Keesokan harinya...
Alex telah bersiap dengan mengenakan pakaian sekolahnya. Hari ini adalah hari pertamanya untuk masuk sekolah. Taman kanak-kanak di kawasan elite di kota tempatnya tinggal menjadi pilihan utama Russel untuk mendaftarkan anaknya.
"Sayang, kamu harus baik-baik di sekolah. Kamu jangan nakal,namun jangan biarkan orang lain menindasmu juga, mengerti?" Ucap Russel menasehati Alex.
Alex menggangguk kecil menandakan dia mengerti.
"Baiklah, ayo kita berangkat."
Saat mereka akan berangkat, tiba-tiba Athena menghampiri mereka.
Athena meneguk air liur yang berkumpul di mulutnya. Selama lima tahun ini, baru kali ini dirinya menatap langsung Alex dengan jelas.
"Mau apa kau kemari? Jika hanya untuk mematahkan hati dan semangat Alex, lebih baik kau pergi!" Ucap Russel mewanti-wanti.
Athena berjongkok, mensejajarkan dirinya pada Alex.
"Ini adalah uang jajan untukmu. Aku adalah mamamu. Semoga sukses," ucap Athena singkat.
Athena berlalu setelah memberikan uang kepada Alex tanpa kata. Alex terpaku melihat uang di tangannya. Air matanya pun mengambang di pelupuk mata.
"Ayah, apa ini rasanya dipedulikan oleh ibu?" Tanya Alex.
Hati Russel terenyuh mendengar perkataan Alex. Dia mengerti benar bagaimana perasaan putra kecilnya itu.
"Ibu sudah memberimu uang. Kamu jangan mengecewakannya," ucap Russel menyemangati Alex.
"Hum. Alex janji, Alex akan menjadi orang sukses biar ibu mau merawat dan tinggal bersama kita," ucap Alex kecil.
Russel menyeka air matanya. Dia berusaha untuk menutupi tetesan air matanya yang tak kuasa ia tahan. Dia menghela nafas berat, dadanya sungguh sesak.
...*...*...
Alex dan Russel akhirnya tiba di sekolah baru Alex.
"Alex, ayah hanya dapat mengantarmu hingga disini saja. Kamu belajar yang giat ya. Ingat pesan ayah," ucap Russel.
"Baik ayah."
"Ayah akan menjemputmu jam 2 siang nanti. Ayah pamit dulu," ucap Russel berpamitan dengan Alex.
Alex kecil berjalan santai menuju ruang kelasnya. Dia melihat sekeliling gedung tinggi di hadapannya.
Bagus sekali. Ini bahkan lebih bagus daripada rumahku,~Batin Alex.
Alex melihat sekeliling. Semua orang nampak tengah berbahagia diantarkan oleh kedua orang tua mereka. Dia hanya dapat tersenyum getir saat mengetahui bahkan ibundanya tak mau menengoknya.
"Tidak, Alex harus ingat kata Ayah. Alex harus sukses dan buat ibu bangga dan mau mengunjungi Alex," gumamnya menyemangati diri sendiri.
Teettttt...
Suara bel masuk sekolah tengah berbunyi disana. Alex buru-buru lari menuju lapangan setelah meletakkan tasnya sesuai dengan arahan para guru disana.
"Cihh, jangan dekat-dekat sama aku! Kata mama, kamu pembawa sial. Aku ga mau ketularan sial!" Pekik seorang anak lelaki seusianya.
"Memangnya kenapa kalau aku pembawa sial? Aku juga sama seperti kalian. Aku juga..."
Belum sempat Alex kecil menjawab pernyataan dari temannya, anak lelaki yang lebih tinggi dan besar darinya itu mendorongnya hingga tersungkur ke tanah.
"Shhh." Alex mendesis kesakitan.
Terdapat luka kecil di sikunya.
"Ahahaha. Anak pembawa sial sepertimu memang pantas mendapatkannya," ucap segerombol anak lelaki di depannya.
