Menikahi CEO Idiot
"Pergi kamu dari sini!"
Stefanny terdiam kaku dihadapan dua orang yang merupakan adik dari almarhum Mamanya.
"Maksudnya?" Stefanny mencoba meralat dan mencerna ucapan mereka. "Ini rumah aku, kenapa aku harus pergi?"
Kedua orang itu tersenyum sinis yang membuat Stefanny semakin heran, keduanya segera menarik tangan Stefanny dan menghempaskan Stefanny ke lantai.
"Itu dulu! Sekarang ini sudah jadi rumah kami, kamu gak sadar, Mama dan Papa kamu sudah meninggal, kamu gak punya hak disini!" ucap seorang wanita berusia empat puluh tahunan itu kepada Stefanny.
"Kemaskan, barang-barang kamu, kamu sudah gak ada hak di rumah ini, lagi!" sentak seorang pria yang merupakan suami wanita tadi.
Stefanny menatap nanar mereka berdua. "Gaada hak? Ini rumah orang tua aku, kalau ditanya siapa yang lebih berhak disini itu adalah aku!"
"Emang kamu bisa apa, sekarang kemasin barang-barang kamu sekarang juga!"
Stefanny mengepalkan tangannya kesal, ini benar-benar menginjak harga diri Stefanny, kali ini Stefanny memilih mengalah, dia berdiri dan berjalan ke dalam kamar.
Stefanny mengemasi barang-barangnya termasuk baju, dan dokumen penting miliknya, dia berjanji ke dalam hatinya akan membalas semua ini.
"Kalian akan menyesali ini!" Stefanny mendecih sinis kemudian melangkahkan kakinya keluar dari rumah milik keluarganya.
Sebelum benar-benar pergi, Stefanny memandang lagi rumah yang sudah menemani dirinya dan kedua orang tuanya itu, rumah hasil kerja keras almarhum Papanya.
"Pa, Ma, maafin Stef, Stef janji Stefanny bakal merebut hak kita dari mereka," ucap Aida dalam hati.
Stefanny melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan rumah itu, dia tidak menyangka bahwa kehidupan akan benar-benar seperti ini, satu Minggu yang lalu Papa dan Mamanya meninggal dalam kecelakaan yang membuat Stefannya harus mendapat gelar yatim piatu.
Stefanny kini tengah duduk di halte pinggir jalan, dia bingung kemana lagi tujuannya kali ini, desir angin malam membawa Stefanny sedikit mengigil ditambah rambutnya yang coklat terurai terbawa angin.
Dua bola mata coklat, gabungan Indonesia-Australia itu tidak bisa menahan tangisnya, badai pasti berlalu, berlalu lalang mungkin, setidaknya itulah yang ada di pikiran Stefanny.
Pit!
Suara klakson mobil membuat wajah sedih itu mengangkat kepalanya, siapa dia, begitulah pemikiran Stefanny, dia melirik sebuah mobil berwarna putih yang kini sudah terparkir di hadapannya.
"Assalamualaikum, Stef?"
Suara itu, membuat Stefanny kembali memastikan siapakah pemiliknya. "Gea?"
Itu Gea, seorang Notaris yang merupakan teman Stefanny semasa kuliah.
"Kamu, ngapain disini Stef?" tanya Gea yang membuat Stefanny perlahan menangis di hadapan Gea. "Kok nangis, cerita aja sama aku."
Gea melirik tas milik Stefanny. "Kamu bawa Tas, mau kemana?"
"A-aku, di usir dari rumah, keluarga Almarhum Papa yang ngusir aku."
"Astagfirullah, kok bisa Stefanny, kenapa mereka tega banget sama kamu." Gea mendecak lirih atas nasib sahabatnya itu.
Stefanny tidak menjawab, dia hanya menangis dengan bahu yang bergetar tidak karuan, Gea yang melihat itu segera memeluk Stefanny dalam.
•
•
•
"Maaf yah Stef, aku gabisa ngajak kamu tinggal dirumah aku, aku gak enak sama Mas Ozan dan tetangga, tapi semoga kamu betah yang di apartemen ini."
Stefanny melangkahkan kakinya memasuki apartemen milik Gea itu, setidaknya dia punya tempat itu berteduh malam ini.
Sekarang Stefanny hanya perlu mencari pekerjaan yang bagus untuknya.
"Kamu itu lulusan terbaik, aku yakin kamu bisa dapat pekerjaan dengan posisi yang bagus," ujar Gea duduk di samping Stefanny yang tengah duduk di ranjang.
