Alex benar-benar menjauhi Jessica seperti ucapan Vieka kala itu. Kini, Jessica hanya bersama Verrel, menatap kepergian seseorang yang bahkan melebihi saudara bagi mereka.
"Gue ga nyangka kalau Alex lebih memercayai ucapan wanita busuk itu dibandingkan dengan gue," ucap Jessica.
"Lu tenang aja. Suatu saat, kebenaran akan terungkap," Respon Verrel.
"Yang gue khawatirkan adalah keselamatan Alex. Sejak pertama kali gue melihat tuh rubah menatap Alex, gue merasa dia ada maksud terselubung mendekati Alex. Gue takut nyawanya akan terancam. Bagaimanapun, dia adalah anak dari seorang tentara tertinggi negara. Pasti banyak sekali orang mengincarnya." Tatapan Jessica kini berubah menjadi tatapan penuh kekhawatiran.
Kau begitu mengkhawatirkannya. Apa kau tahu, itu begitu menyakitkan bagiku?~Batin Verrel.
"Rel, lu dengerin gue ga sih?" Tanya Jessica.
"Ahh ehh. Lu ngomong apa? Sorry sorry gue lagi mikirin tugas hehe," ucap Verrel.
"Gue bakal minta bokap gue biar dia menyewa pelindung bayangan untuk Alex,ok?" Ucap Verrel.
Jessica mengangguk setuju. "Thank u."
...*...*...
Seminggu kemudian...
Russel tiba-tiba datang ke kampus Alex untuk meminta cuti tahunan untuk Alex selama sebulan penuh. Sejak Alex menjadi lebih kuat, Russel selalu ingin membawa Alex ke medan tempur yang sesungguhnya. Russel telah menjanjikan hal tersebut kepada Alex sejak pria itu berusia belasan tahun dan kali ini adalah waktu yang tepat untuknya menempati janjinya.
"Salam hormat kepada panglima tertinggi Lachowicz, "ucap setiap dosen dan dekan serta rektor universitas yang berjajar rapi setelah mendengar kabar Russel akan datang.
"Siapa dia? Mengapa begitu heboh? Bahkan pak rektorpun harus tunduk padanya?" Bisik seorang mahasiswa kepada temannya.
"Apa kau tidak tahu, dia adalah panglima tertinggi, panglima Russel Lachowicz yang baru saja diangkat dalam waktu dekat ini," jawab seorang lainnya.
Mereka akhirnya masuk ke dalam ruangan kedap suara untuk memulai perbincangan.
"Baiklah. Ada apa gerangan tuan Russel kemari?" Tanya pak rektor.
"Saya ingin menjemput anak saya dan meminta cuti satu bulan. Apa boleh?" Russel mengeluarkan aura jahat dan bossy alanya.
Uhh kuat sekali...
"Baik tuan baik. Saya akan membuatkan surat cuti."
"Sam, tolong panggilkan anak bernama Alex kemari," ucapnya.
Sam berangkat menuju ruang kelas Alex.
Beberapa saat kemudian...
Alex datang sendiri ke ruang rektor. Betapa terkejutnya saat dirinya melihat Russel disana.
"Ayah! Kenapa Ayah kemari?" Tanya Alex antusias.
"Papa mau kamu ikut papa ke pusat pelatihan militer negara, sayang. Seperti janjiku waktu itu," ucap Russel.
"Benarkah?" Tanya Alex.
"Dimana itu?"
"Di kaki gunung Erta Ale. Alex harus merahasiakan hal ini," ucap russel mewanti-wanti.
"Baik ayah!"
Disisi lain...
"Hahaha. Kerja anakmu ternyata bagus juga. Dia bahkan berhasil menempelkan kamera kecil di punggungnya. Dia benar-benar jenius yang cekatan. Sebentar lagi, aku akan berhasil menguasai keluarga Lachowicz dan menduduki jabatan sebagai panglima tertinggi negara." Senyum licik tergambar jelas pada wajah Steve.
...*...*...
Alex berlari ke arah ruang kelasnya untuk mengemasi barang-barangnya. Tatapan semua orang tertuju padanya.
"Lex, lu mau kemana?" Tanya seorang teman.
"Aku akan pergi hari ini. Ada acara keluarga," jawab Alex.
Vieka berdiri dan mendekati Alex.
"Kamu mau ninggalin aku? Kamu pergi berapa hari?"
"Mana mungkin? Aku hanya pergi selama sebulan saja. Setelah itu, aku akan menebus waktu kita bersama,ok?"
Vieka mengangguk pelan. "Ok, kamu hati-hati ya."
...*...*...
Beberapa saat kemudian...
Alex telah tiba di kaki gunung Erta Ale yang telah dikatakan oleh Ayahnya. Benar saja, disana begitu banyak senjata laras panjang yang berjejer rapi di depannya.
"Alex, kamu ganti baju dulu. Usahakan matikan teleponmu agar dpat fokus latihan," ucap Russel.
"Baik ayah," jawab Alex.
Alex meletakkan tasnya sembarangan dan pergi menuju ruang ganti yang tak jauh darinya.
Tak butuh waktu lama baginya untuk selesai memakai semua perlengkapan. Alex telah siap sepenuhnya untuk menerima pembelajaran. Alex mendengarkan baik-baik instruksi dari Ayahnya dan mempelajari segalanya dalam waktu singkat.
Dia sudah bertambah dewasa. Dia memang benar-benar anak yang cerdas. Dia sama sekali bukanlah sampah seperti yang mereka katakan.~Batin Alex seraya tersenyum.
"Baik. Sekarang kalian berdiri di posisi kalian masing-masing. Kita akan langsung latihan menembak," ucap Russel kepada anak buahnya.
