Pria itu mulai menginstruksikan agar Alex duduk di sebuah kursi yang akan mengirimkan kembali jiwanya pada tubuhnya.
"Apakah anda siap, tuan?" Tanya pria itu.
"Ya."
Pria itu langsung mengaktifkan alat tersebut.
Di rumah sakit militer kota P...
Semua keluarga Alex berkumpul disana, menyaksikan Alex yang masih dalam penanganan. Bukan hanya keluarganya, nampak disana pula Vieka, Jessica dan Verrel. Verrel menilik ke arah Vieka terus menerus dengan tatapan menyelidik dan dingin kepadanya.
Mengapa aku selalu merasa sebenarnya dia tertawa dalam tangisnya? Dia benar-benar patut dicurigai,~Batin Verrel.
Jessica selalu menangis dan meratapi Alex dengan tubuh yang dipasang segala alat disana.
Sedangkan Athena, dia tak kalah sedihnya dengan yang lainnya.
"Alex sayang, kamu harus kuat,nak. Kamu harus bangun. Jangan tinggalin mama. Mama nyesel sudah mendengar ucapan mereka. Jika kamu bangun, mama janji mama tidak akan menyia-nyiakan kamu," gumam Athena tulus.
Semua orang dapat merasakan betapa pedihnya hati Athena saat ini. Baru saja hari ini dia ditinggalkan oleh Russel untuk selamanya dan sekarang anak satu-satunya pun terluka parah. Dapat dilihat disana, Alex sedang mendapatkan operasi atas lukanya di kepala.
"Tuuut... tuuuttt... tuuut..."
Alex nampak kejang-kejang saat ini. Dokter dan suster pun mulai panik dibuatnya hingga perlahan, Alex mulai tenang kembali, sayangnya detak jantungnya pun hampir tak terdeteksi.
"Tiuittt... tiiiitt... tiuiiiiiiiiittttt...."
Alat pendeteksi detak jantung pun menunjukkan grafik datar. Itu menandakan jika detak jantung Alex telah tiada.
"Sus, ambilkan alat pemacu jantung," ucap dokter tersebut.
Alat pemacu jantung telah dipasangkan. Dokter telah mencoba semaksimalnya, namun masih tak ada respon darinya.
"Catat tanggal kematiannya."
Alex telah pasti dinyatakan meninggal. Dokter tersebut keluar ruangan untuk memberikan kabar.
"Siapakah keluarga pasien?" Pertanyaan klasik yang selalu dilontarkan. Tentu saja, mereka semua adalah keluarganya.
"Saya dok. Saya ibunya," jawab Athena.
"Maaf ibu. Saya harus menyampaikan berita ini. Anak ibu..."
Belum sempat menyampaikan tentang kematian Alex, suara jeritan dari seorang suster terdengar nyaring hingga keluar.
"Ada apa,sus?" Tanya Dokter.
"Dok, dia... anak muda itu kembali bernafas dan sekarang dia pun sudah sadar," bisik suster.
Dokter kembali masuk ke dalam ruangan untuk memeriksakan kondisinya. Athena yang sudah berusaha menguatkan hatinya, kini malah dibuat kebingungan oleh mereka. Dadanya terasa sesak, semoga ini bukan berita buruk untuknya.
Di dalam ruangan...
Aku sudah kembali. Waktunya untukku membalas perbuatan mereka.~Batin Alex.
Alex bangkit dari ranjangnya, namun perbuatannya itu buru-buru dicegah oleh sang dokter.
"Tunggu, tunggu. Tuan mau kemana? Sekarang tuan masih sakit dan saya belum memeriksanya," ucap dokter.
"Dan juga... Kami baru saja selesai mengoperasi kepala anda."
Akan gawat jika dia keluar dalam keadaan seperti ini. Namun, bagaimana bisa pria ini tiba-tiba sadar? Bukankah tadi...
Tatapan menyelidik itu dokter berikan kepada Alex. Alex tak menggubrisnya, ia pun enggan untuk bercerita.
Apakah separah itu... tapi... shhh... ini memang sakit~Batin Alex merintih dalam hati.
Dahinya mengernyit saat dia merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya.
"Tuan, tuan gapapa? Apa yang anda rasakan? Saya periksa ya."
"Tidak. Tidak perlu. Cepat selesaikan semuanya, karena Aku sudah tidak sabar untuk keluar!" Titah Alex dingin.
"Ba-baik."
Ada apa ini? Mereka mengatakan anak muda ini hanyalah sampah yang diramalkan akan selalu sial. Mengapa auranya bahkan tidak seperti yang mereka katakan?~Batin Dokter.
Dokter menuruti perintahnya. Sesegera mungkin, pria itu membereskan sisa-sisa operasinya. Dia pun menangani Alex dengan sangat baik.
Beberapa saat kemudian...
"Tuan muda, anda sudah boleh meninggalkan ruangan. Saya telah memeriksa jika kondisi anda sudah sepenuhnya pulih," ucap Dokter yang bahkan masih tidak percaya dengan kata-katanya sendiri.
