Chapter 3 - Merindukan Efely

Sekarang Nick sedang sendiri di ruang kerjanya, ia sedang melamun memikirkan tentang Efely, seorang perempuan yang merupakan teman lamanya. Nick sudah sangat lama terpisah darinya, ditambah lagi dengan keadaan keluarganya saat itu yang membuat Nick harus lost contact dengan Efely.

“Dimana kau Fely?” batin Nick terus bertanya tentang keberadaan temannya itu, karena ia sudah sangat merindukan Efely.

“Sepertinya aku melupakan sesuatu. Para gadis tadi... mm, kenapa senyuman salah seorang gadis itu sangat mirip dengan Fely?” batin Nick kembali bertanya-tanya saat ia baru sadar dan mengingat kembali senyum manis Elea.

“Siapa gadis itu? Apa aku harus mencari tau tentangnya?” Nick terus memikirkan Elea seakan Elea merupakan kunci yang bisa mempermudah dirinya untuk bertemu dengan Efely.

Nick mengambil ponselnya yang ada di atas meja, ia menghubungi sesorang melalui ponsel tersebut.

“Halo!” sapa Delvin melalui panggilan telfon tersebut.

“Apa kau punya waktu sore ini?” Nick bertanya pada Delvin.

“Ya, aku free nanti sore. Kau ingin bertemu?”

“Iya, di cafe pinggir pantai di kota ini. Alamat lebih spesifiknya akan ku kirim nanti” sahut Nick.

“Baik” sahut Delvin langsung mematikan sambungan telfonnya.

Nick kembali duduk santai dan membayangkan wajah cantik Efely saat ia masih kecil, sebab setelah dewasa Nick dan Efely tak pernah bertemu lagi. Mungkin pernah tapi mereka tak saling kenal, karena sudah sangat lama mereka terpisah. Mereka dulu sering bermain bersama pada usia Elea sekitar tujuh tahun dan Nick sepuluh tahun.

Nick dan Efely memiliki perbedaan usia, dimana Nick berusia tiga tahun lebih tua dibandingkan Efely. Dulu mereka sangat dekat seperti kakak beradik, mereka sama-sama anak tunggal dari keluarga bergengsi dengan harta kekayaan keluarga yang tak bisa dibilang sedikit.

“Kau dulu menceritakan tentang mimpimu, memberiku semangat, terus-menerus memotivasi diriku untuk menjadi orang yang baik. Kau tak pernah mau jika aku berbuat jahat kepada siapapun, walaupun itu hanya sedikit saja kau akan langsung memarahiku, Fely. Sekarang tak ada yang seperti itu di dalam kehidupanku ini, semuanya kini terasa hampa” ucap Nick yang terus mengenang Efely.

Tak terasa kini jam meja kantor milik Nick sudah menunjukkan pukul 04.30, lelaki tampan ini langsung bergegas mengenakan jas dan memakai kacamata hitamnya, membuat sisi dingin dan arogantnya keluar.

Nick langsung saja keluar dari ruang kerja pribadinya menuju pintu utama untuk menemui Arkha dan Delvin di cafe pinggir pantai, tempat yang sudah mereka sepakati tadi. Saat melewati lorong kantor Nick kembali menjadi pusat perhatian para karyawati karena ketampanannya, namun Nick tidak peduli walau ia menjadi sorotan di kantornya tersebut.

“Berapa jauh lagi, Paman?” tanya Nick pada sang sopir.

“Hanya sekitar 5-6 kilometer lagi Tuan” jawab sopir dengan sopan.

“Em, baiklah” sahut Nick.

Beberapa menit kemudian Nick sudah bisa melihat muka cafe tersebut. Sebuah cafe bernama island dengan tampilan yang wahh. Dipenuhi dengan kerlap-kerlip lampu, ditemani alunan debur ombak dan juga hembusan angin sepoi-sepoi, di bawah kolong langit berwarna pink keunguan dan jingganya matahari yang hampir terbenam, di atas lautan nan luas tersebut. Hal indah yang membuat suasana makan di sini terasa sejuk dan damai, Nick dan yang lainnya bisa menikmati makan malam mereka dengan tenang.

“Alasan apa yang membuatmu mengajak kita bertiga untuk bertemu Nick?” tanya Arkha.

“Aku ingin membahas banyak hal penting” jawab Nick.

“Langsung saja pada intinya, tidak usah bertele-tele” ucap Delvin yang mendesak Nick.