Air mata dipelupuk mata Alex menggenang dan siap jatuh kapan saja.
Aku anak dari pemimpin komandan tertinggi.. Aku harus kuat. Aku ga boleh nangis,~Batin Alex.
Seorang anak laki-laki tampan dengan wajah keturunan Arab mengulurkan tangan untuknya.
"Ayo, aku bantu," ucap pria kecil itu.
"Terimakasih," balas Alex dengan senyum manis di wajahnya.
"Namaku Verrel, kamu?" Tanya Verrel.
"Aku Alex. Kamu... Kamu tidak takut akan terkena sial seperti mereka?" Tanya Alex.
"Ahahaha. Apa itu sial? Aku tidak percaya seseorang terlahir sebagai pembawa sial. Kata ayah, semua orang adalah berkah dan rahmat yang dititipkan oleh Allah kepada orang tua kita," ucap Verrel memberi semangat baru untuk Alex.
Yap, Verrel adalah seorang muslim yang baik hati. Ayah dan bundanya adalah seorang ustadz dan ustadzah yang lumayan terkenal di kalangan mereka.
"Terimakasih sudah menerimaku, walau aku tak tahu apa yang kamu maksud," balas Alex yang berbeda agama dengan Verrel.
"Sudahlah. Jangan dibahas lagi. Kamu baruuis di sebelah aku saja," ucap Verrel.
Verrel menarik tangan Alex menuju ke dalam barisan. Dan perkenalan pun akhirnya di mulai.
...*...*...
Beberapa tahun kemudian...ý
Tak terasa, kedekatan Alex dan Verrel semakin nampak jelas. Tentu saja, berbagai nasihat serta peringatan telah mereka lontarkan kepada Verrel agar dia akhirnya menjauh dari Alex, namun Verrel tak menggubrisnya. Menurutnya dan keluarganya, siapapun yang baik kepadanya berhak mendapatkan perlakuan spesial darinya tak terkecuali Alex.
Saat itu, Alex dan Verrel telah bertambah dewasa. Kini mereka tidak hanya berdua saja. Ada Jessica yang selalu mengikuti kemanapun mereka pergi. Jessica, seorang nona muda cantik yang mereka temui saat mereka masih SMA dulu. Jessica yang merupakan idola sekolah, ternyata malah memendam rasa kepada sahabatnya sendiri, yaitu Alex.
"Woyyy! Bener-bener ya kalian! Berani-beraninya kalian ninggalin gue!" Teriak Jessica.
Mereka berdua menoleh ke arah Jessica yang tiba-tiba memeluk mereka dari belakang.
"Lu lambat sih, Jes. Gue sama Alex udah datang daritadi," ucap Verrel.
"Kalian ga jemput gue. Gue udah nunggu kalian di depan dari tadi!" Jessica melipat kedua tangannya dan berjalan lebih cepat dibandingkan mereka.
Alex dan Verrel saling bertatapan. Mereka sesegera mungkin mengejar Jessica saat mereka tahu mereka salah.
"Maafkan kami,Jes. Kami lupa menjemputmu," ucap Alex.
"Benar. Ini semua salah Alex!" Tuduh Verrel.
"Lha? Kenapa jadi aku?" Tanya Alex.
"Haha. Aku hanya bercanda. Mana mungkin aku menyalahkan kalian. Skuyy kita cangs dulu." Jessica kembali merangkul mereka berdua dan membawa mereka menuju cafe terdekat.
"Kalian ada matkul jam berapa?" Tanya Verrel.
"Jam 9 sih. Masih satu jam lagi lah," jawab Jessica.
"Ok sama dong."
...*...*...
Setelah selesai makan bersama, Verrel mengantarkan Alex dan Jessica menuju kelas mereka.
"Kita ketemuan nanti ya. Seperti biasa, " ucap Verrel.
"Ok."
Saat di dalam kelas...