"Aku gatau Ge, aku bisa kuat atau gak," jawab Stefannya yang membuat Gea meraih tasnya dan mengambil sebuah kain.
"Liat aku," Gea menyuruh Stefanny menatapnya. "Kamu gak sendirian, kamu punya Allah, kamu harus yakin hari-hari bahagia dalam hidup kamu akan datang."
Gea memberi jeda. "Kamu harus sabar dan berusaha ikhlas."
"Aku rasa kesabaran akutuh dah ada batasnya, dan keikhlasan, aku gabisa ikhlas karena memang aku masih merasakan sakit."
"Berarti kamu, benar-benar belum belajar sabar dan ikhlas," Gea memasangkan kain itu menutupi bagian rambut Stefanny. "Bukanlah sabar jika itu ada batasnya, dan buka Ikhlas juga kita masih merasakan sakit."
"Percaya sama Allah," Gea mengambil lagi tasnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama. "Ini kartu nama milik Allan, dia sahabatku, aku akan menyuruhnya memberi kamu pekerjaan dan besok kamu bisa datang ke alamat ini, kalau gitu aku permisi yah, Assalamualaikum."
"Waalakumsalam," jawab Stefanny yang membuat Gea melangkahkan kakinya keluar dari apartemen itu.
•
•
•
Pagi sudah menyambut, Stefanny sudah memikirkan ini matang-matang, dia akan mendatangkan kantor di kartu nama yang diberikan Gea padanya.
Entah kenapa setelah Gea memasangkan hijab padanya, Stefanny merasakan hal lain darinya, tapi di karenakan dia belum memiliki baju syari'i, dia tidak mengenakan hijab hari ini, dan berjanji, dia akan membelinya sepulang nanti.
Stefanny kini berdiri di hadapan sebuah kantor dengan tiga lantai, Stefanny melangkahkan kakinya masuk dan menemui satpam.
"Mbak Stefanny?"
"Bapak kenal saya?" tanya Stefanny pada satpam yang ada di pintu ruangan.
Kalau boleh hiperbola, siapa sih yang tidak mengenal Stefanny, anak dari pengusaha kaya raya, Pasangan Pak Alam dan Bu Nurasya, Stefanny tergolong anak kaya raya itu sebelum orang tuanya meninggal dan haknya direnggut.
"Ngapain disini Mbak?"
"Saya, mau ngelamar pekerjaan," jawab Stefanny yang membuat satpam itu mendelik.
"Hah? Ga salah Mbak, tapi kayaknya dikantor ini tidak ada lowongan Mbak," jawab satpam itu yang membuat Stefanny mengangguk sejenak.
"Kalau gitu saya permisi, Pak," jawab Stefanny.
Baru saja dia berbalik badan, sebuah suara segera menghentikan langkah Stefanny yang membuat si pemilik badan membalikkan kembali tubuhnya.
"Kamu Stefanny kan?" Pria berusis dua puluh delapan tahun itu membuat Stefanny menganggukkan kepalanya.
Kalau boleh jujur pria di hadapannya ini, sangatlah tampan, garis wajah tegas, kedua bola mata coklat yang menterang dengan janggut dan kumis tipis perpaduan wajah Asia.
"Itu Pak Allan, Mbak, CEO disini," satpam tadi berbisik ke Stefanny.
Stefanny berjalan ke arah pria yang memanggilnya itu, setelah sampai dihadapannya Stefanny benar-benar gugup.
"I-iya, Pak?"
"Saya Allan, Gea sudah cerita tentang kamu semalam, ayok ikut saya," jawab Allan yang membuat Stefanny melangkahkan kakinya mengikuti Allan.
Stefanny mengira dia akan dibawa ke ruangan CEO tapi rupanya dia di bawa ke ruangan oficce girls dan boy disana. "Gea bilang kamu lulusan terbaik dari kampus di London, yaudah kamu jadi Oficce Girls disini yah."
Stefanny berdecak. "Tidak salah?"
"Iya, Kamu! Ajarin dia yah!" Allan memanggil seorang senior disana.
Setelahnya Allan memilih pergi begitu saja meninggalkan Stefanny yang masih tidak habis pikir.
•
•
•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
SaSa🐕
akhirnya nemu cerita genre gini lagii😍
2022-12-18
0
ᑎᎥຮ𑜅🩷E𝆯⃟🚀ᵒⁿ`oғғ
ni CEO nguji bngt deh masa lulusan LA jd office girl..
2022-11-18
0
ᑎᎥຮ𑜅🩷E𝆯⃟🚀ᵒⁿ`oғғ
optimis stef, bnr kata gea..km ga sendiri an km punya Allah
2022-11-18
0