“Ok, jadi dalam perjalananku menuju kantor tadi siang aku bertemu dengan empat orang gadis berseragam SMA. Aku yakin mereka bersekolah di sekolah berkelas dan mahal, tapi mereka pulang berjalan kaki bersama, aku rasa mereka bersekolah di SMA dekat situ kalau tidak salah namanya SMA Nenggala” Nick menceritakan kejadian tadi siang saat ia bertemu dengan Elea dan yang lainnya. “Aku tidak sengaja menatap ke arah mereka, salah seorang di antara mereka berempat melemparkan sebuah senyuman manis padaku...”

“Hmm, apa kau sedang jatuh cinta? Dan kau mengundang kami hanya untuk memberitahu perasaanmu itu?” ucap Arkha memotong perkataan Nick yang belum selesai.

“Diam!!, aku belum selesai bicara. Sekali lagi kau menulanginya, akan ku cincang mulutmu itu” ucap Nick yang geram dengan memberi sorot mata tajamnya kemudian mengancam Arkha.

“Lanjutkan..!” timpal Delvin.

“Aku merasa bahwa senyuman gadis itu mirip dengan Efely. Apa mungkin itu keluarga atau saudaranya Efely?” Nick melanjutkan ceritanya lalu memberikan pertanyaan yang terus terbayang dalam benaknya.

“Aku rasa itu tidak mungkin, masa iya hanya karena senyuman mereka sangat mirip sehingga kau berkesimpulan seperti itu” ujar Delvin membantah tidak percaya.

“Ya, bisa jadi senyuman mereka hanya mirip tanpa memiliki suatu hubungan apapun, banyak hal yang seperti itu di dunia ini.” timpal Arkha. “Jadiii..., kau jangan cepat mengambil kesimpulan” sambungnya.

“Ya kalian benar. Kalau begitu, Arkha kau lanjutkan tugasmu, dan Delvin kau bantu aku mencari tahu tentang gadis tersebut!” titah Nick yang tak bisa dibantah.

“Laksanakan!!” ucap Arkha dan Delvin serempak.

“Kau bilang ingin membahas banyak hal penting Nick, tapi ini baru satu” ujar Delvin.

“Hal yang lainnya dibahas lain kali saja, kita lanjutkan makan dulu” kata Nick.

Delvin dan Arkha hanya menggangguk patuh pada perkataan Nick tersebut, kemudian mereka melanjutkan makan malamnya.

“Oh iya, ada tugas untuk malam ini. Vin, apa kau mau bergabung?” Arkha memberitahu dan mengajak Delvin.

“Siapa? Dan apa?” tanya Delvin singkat.

“Hanya penyelundupan obat-obat terlarang skala kecil, milik Edward” jawab Arkha.

“Tidak, terdengar tak begitu menarik di telingaku lebih baik aku akan menyelesaikan titah Nick saja” Delvin menolak ajakan Arkha. "Daripada aku harus mati" bisik Delvin pada Arkha, membuat mereka harus tersenyum demi menahan tawa.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Nick dengan sorot mata tajamnya, Arkha dan Delvin hanya menggelengkan kepala mereka serempak.

"Jika berani macam-macam akan ku pastikan kalian tersiksa seumur hidup" ancam Nick dengan tegas dan tatapan yang setajam silet, membuat Arkha dan Delvin menelan ludah mereka kasar.

“Em, aku juga tidak akan turun, menurutku kau sendiri saja bisa mengatasinya. Aku punya urusan penting lainnya, tidak masalahkan?” Nick memberitahu bahwa dirinya tidak bisa bergabung karena memiliki tugas penting yang lebih mendesak.

“Baiklah. Lagi pula dengan jumlah segitu Edward sendiri tidak akan turun juga” jawab Arkha. Nick mengangguk dan kemudian mereka melanjutkan makan malam dengan tenang.

Selesai sudah mereka bertiga makan malam, setelah Nick membayar bon tagihannya tiba-tiba saja, Dooorr... bunyi tembakan terdengar jelas di telinga mereka, hal itu membuat para pengunjung cafe tersebut berteriak dan berlarian demi menyelamatkan diri masing-masing, untungnya tidak ada yang terkena tembakan tersebut.

Sementara itu Nick, Arkha, dan Delvin langsung mengeluarkan senjata mereka dan mengarahkannya sembarang, bersiap siaga untuk melawan musuh. Dooorr... Nick melepaskan pelurunya dan tertuju pada salah satu anak buah musuhnya yang tadi menembak. Peluru tersebut menembus kulitnya di bagian dada kanan atas dan bersarang di sana, rasa panas dari peluru itu bisa dirasakan oleh penembak tersebut. Kini ia hanya bisa pasrah tanpa membantah.

Anak buah musuh yang terkena lesatan peluru dari senjata milik Nick kini jatuh tersungkur ke tanah, anak buah Nick yang melihatnya langsung bergegas mengambil tubuh yang sudah tak berdaya itu.