Anak dari tuan Russel memang berbeda. Bagaimana mungkin luka yang separah itu, tiba-tiba sembuh sendirinya. Hebat!~ Batin Dokter.
Disisi lain...
Setelah dokter itu kembali masuk ruangan, pria itu tidak kembali lagi dalam waktu yang lama, membuat mereka semua berpikir negatif dengan kondisi saat ini.
Verrel yang sedari tadi hanya mengamati dalam diam, pun akhirnya berdiri dan membuat keributan. Pria itu dengan segenap amarahnya, dia menyerang Vieka dan menginterogasinya dengan cepat.
"Kamu... sepertinya aku hanya melihat bila hanya kamu yang tidak sedih, bahkan terkesan tidak peduli disini," ucap Verrel sambil menunjuk Vieka.
"Aku? Aku juga bersedih. Bagaimana kau bisa menuduhku begitu?" Vieka berusaha untuk mengelak semua hal yang berkaitan dengan Alex kala itu.
"Bagaimana tidak? Lihat semua orang. Aku bahkan tidak merasakan rasa sedih dalam air mata buayamu itu. Salahku yang membiarkan Alex memilih orang licik sepertimu."
Verrel masih saja terus menyerang Vieka dengan kata-kata, sengaja membuatnya agar keceplosan tentang kejadian waktu itu.
"Kek, asal kakek tahu. Saat Alex jatuh saat itu, hanya ada dia disana." Verrel akhirnya buka suara mengenai hal diatas.
"Apa itu benar,nak?" Tanya Kakek.
"Be-benar kek. Tapi... tapi aku sudah berusaha mencegahnya, tapi... tapi Alex tetap nekad," ucap Vieka antara gugup dan terisak.
"Cihhh. Queen drama beraksi," gumam Verrel.
"Kau begitu tega dengan seorang wanita. Apa kau tidak pernah dididik oleh orang tuamu untuk tidak menuduh orang sembarangan?" Tanya Vieka.
"Kamu! Jangan bawa-bawa orang tuaku!" Pekik Verrel yang emosinya semakin memuncak.
"CUKUP!" Bentak Athena.
"Apa kalian masih punya hati? Anakku terbaring lemah disana, berusaha untuk mempertahankan hidup dan matinya. Kalian, kalian malah berdebat disini?" Ucap Athena yang akhirnya membuat kedua orang itu tenang.
"Rel, jangan gegabah. Kita akan menemukan buktinya perlahan," bisik Jessica.
Verrel kembali duduk pada tempatnya. Kini adalah saatnya Kakek Lachowicz beraksi.
"Jelaskan cerita yang sesungguhnya kepada kami," ucap Kakek.
"Jadi, aku saat itu mengejar Alex. Aku menarik tangannya, namun dia malah menghempaskanku. Dia memutuskan untuk langsung terjun ke bawah. Saat aku kembali untuk melapor, mereka berdua datang," ucap Vieka.
Tak berselang lama, Alex keluar dari sana. Dia membuka ruangan, membuat setiap pasang mata melirik kepadanya.
"Alex!" Seru Athena.
Dia adalah orang pertama yang berdiri dan berlari memeluk Alex.
"Maafin mama,Lex. Maafin mama yang tidak pernah bisa menjagamu dengan baik. Kamu mau kan maafin mama?" Tanya Athena yang menangis dalam pelukan Alex.
Alex bergeming pada tempatnya. Ingin sekali dia membenci wanita yang telah membuangnya selama hampir dua puluh tahun itu. Namun, dia kembali luluh dan memeluk Athena saat merasakan tangisan yang begitu tulus kepadanya.
Alex mensejajarkan dirinya pada Athena.
"Alex tidak apa-apa. Mama jangan sedih,ok? Aku berjanji akan mengusut tuntas kasus mama asalkan mama berjanji satu hal kepadaku," ucap Alex.
"Ya, walaupun aku akan tetap melakukannya walau mama menolaknya," gumam Alex lirih.
"Baik, mama setuju. Bukan hanya demi penyelidikan mengenai Russel, namun aku juga ingin menjadi ibu yang baik. Cukup sekali aku kehilangan pria yang aku cintai," ucap Athena.
"Ma, mama boleh ikut aku sebentar?"
Alex menarik tangan Athena menjauh dari mereka semua tanpa sepertujuan ibundanya itu.
"Ada sesuatu yang ingin aku katakan." Alex menegaskan kata tersebut kepada ibundanya.
"Katakanlah,sayang."
"Aku sudah mengetahui siapa orangnya."
Alex memang sengaja memancing Athena agar dia dapat melihat, apakah kematian ayahandanya ada kaitannya dengan Athena atau tidak. Dia masih ingat jelas kejadian kala itu, kejadian saat Alex baru saja pulang dari sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
#manusiabiasa
atena tanya masih punya hati? dia sendiri gak punya hati ninggalin anak suami
2022-11-16
2
off
yang di katakan Jessica benar itu
2022-11-16
2
⧗⃟ᷢʷ
hubungan apa antara mati? masduknya apa ya
2022-11-15
3