeriksa.

"Oh Sh_ it! Ada yang mencelakaimu Ning!" tutur Tia lagi.

Bening tidak menjawab dan terus menangis.

Tia pun mendekat dan menggerakan jemari tanganya lembut berusaha memberikan sentuhan agar meringankan kesedihan Bening. 

“Kakimu harus diobati, aku ambilkan obat dulu, ya!” ucap Tia lembut.

Bening yang sudah merasa cukup menangis, langsung membuka tanganya dan menoleh ke Tia. 

“Tidak usah, aku mau pulang aja! Aku bersihkan sendiri!” jawab Bening. 

“Kok pulang? Belum pengumuman? Nanti dulu sih!” jawab Tia. 

“Ngapain nunggu pengumuman? Aku pasti kalah, bahkan sampai pertengahan saja aku belum lakukan, aku nggak mungkin menang Aletia,” jawab Bening.

Kemudian berusaha bangun dan mengemasi barangnya, mengambil pakaian ganti di loker. 

“Eit tunggu, tapi opening kamu sangat bagus dan yang paling lentur itu kamu!” tutur Tia ikut bangun mencegah Bening pulang. 

“Juri menyalakan tombol merah dan Alika mendapat standing uploas, kamu nggak usah ngehibur aku, Tia. Basi! Dan kamu lihat, ada jarum di sepatuku!” jawab Bening kesal. 

“Itu pasti kerjaan mereka!” jawab Tia kesal. 

“Terus kita bisa apa? Kita punya bukti apa? Apa juri akan dengerin kita? Juri nggak akan mendengar alasan apapun, mereka hanya peduli penampilan kita di panggung kan?” jawab Bening lagi. 

Tia membisu, terpakku di tempatnya tak dapat menyanggah kata Bening. Ya, Juri menilai secara objektif dengan apa yang mereka lihat di panggung, tak peduli apapun.

“Semakin lama di sini aku akan semakin sakit, Tia. Mungkin aku memang sebaiknya, kerja di museum aja. Papahku juga bahagia kan kalau Alika yang menang,” jawab Bening lagi menutupi luka yang menganga.di hati dan kakinya.

"Aku aja yang ceroboh. Pasti tadi saat Alika memanggilku dan memberi bekal dia melakukan ini?" ucap Bening lagi.

Tia masih tidak bisa menjawab, dia sangat tahu bagaimana perasaan Bening, semenjak ibunya meninggal dan ayahnya pulang membawa istri keduanya. Di situlah kehidupan Bening penuh peluh dan air mata. 

“Kalau kamu penasaran siapa yang menang dan masih ingin lihat, sok liat aja. Aku mau pulang!” lanjut Bening menepuk bahu Tia. 

Bening tidak menunggu jawaban Tia, dia segera berlalu ke bilik ganti. Bening mengganti pakaian performnya dengan pakaian casualnya. Tidak lupa dia ingin membuang kenangan pahit dari sepatu laak_natnya. 

Bening langsung naik bus kota. Bening tidak pulang ke rumah orang tuanya yang letaknya jauh lebih dekat, hanya berjarak 30 menit dari tempat dia ikut lomba.

Sudah 3 bulan sejak Bening bekerja di museum, dia mengontrak rumah kecil di dekat tempat kerjanya. 

Pulang ke rumah hanya akan menambah panjang catatan lukanya. Bening menjadi anak tertua dari 3 adik tirinya. Dia hanya akan menjadi pembantu dan koki tanpa gaji yang harus melayani keluarganya. Belum jika harus dimaki jika tak jadi seperti mau ibu tirinya. 

Walau di kontrakan kecil dan bekerja di museum sepi tanpa pengunjung, itu lebih baik ketimbang di rumah rasa penjara. 

Sekitar 2 jam perjalanan, 4 kali lebih jauh dari rumah orang tuanya. Bening turun dari bus kota, lalu Bening mengambil sepedanya di tempat penitipan sepeda.

Mengayuh sepeda mini berwarna pink, dia menyusuri jalan yang dipagari tumbuhan hiijau nan rindang di tepi kanan kirinya.

Museum dan kontrakan tempat Bening bekerja memang berada di pinggiran kota. Menikmati kesunyian dan kerindangan alam terkadang menjadi obat Bening menahan laranya. 

“Aku lapar,” batin Bening melihat jajanan di pinggir jalan. 