“Kalian berdua pergilah, dan tuntaskan urusan kalian biar aku yang mengatasi tikus kecil ini” perintah Nick pada Arkha dan Delvin.

“Ya, berhati-hati lah Nick” ucap Arkha.

Kemudian mereka semua pergi meninggalkan lokasi tersebut dan melanjutkan tugas mereka masing-masing.

Episodes
1 Chapter 1 - Perkenalan dan mimpi Elea
2 Chapter 2 - Lelaki tampan
3 Chapter 3 - Merindukan Efely
4 Chapter 4 - Edward
5 Chapter 5 - Sarapan
6 Chapter 6 - Libras
7 Chapter 7 - Bertemu lagi
8 Chapter 8 - Operasi malam
9 Chapter 9 - Persiapan besok malam
10 Chapter 10 - Penyergapan Malming
11 Chapter 11 - Bereskan!
12 Chapter 12 - Eve bingung
13 Chapter 13 - Beasiswa Elea
14 Chapter 14 - Taman Kota
15 Chapter 15 - Bersekolah kembali
16 Chapter 16 - Eve pulang
17 Chapter 17 - Ujian sebentar lagi
18 Chapter 18 - Ujian kelulusan
19 Chapter 19 - Perjodohan?
20 Chapter 20 - Eve syok
21 Chapter 21 - Mela jatuh cinta
22 Chapter 22 - Pengumuman
23 Chapter 23 - Hari wisuda
24 Chapter 24 - Pengacau
25 Chapter 25 - Bertemu Alvi
26 Chapter 26 - Hari pertama bekerja
27 Chapter 27 - De Thevil
28 Chapter 28 - Siapa mereka?
29 Chqpter 29 - Masalah
30 Permohonan maaf Author
31 Chapter 30 - Kejutan
32 Chapter 31 - Hampir saja
33 Chapter 32 - Cafe Dara Phoenix
34 Chapter 33 - Penyebab Kecelakaan
35 Chapter 34 - Apa rencana De Thevil?
36 Chapter 35 - Restoran Tradisi
37 Chapter 36 - Kembalinya Esdav
38 Chapter 37 - Bertemu Eve
39 Chapter 38 - Libras Atau Esdav
40 Chapter 39 - Elea: EVE!!!!
41 Chapter 40 - SYOK!
42 Chapter 41 - Ke Markas Eve
43 Chapter 42 - Mawar Api?
44 Chapter 43 - Ini Bukti!
45 Chapter 44 - Terguncang
46 Chapter 45 - 30 Maret
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Chapter 1 - Perkenalan dan mimpi Elea
2
Chapter 2 - Lelaki tampan
3
Chapter 3 - Merindukan Efely
4
Chapter 4 - Edward
5
Chapter 5 - Sarapan
6
Chapter 6 - Libras
7
Chapter 7 - Bertemu lagi
8
Chapter 8 - Operasi malam
9
Chapter 9 - Persiapan besok malam
10
Chapter 10 - Penyergapan Malming
11
Chapter 11 - Bereskan!
12
Chapter 12 - Eve bingung
13
Chapter 13 - Beasiswa Elea
14
Chapter 14 - Taman Kota
15
Chapter 15 - Bersekolah kembali
16
Chapter 16 - Eve pulang
17
Chapter 17 - Ujian sebentar lagi
18
Chapter 18 - Ujian kelulusan
19
Chapter 19 - Perjodohan?
20
Chapter 20 - Eve syok
21
Chapter 21 - Mela jatuh cinta
22
Chapter 22 - Pengumuman
23
Chapter 23 - Hari wisuda
24
Chapter 24 - Pengacau
25
Chapter 25 - Bertemu Alvi
26
Chapter 26 - Hari pertama bekerja
27
Chapter 27 - De Thevil
28
Chapter 28 - Siapa mereka?
29
Chqpter 29 - Masalah
30
Permohonan maaf Author
31
Chapter 30 - Kejutan
32
Chapter 31 - Hampir saja
33
Chapter 32 - Cafe Dara Phoenix
34
Chapter 33 - Penyebab Kecelakaan
35
Chapter 34 - Apa rencana De Thevil?
36
Chapter 35 - Restoran Tradisi
37
Chapter 36 - Kembalinya Esdav
38
Chapter 37 - Bertemu Eve
39
Chapter 38 - Libras Atau Esdav
40
Chapter 39 - Elea: EVE!!!!
41
Chapter 40 - SYOK!
42
Chapter 41 - Ke Markas Eve
43
Chapter 42 - Mawar Api?
44
Chapter 43 - Ini Bukti!
45
Chapter 44 - Terguncang
46
Chapter 45 - 30 Maret

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!