Semua berjejer rapi dan bersiap untuk menembak papan bidikan di depan sana. Russel sekali lagi menjelaskan prosedur yang telah tersedia. Saat mereka mengacungkan senjata mereka ke depan, saat mereka akan menembakkan senjata mereka ke arah papan bidikan, terdengar suara tembakan yang begitu kencang diiringi oleh jeritan seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Russel yang berdiri tepat di samping anak buahnya.
"AYAH!" jerit Alex saat melihat Ayahnya tertembak tepat dibagian dadanya.
Russel tersungkur ke tanah. Darahnya mengalir deras, tak kalah pula air mata Alex sambil memeluk pria berusia hampir limapuluh tahunan itu.
"Kenapa kalian diam saja? Cepat bantu saya?!" Pekik Alex.
Mereka sesegera mungkin menggotong Russel menuju ke camp kesehatan yang telah dibentuk sebelumnya.
Tiiittt... tiiittt.... tiiiiiiiiiiitttt...
Russel telah dinyatakan meninggal dunia. Jeritan histeris dari Alex pun memenuhi camp pelatihan. Para tentara lainnya sesegera mungkin membawa Russel untuk dipulangkan ke rumah duka. Beberapa lainnya mengejar serta mengusut tuntas atas kematian Russel secara mendadak.
"Siapa yang berani mengungkapkan keberadaan panglima Russel?" Pekik paman Louis.
"Izin menjawab, tidak ada tuan."
Aneh. Keberadaan Russel selalu disembunyikan. Bagaimana mungkin ada seorang pembunuh yang dapat mengetahui keberadaannya. Tidak mungkin kan tuan muda? Kurasa, ada orang dalam dibalik semua ini.~Batin Louis.
"Baiklah. Kalian usut tuntas masalah kali ini. Saya akan membawa sendiri jenazah Russel ke rumah duka," ucap Louis.
...*...*...
Mereka semua tiba di kediaman Lachowicz. Alex adalah orang pertama yang paling terpukul melihat kepergian Russel.
"Ayah, jika ayah tiada, siapa yang jaga Alex?"
Vieka hadir kala itu disana.
"Sayang, jangan menangis. Bagaimana setelah ini aku akan membawamu ke bukit di dekat sini? Setidaknya, kamu dapat menghilangkan rasa nyeri di dada."
Alex pun mengangguk. Suasana pemakaman berlangsung lancar. Alex nampak seperti orang tak bernyawa. Hati Athena pun tergerak melihatnya.
"Jangan sedih. Mama akan menemani Alex kedepannya," ucap Athena menguatkan.
Alex mengangguk.
"Alex, keadaan sudah sepi. Yuk kita ke bukit sana. Aku dulu kecil pernah kemari, tinggal disini. Biasanya, aku kesana untuk mengungkapkan isi hatiku. Mau coba?" Tanya Vieka.
Alex hanya mengikuti ajakannya. Verrel dan Jessica tentu saja tidak tinggal diam. Saat mereka melihat gelagat aneh Vieka, Verrel dan Jessica membuntuti mereka diam-diam.
Sesaat kemudian, mereka telah tiba di bukit tertinggi disana. Dibawahnya terdapat jurang yang curam dan dalam.
"Nahh sudah sampai."
Vieka masih bersikap manis saat ini. Dia menyeringai, menatap lurus ke depan. Dia membayangkan adegan yang akan terjadi selanjutnya.
Saatnya aku mengatakan selamat tinggal kepadamu, Alex. Walau ada rasa tidak tega dan rasa tak rela, tapi aku harus melakukannya. ~Batinnya dalam hati
"Sayang, sekarang kamu sudah tidak berguna lagi bagiku. Terimakasih ya atas waktumu selama ini," bisik Vieka.
Alex tersadarkan seketika
"Apa maksudmu?" Tanya Alex sambil membalikkan badan.
"Maksudku..."
Vieka mendorong Alex hingga pria itu jatuh ke bawah.
"Kau! Jika aku memiliki kesempatan untuk hidup, aku akan membalaskan dendamku padamu, Vieka!" Teriak Alex dari bawah sana.
"Hahaha. Berdoalah kepada raja neraka!" Pekik Vieka dari atas.
Vieka buru-buru pergi sebelum seseorang datang. Sayangnya, saat dia akan berbalik, Verrel dan Jessica telah tiba disana.
"Mau kemana kamu? Kemana Alex?"
Dramapun dimulai.
"Hiks hiks. Alex jatuh ke bawah. Aku sudah mencegahnya untuk melompat, tapi..."
"Apa katamu?!" Pekik Verrel.
Sedangkan itu, di dasar jurang...
Tit...
Selamat anda telah menghidupkan sistem mafia. Saat ini, anda adalah pemimpin geng api biru dan anggota geng anda berjumlah 1 juta orang di seluruh dunia.
Alex membuka matanya dan mendapati dirinya berada di suatu ruangan, tanpa busana.
"Aku... dimana aku?" Tanya Alex.
"Hormat kepada ketua geng api biru. Kami adalah stuff utusan yang telah ditunjuk untuk menjemput ketua baru," ucap mereka berdua.
"Geng Api Biru? Ketua baru? Apa maksudnya?" Tanya Alex kebingungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
#manusiabiasa
nyata vieka musuh dalam selimut ya udah berani dia bermain-main dengan nyawa orang lain
2022-11-16
1
⧗⃟ᷢʷ
hm Verrel memendam cinta untuk Jessica? kenapa tidak tau ungkapan aja Verrel
2022-11-15
2
Nocturnlax
Aku, dia, kamu~
cinta segitiga aku tak mau~
Maaf, reflek nyanyi wkekekek
2022-11-03
0