Bening membeli beberapa makanan olahan daging dan tepung yang di goreng besar dan diberi bumbu pedas. Bening kemudian membawa jajananya. Dia tidak langsung pulang ke kontrakan tapi menuju ke tempat favoritnya saat kesepian. 

Di samping museum atau situs kuno tempat dia bekerja, ada sungai besar yang masih asri dan alami. Alam sekitar Museum memang merupakan daerah cagar budaya yang dijaga kelestarian dan alaminya. 

“Haahh...,” Bening memarkirkan sepedanya di bawah pohon dan segera duduk di atas batu di tepi sungai yang airnya berwarna hijau murni itu. 

“Tuhan apa nasibku seburuk ini? Apa iya aku harus karatan dan menua di museum kuno dan menyebalkan ini? Hiks... hikss..,” Bening menangis dan berbicara sendiri paa air yang mengalir. 

“Apa dosaku? Kenapa aku harus bertemu dengan kehidupan yang menyedihkan ini? Sampai kapan aku harus terus kalah dari Alika?” jerit Bening lagi. 

“Arghhhhhhh!!” Bening pun menjerit sepuasnya, melawan gemericik air yang menabrak bebatuan.

Lalu makanan yang baru dia beli dimakanya secara rakus. Setelah kenyang. Bening melepas sepatunya, juga jaket dan celana panjangnya, hanya tersisa celana short dan tangtopnya. 

Di bagian tengah ada bagian sungai yang agak dalam dan seperti kolam, sekitar 2 meter kedalamanya.

Bening pun menyelam masuk ke sungai. Walau tak jadi pemenang di atas panggung, Bening bisa bebas meliukan tubuhnya di dalam air.

Bening sangat suka air sungai Binary itu. Dinginya yang menyejukan, aliranya yang deras dan jernih, seperti membasuh semua amarah dan kekecewaanya, hanyut dan pergi. Dia merasa menyatu dengan alam, begitu bebas dan menenangkan. 

Saat Bening menyelam dan bergerak ke pinggir, tetiba kaki Bening menyentuh sesuatu. 

“Wuaah? Itu apa?” gumam Bening kaget dan membuka matanya. 

Bening menabrak benda seperti kaki manusia saat dia menyelam ke arah batu hendak menepi lagi. 

Bening kemudian mendekat memastikan. 

“Oh my God! Ini manusia!” gumam Bening setelah memastikan yang dia tabrak adalah kaki manusia, manusia itu terjebak di antara bebatuan. 

Mendadak Bening langsung gemetaran tak bisa berkata- kata. Diedarkan matanya ke sekeliling, tak ada suara kehidupan manusia lain mengingat Bening keluar dari teater tempat lomba sudah jam dua dan sekarang sudah sore. 

“Aku harus bagaimana? Tapi tubuhnya masih utuh, dia juga masih berwarna putih segar. Sepertinya dia belum lama hanyut,” batin Bening memperhatikan manusia yang tersangkut di bebatuan itu. 

Bening kemudian memeriksa, nadi dan juga nafasnya.

“Hoh!” pekik Bening langsung menutup mulutnya. 

“Dia masih hidup!” gumam Bening terkejut. 

Ya walau kakinya terendam di air. Bagian badanya bersandar di bebatuan, sehingga pria itu masih bernyawa. 

“Aduh aku gimana ini? Aku tolong atau bagaimana?” gumam Bening panik.  

