Alex masih ditempat yang sama. Tiba-tiba, seorang pria datang menghampirinya. Dia tidak terlihat seperti orang lainnya, dia nampak seperti robot.
"Tuan, silahkan ikut saya. Saya akan menjelaskannya," ucap pria itu.
Langkah Alex terasa begitu berat untuk mengikutinya. Bukan tanpa sebab, dia sangat takut jika sesuatu terjadi pada dirinya.
Namun, jika sesuatu terjadi, bukankah dia seharusnya sudah mati?
Pria itu membawa Alex masuk ke dalam sebuah ruangan. Ruangan yang menampakkan dunia luar, membuat Alex mengingat semua dendamnya.
Flashback on....
"Kelak, bayi ini adalah seorang pria yang tidak berguna bagi keluarga, negara bahkan untuk dirinya sendiri. Dia tidak akan sukses kedepannya. Tidak ada kepandaian apapun. Dia adalah pembawa sial. Siapapun yang mendekatinya akan sial. Seumur hidup, aku bahkan tidak pernah melihat orang dengan nasib seburuk ini," ucap Jim.
"Cihh, jangan dekat-dekat sama aku! Kata mama, kamu pembawa sial. Aku ga mau ketularan sial!" Pekik seorang anak lelaki seusianya.
"Ahahaha. Anak pembawa sial sepertimu memang pantas mendapatkannya," ucap segerombol anak lelaki di depannya.
"Heh, siapa suruh kamu disini? Ini adalah wilayah kami! Selama kami belum pergi, jangan pernah mendekat. Kami tidak ingin ketularan sial!
"Saya tidak sudi bersalaman dengan murid sepertinya. Yang ada malah saya yang sial."
Flashback off...
Beberapa kata-kata itu terngiang-ngiang di kepalanya. Dia menutup telinganya rapat-rapat. Dia membencinya. Namun, saat sebuah video diputarkan, fokus Alex telah berubah. Perlahan, pria itu melepaskan tangannya dari telinganya, mendengarkan ucapan itu dengan saksama. Wajahnya pun berubah, dia nampak begitu marah.
Nampak disana seseorang terduduk di depan sebuah monitor, monitor yang menampilkan Russel disana. Saat itu, Russel berdiri di tengah-tengah lapangan dan seperti sedang mendapatkan penghargaan atau kenaikan jabatan. Alex melihat dengan bangganya, namun bukan itu intinya. Dia masih penasaran dengan sosok yang menghadap komputer itu.
"Siapa pria itu dan apa hubungannya dengan Ayah?" Gumam Alex.
"Anda akan mengetahui jawabannya dengan segera, ketua." Pria dibelakang Alex itu menyeringai. Entah apa tujuannya, dia begitu mencurigakan.
Alex terkejut saat dia mendengar pria itu berbicara. Suara yang tak asing terdengar di telinganya.
"Sudah delapan belas tahun berlalu. Aku telah berhasil membuat keluarga Lachowicz pecah, membuat Russel hampir dibenci oleh Ayah. Namun, dia masih saja mendapatkan jabatan yang tinggi. Dunia benar-benar tidak adil," ucap pria itu yang iri dengan prestasi yang didapatkan oleh Russel hari ini.
Yap, siapa lagi jika bukan adik kandung Russel, Steve Lachowicz. Alex mengepalkan tangannya, namun masih menahan amarahnya.
"Aku benar-benar sudah tak tahan. Aku harus merebut miliknya. Ya, sepertinya aku bisa melakukannya melalui anaknya," gumamnya.
"Zydan, kamu bujuk keluarga Campbell," titah Steve akhirnya turun.
"Setelah sekian tahun lamanya, Aku sudah menanti saat ini tiba. Anakmu sudah besar. Kau memang benar-benar sangat menyayanginya. Kalau begitu, aku akan menjadikannya senjata untuk melawanmu." Steve tersenyum licik menatap Russel yang sedang dipasangkan beberapa tanda kehormatan dari Britania Raya pada tubuhnya.
"Apa? Jadi, ramalan yang digariskan untukku, ramalan waktu itu semuanya palsu? Dan semua itu perbuatannya? Sial! Apa sebenarnya tujuannya?" Pekik Alex yang emosinya sudah mulai memuncak.
*...*
Seorang pria masuk ke ruangan dimana Steve berada. Alex mulai serius melihatnya.
Mungkin inilah kunci dan jawaban atas kematian Ayah. Aku harus mencari bukti yang konkret setelah ini. Aku tidak akan membiarkan hidup orang yang membunuh ayah dengan mudah. Bahkan, bertemu raja neraka lebih baik dibandingkan dengan hidup!