Suasana kelas masih seperti biasanya. Hiruk pikuk mahasiswa yang sedang mengobrol hingga berebut bangku, terdengar jelas disana. Alex dan Jessica menuju ke tempat duduk yang kosong di depan mereka dan tak memedulikan pertikaian diantara mereka. Namun, tak berselang lama, seorang dosen yang diikuti oleh seorang wanita berkacamata di belakangnya. Semua orang terkesima melihatnya, kecuali Alex
"Halo semuanya. Aku... Aku Arvieka," ucap Vieka memperkenalkan diri dengan bergetar.
Demi melancarkan serangannya, Vieka mulai mendekati Alex dengan segala cara. Dia rela dibully, diinjak-injak, bahkan disakiti hanya demi mendapatkan perlakuan baik dari Alex. Tak hanya itu, Dia bahkan menyuruh Ayahnya untuk berpura-pura menabraknya agar dia terlihat seperti pahlawan kesiangan bagi Alex. Ya, semua itu berhasil membuat Alex luluh begitu saja.
Beberapa bulan kemudian...
Jessica selalu mengawasi Alex dan Vieka. Mereka terlihat begitu akrab hingga terkadang Alex melupakannya. Hingga suatu ketika, Alex menembak Vieka di depan matanya. Hatinya hancur seketika. Dia berlari kencang entah kemana. Sayangnya, Vieka melihatnya.
Cihh, akhirnya sampah itu kabur juga. Sudah saatnya membuat Alex membenci mereka.~Batin Vieka.
Setelah Vieka resmi menerimanya, Vieka menuju ke kamar mandi dan menemui Jessica disana.
"Sayang, aku mau ke toilet dulu ya. Kamu tunggu saja aku di mobil. Aku akan menyampirimu," pamit Vieka.
Alex mengangguk setuju.
Disisi lain...
"Hahaha. Sekarang aku menang telak darimu. Sudah sepantasnya kau pergi jauh-jauh dari Alex ku, " ucap Vieka saat tiba di belakang Jessica.
Jessica menengadahkan wajahnya dan berbalik menatapnya.
"Kau! Tidak, aku tidak akan membiarkan wanita sepertimu bersama dengan Alex!" Seru Jessica.
"Memangnya kenapa dengan aku? Apakah aku terlihat menyedihkan? Kenapa denganku? Apa karena aku tidak sekaya dirimu dan secantik dirimu, jadi aku tidak pantas mendapatkannya?" Tanya Vieka.
Sialnya, Arvieka merekam segala perkataannya kepada Jessica saat itu. Tentu saja, akan ada sedikit bumbu agar Jessica mengatakan hal yang tak seharusnya ia katakan.
"Iya. Kau wanita zalang! Kau pikir aku tidak tahu terhadap niatmu pada Alex?"
"Tentu saja aku tidak sebodoh itu," ucapnya.
Jessica maju beberapa langkah melewati Vieka. Dengan hati-hati, Vieka menyembunyikan rekaman itu dengan sempurna.
"Aku melihatnya. Aku melihatmu kala itu sedang mengincarnya. Kau sengaja memanfaatkannya. Pasti itu kan?"
"A-apa yang kamu katakan? Ke-kenapa kau begitu kejam menuduhku? Apa salahku?" Tanya Vieka.
"Salahmu adalah kau telah menyinggung orang yang salah. Jika kau berani menyakiti Alex, aku tidak akan mengampunimu," ucap Jessica sambil berlalu meninggalkan Vieka sendirian disana.
"Berhasil!" Seru Vieka disana.
"Sebentar lagi, aku pastikan Alex akan membencimu. Kita lihat saja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
#manusiabiasa
ya Allah segitunya alex pen diperhatiin mamanya semoga alex gak gampang terhasut vieka
2022-11-16
1
⧗⃟ᷢʷ
Russel pasti sangat menyayangi Alex, semoga aja Alex cepat mengetahui niat jahat vieka
2022-11-15
2
Putry
masih kecil kok jadi tukang pembully sih? mau jadi apa kalian. nasib sial itu gak bisa di tularkan woi
2022-11-03
0