Terpopuler

Comments

Anna

Anna

🙌

2022-11-04

1

Cece

Cece

baru baca.. ini sdh tertarik diriku..
menunggu lanjutannya thor... 😘

2022-10-13

0

Allethia Herra

Allethia Herra

udah kodratnya yang berbau tiri2an itu nyebelin 🤭

2022-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Pria terdampar
2 Bayar Tagihan
3 Nasi Goreng
4 Pengumuman
5 Kesalahan
6 Mengadu.
7 Memo
8 Kak Naka
9 Ingin Tinggal
10 Alika
11 Kamar
12 Tega
13 Kemana?
14 Daka.
15 Perhatian
16 Tata Tertib
17 Dinding Kaca
18 Siapa Kamu?
19 Copet
20 Cincin
21 Bingung
22 Hutang.
23 Ikut
24 Tukang Parkir
25 Temani Priksa
26 Damita
27 Bawa apa dia?
28 Apa ini?
29 Nikahkah saja
30 Menikah.
31 Menyerang
32 Kenapa
33 Kekasih Ideal
34 Cari Uang
35 identitas
36 Keliling Istana.
37 Suami
38 Bekerja
39 Leon Pergi
40 Bu Maria
41 Berdidi Kokoh
42 Tersihir.
43 Saling membelakangi
44 Lets do it
45 Dia cantik yaaa.
46 Adik- adik Abelard
47 Melebur ke Masyarakat.
48 Pangeran Abelard.
49 Mengaku.
50 Bertanggung jawab.
51 Mohon Doa
52 Draft
53 Jualan minuman.
54 Bersama Naka
55 Kak Abe
56 Hidupku.
57 Kan
58 Bersama
59 Ada aku
60 Putri Camillia
61 Narasi Camilia.
62 Pelajaran Bening
63 Ide Bening.
64 Tanda Lahir Pangeran Abe.
65 Apa rencana selanjutnya?
66 Dompet
67 Kejutan
68 Bernand.
69 Tolong Aku
70 Ares
71 Dikira Jahat. (Bison)
72 Dia istriku.
73 Curiga ke Camilia
74 Tidak Sabar
75 Kembali pulang
76 Leon?
77 Mimpi Camilia
78 Tia Syok.
79 Kecolongan
80 Tidak Ada.
81 Siapa Kamu?
82 Di Kolong Jembatan
83 Sigap
84 Surga
85 Bening Sakit.
86 Pangeran Alexander
87 Kerajaan
88 Abe Junior
89 Mimpi Alika berakhir
90 Pulang Ke Istana Malam ini
91 Balai Perjamuan
92 Bening Pemenang Kompetisi yang sebenarnya
93 Kamu Ratuku
94 Dijemput Ambulance
95 Adik Ipar
96 Panggil aku, Pangeran Abe
97 Kejutan Dari Pangeran
98 Akan Tetap Stay sampai - End
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Pria terdampar
2
Bayar Tagihan
3
Nasi Goreng
4
Pengumuman
5
Kesalahan
6
Mengadu.
7
Memo
8
Kak Naka
9
Ingin Tinggal
10
Alika
11
Kamar
12
Tega
13
Kemana?
14
Daka.
15
Perhatian
16
Tata Tertib
17
Dinding Kaca
18
Siapa Kamu?
19
Copet
20
Cincin
21
Bingung
22
Hutang.
23
Ikut
24
Tukang Parkir
25
Temani Priksa
26
Damita
27
Bawa apa dia?
28
Apa ini?
29
Nikahkah saja
30
Menikah.
31
Menyerang
32
Kenapa
33
Kekasih Ideal
34
Cari Uang
35
identitas
36
Keliling Istana.
37
Suami
38
Bekerja
39
Leon Pergi
40
Bu Maria
41
Berdidi Kokoh
42
Tersihir.
43
Saling membelakangi
44
Lets do it
45
Dia cantik yaaa.
46
Adik- adik Abelard
47
Melebur ke Masyarakat.
48
Pangeran Abelard.
49
Mengaku.
50
Bertanggung jawab.
51
Mohon Doa
52
Draft
53
Jualan minuman.
54
Bersama Naka
55
Kak Abe
56
Hidupku.
57
Kan
58
Bersama
59
Ada aku
60
Putri Camillia
61
Narasi Camilia.
62
Pelajaran Bening
63
Ide Bening.
64
Tanda Lahir Pangeran Abe.
65
Apa rencana selanjutnya?
66
Dompet
67
Kejutan
68
Bernand.
69
Tolong Aku
70
Ares
71
Dikira Jahat. (Bison)
72
Dia istriku.
73
Curiga ke Camilia
74
Tidak Sabar
75
Kembali pulang
76
Leon?
77
Mimpi Camilia
78
Tia Syok.
79
Kecolongan
80
Tidak Ada.
81
Siapa Kamu?
82
Di Kolong Jembatan
83
Sigap
84
Surga
85
Bening Sakit.
86
Pangeran Alexander
87
Kerajaan
88
Abe Junior
89
Mimpi Alika berakhir
90
Pulang Ke Istana Malam ini
91
Balai Perjamuan
92
Bening Pemenang Kompetisi yang sebenarnya
93
Kamu Ratuku
94
Dijemput Ambulance
95
Adik Ipar
96
Panggil aku, Pangeran Abe
97
Kejutan Dari Pangeran
98
Akan Tetap Stay sampai - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!