"Selamat pagi tuan Steve. Ada hal apa anda memanggil saya?" Tanya James.
"Saya ingin bekerja sama tentang sesuatu dengan anda. Entah apakah anda berkenan atau tidak, mari kita perbincangkan kali ini," ucap Steve lugas.
"Baiklah. Tanpa basa basi, saya akan langsng pada intinya. Saya meminta kepada anda untuk mengerahkan putri anda untuk mendekati putra tunggal dari Russel," lanjutnya.
"Tuan muda Alex? Anak pembawa sial yang terkenal sebagai seorang sampah itu? Tidak. Untuk apa saya mengorbankan putri terkasih saya untuk pecundang sepertinya? Dia bahkan tak dapat melindungi dirinya sendiri, bagaimana bisa dia melindungi putriku?" Timpal James tanpa henti.
"Tolong dengarkan saya dulu!" Protes Steve.
James menyimaknya dengan saksama.
"Aku ingin putrimu menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang Russel dari Alex. Aku yakin Russel sering membawanya pergi ke medan perang manapun untuk melatihnya," ucap Steve.
James mengangguk menyetujui ucapannya.
"Lalu, ada keuntungan apa untukku?" Tanya James.
"Kau sudah menjabat jabatanmu sekarang selama hampir sepuluh tahun. Russel yang dulunya berada di bawah kamu, kini dia berada jauh melampaui kamu. Jika kamu mau membantuku, aku akan menjadikanmu wakil jenderal tertinggi," jawab Steve.
Setiap ucapannya terdengar masuk akal dan rapi serta meyakinkan. Sepertinya, memang rencana itu semua telah dia rencanakan sejak lama.
"Baik. Aku setuju." James menjabat tangan Steve dengan begitu, kerja sama diantara mereka telah tersalin sudah.
Ahahaha. Bodoh! Hanya iming-iming wakil jenderal saja dia sudah sangat senang. Kau pikir, aku akan memilihmu? Tidak.~Batin Steve.
Beberapa saat kemudian...
Alex melihat dengan mata kepalanya sendiri penandatanganan kontrak tersebut. Hal yang membuat Alex semakin emosi adalah ucapan Steve kala itu.
"Kakakku tersayang. Mungkin bulan ini adalah bulan terakhir bagimu," gumam Steve.
Brakkkk!!!
Alex menghantam monitor di depannya dengan keras hingga membuatnya pecah tak karuan. Tangan Alex pun telah bersimbah darah, terus mengalir dan tak berhenti.
"bagaimana tuan? apakah anda sudah memutuskan untuk menjadi ketua geng Api biru?" tanya pria dibelakangnya.
"Ya. tekadku sudah bulat. aku akan menggunakan jabatanku sebagai ketua dan membalaskan dendam," jawab Alex.
"sayangnya, anda harus berhasil melewati berbagai tes dari kami," ucap pria itu.
"Hum?"
"silahkan ikut saya."
Alex mengikuti langkahnya menuju ke sebuah ruangan besar. Terdapat ruang transparant yang menunjukkan dimanakah tubuhku berada.
"Itu..."
"ya, itu kamu. Seharusnya, kamu telah meninggal, namun kamu beruntung," ucap pria itu.
"Beruntung?" Alex memegang kaca yang menembus langsung ke dirinya.
"Kau tidak sengaja mengaktifkan sistem ini. Ini adalah jam tangan yang tidak sengaja kamu hidupkan."
Alex mengangguk. "Baiklah, lalu bagaimana dengan syarat agar aku bisa mendapatkan hak ku sebagai ketua?"
"Mudah saja. Saat ini, kau harus mendapatkan bukti tentang kejahatan mereka dan buat mereka menyesal. simple kan?" ucapnya.
"Ya. tapi, bukankah anda sudah memiliki bukti itu?" tanya Alex.
"No no. Jika seperti itu, bagaimana kami mengetahui kekuatanmu?"
Alex mengangguk lagi. Dia sekarang mengerti apa saja kesalahannya waktu itu.
"ya, sepertinya aku terlalu lemah. Mungkin caraku juga salah. Aku harus bisa mendapatkan barang bukti itu dalam waktu seminggu. Aku ingin lihat saat paman diangkat dan melihat video buruk tentang dirinya diputar, apa reaksinya..." Alex menyeringai dan beranjak dari tempatnya.
"Baiklah, aku terima tantangan ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
#manusiabiasa
sudah dibalas tuh sama alex
2022-11-16
1
off
astaga lick banget Steve
2022-11-16
2
⧗⃟ᷢʷ
astaga Dendam banget ya terus gimana nantinya?
2022-11-15
3